Zaman sekarang menurut kalian tempat karaoke itu masih mempunyai kesan negatif tidak, Playmates? Kalau menurut saya, sih, masih. Apalagi banyak kasus perselingkuhan di media sosial yang melibatkan mbak-mbak pegawai tempat karaoke. Namun, nanti saya akan bercerita tentang tempat karaoke Garut yang berbeda, simak sampai akhir, ya.
Kalau memperhatikan banyaknya kasus semacam itu tentu tidak mengherankan kalau tempat karaoke masih berbanding lurus dengan hal-hal yang kurang baik. Selain itu, jam operasionalnya yang mayoritas malam makin mengokohkan stigma negatif tersebut.
Beberapa tahun belakangan, sempat marak para pesohor tanah air yang menjajal usaha tersebut. Mayoritas tempat karaoke tersebut mem-branding diri sebagai karaoke keluarga.
Ada satu selebriti yang mempunyai puluhan cabang karaoke yang tersebar di seluruh Indonesia. Dia merupakan pelopor yang membuat selebriti lain berbondong-bondong membuka usaha serupa.
Hal tersebut membuat kesan tempat karaoke menjadi tidak terlalu “gelap” karena bisa menjadi salah satu alternatif tempat berkumpul keluarga. Namun, itu tentu tidak sepenuhnya menjadikan tempat tersebut memiliki citra positif.
Ruangan tertutup dengan privasi tingkat tinggi tentu membuat para pengunjung leluasa. Di satu sisi, ini memberikan kenyamanan, tetapi di sisi lain, bisa menjadi peluang hal-hal yang setan sukai.
Tempat Karaoke Garut
Pada dasarnya saya pun memiliki stigma buruk mengenai tempat karaoke. Asap yang mengepul, minuman yang memabukkan, dan “teman” yang mendampingi, berdesak-desakan di dalam imajinasi saya mengenai tempat tersebut.
Hingga kemudian, saat saya baru lulus kuliah, teman-teman mengajak saya ke karaoke box. Ini merupakan modifikasi dari tempat karaoke yang tampaknya mengikuti konsep photo box.
Ruangannya kecil saja. Hanya mampu menampung sekitar lima orang. Karaoke box ini terletak di sebuah supermarket. Jadi kami ke sana, di sela-sela belanja dan makan.
Tempat karaoke Garut berupa box ini sempat nge-hits pada zamannya. Box itu tidak hanya terdapat di satu Supermarket dan menjadi tempat favorit kaula muda.
Semua ada masanya dan masa untuk karaoke box tampaknya sudah berakhir. Meski sudah tidak pernah lagi mendapatinya, tetapi keberadaannya membuat saya tidak lagi sepenuhnya memandang buruk tempat karaoke.
Tenyata menyanyi bersama teman itu seru meskipun suara saya tidak merdu. Kala itu kami hanya bertiga, jadi saya cukup berani untuk menyanyi.
Selang beberapa tahun kemudian, saya berkesempatan belajar bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare. Meskipun judulnya belajar tentu ada saatnya kami bercengkrama bersama teman-teman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Satu malam di antara 45 malam saya berada di Kediri, ada satu malam yang saya nikmati bersama teman-teman camp di tempat karaoke.
Jika sebelumnya mengunjungi karaoke box, kali ini saya menyambangi tempat karaoke biasa. Ruangannya tidak terlalu besar, tetapi cukup menampung jumlah kami yang belasan.
Karena cukup banyak orang, saya hanya menyimak teman-teman yang menyanyi. Meski demikian, saya senang berada di sana. Maka tidak heran, setelah 13 tahun berlalu, saya masih mengingat momen tersebut.
Kenangan tersebut makin membuat saya tidak menganggap tempat karaoke sebagai tempat yang tabu untuk dikunjungi. Sekali-kali tidak ada salahnya menikmati saat-saat bersama kawan di tempat karaoke Garut. Hingga usia saya mencapai tiga puluhan. Saya baru mengunjungi tempat karaoke tiga kali.
Exito, Lebih dari Sekadar Tempat Makan
Sebelumnya, saya sudah berbagi memori perihal kenangan saya di dua tempat karaoke. Untuk kesempatan ketiga, saya baru saja alami kemarin bersama beberapa orang tua teman si cikal.
Kami tidak berniat ke tempat karaoke, tadinya kami hendak sarapan saat menunggu anak-anak di sekolah. Menjelang pembagian raport, anak-anak pulang pukul 11.00, sehingga tanggung untuk kami pulang lagi setelah mengantar mereka.
Sekitar pukul delapan, kami meluncur ke arah Garut Kota. Langit yang awalnya mendung, lalu menjatuhkan rintik hujan saat kami sampai di tempat yang dituju.
Tempat makan itu memiliki nuansa outdoor di bagian depannya, sehingga kami berpikir cepat untuk memilih tempat lain yang lebih sesuai kondisi. Salah satu teman merekomendasikan sebuah kedai di daerah Karacak. Tanpa ambil tempo, kami langsung meluncur ke sana.
Exito. Demikianlah nama kedai tersebut. Saya baru pertama kali menyambanginya. Dari luar, tempat itu tampak tidak terlalu besar dan agak sedikit ragu karena sempat mengiranya sebagai toko baju.
Ternyata, di sana kita tidak hanya bisa menyantap makanan, tetapi juga bisa berbelanja. Lokasi keduanya menyatu dan ditata sedemikian rupa sehingga membuat nyaman.
Saat masuk, kita akan tahu bahwa ruangan di dalam lebih besar dari kesan yang ditampakkan dari luar. Kala itu ada beberapa orang yang sedang melangsungkan semacam kajian. Saya tidak tahu pasti mereka dosen dengan mahasiswa atau penceramah dengan jamaah.
Sebagian dari kami sudah kenal dengan sang pemilik, sehingga langsung diarahkan ke sebuah ruang lebih kecil. Saya yang sedang membaca menu mengikuti mereka dan terkejut ternyata itu adalah tempat karaoke VIP.
Mengapa VIP? Karena itu lebih private dibanding tempat karaoke yang berada di tengah ruangan terbuka. Sepertinya pengunjung yang memilih karaoke di sebelah sini memiliki tingkat kepercayaan diri karena pengunjung lain tentu bisa melihat dan mendengarnya.
Penutup “Tempat Karaoke Garut”
Kami sekitar dua jam berada di tempat karaoke VIP tersebut. Karena sudah makan di rumah, jadi saya hanya memesan siomay dan air mineral. Teman-teman yang lain ada yang memilih nasi kucing, bubur ketan hitam, french fries, dan gorengan sebagai santapan pagi mereka.
Kami hanya menunggu sebentar hingga pesanan datang. Mungkin karena belum ada banyak pengunjung saat itu. Sambil menunggu, tentu kami menikmati fasilitas yang ada.
Teman-teman saya bernyanyi dengan semangat mulai dari lagu Masing-Masing hingga Jayanti. Jujur saya baru tahu bahwa Jayanti dalam lagu tersebut adalah nama sebuah pantai di daerah Bungbulang.
Kalian bisa tebak berapa uang yang saya keluarkan, Playmates? Ternyata cukup Rp. 15.000 saja. Kabar baik lainnya, di Exito tidak ada pajaknya. Untuk PIV Karaoke, di bill-nya tertulis Rp. 50.000.
Sepulang dari sana, saya mencari akun Instagram Exito dan di sana tertera free karaoke. Saya tidak sempat bertanya, tetapi kemungkinan yang gratis itu fasilitas karaoke yang berada di ruang tengah.
Bagaimana, Playmates, kalian tertarik juga untuk mengunjungi tempat karaoke Garut yang menjadi fasilitas tambahan di kedai Exito ini juga? Tempat ini bisa menjadi solusi untuk berburu sarapan murah meriah di tempat yang nyaman. Langsung saja meluncur ke daerah Karacak Garut, ya.