Pantai Selatan Garut, Mana Favoritmu?

Teh, ada rencana ke pantai, nggak?

Tiba-tiba saja Mama bertanya begitu. Saya jawab, saya memang ada rencana ke pantai Pangandaran di Januari 2024. Sebuah reuni SMP-lah yang menjadi alasan Mama melontarkan pertanyaan itu. Namun, destinasi pantainya berbeda. Mama hendak ke pantai Selatan Garut.

Selang beberapa hari, Mama bertanya lagi perihal yang sama. Barulah saya sadar bahwa Mama ingin menghadiri acara reuni tersebut, tetapi tidak ada teman perjalanan. Meskipun sama-sama berada di Garut, jarak dari Garut kota ke daerah Pameungpeuk itu lumayan jauh dan medannya menantang karena banyak kelokan khas pegunungan.

Setelah berdiskusi dengan suami akhirnya, kami memutuskan menemani Mama ke daerah pantai Selatan Garut. Bapak dan seorang temannya pun ikut. Mereka berencana akan memancing di sungai sekitar pantai.

Rencana kami ke Pangandaran belum fix, jadi bagaimana nanti saja. Kalau memang rezekinya, kami pergi sesuai rencana. Kalau tidak jadi pun tidak apa-apa karena kami sudah ke pantai dalam kota rasa luar kota.

Perjalanan Penuh Liku

Perjalanan Berliku Menuju Pameungpeuk
Perjalanan Berliku Menuju Pameungpeuk – Garut Selatan

Saya orang Garut Asli, tetapi baru sekali ke daerah Pameungpeuk, tepatnya pantai Santolo. Saya ke sana bersama rekan-rekan kantor saat masih bekerja di tempat kursus bahasa Inggris. Kami ke sana naik motor, sehingga saya tidak mabuk perjalanan meskipun jalanannya aduhai.

Untuk kali kedua ini tentu kami sekeluarga naik mobil, maka dari itu saya meminum obat anti mabuk sesaat sebelum berangkat. Kami memulai perjalanan segera setelah selesai salat Subuh. Tadinya saya ingin berburu sunrise, tetapi urung mengingat ada dua bocil yang ikut serta.

Jarak Garut kota ke daerah Pameungpeuk itu 85,1 km, lebih jauh dari jarak Garut ke Bandung yang hanya sekitar 68, 2. Makanya, saya bilang perjalanan dalam kota ini serasa ke luar kota.

Dahulu, saya mengira Pameungpeuk itu nama pantai, tetapi ternyata Pameungpeuk itu kecamatan. Menurut Wikipedia justru di Pameungpeuk hanya ada satu pantai, yaitu Sayang Heulang. Pantai lainnya tersebar di Kecamatan Cikelet, Cibalong, Caringin, Bumbulang, dan lain-lain.

Pantai yang ada di Garut jumlahnya mencapai puluhan. Itu merupakan destinasi wisata yang potensial, tetapi saat ini belum semaju Pangandaran. Mungkin akses jalan yang berkelok-kelok tadilah menjadi penyebabnya.

Biasanya, setelah minum obat anti mabok, saya akan lumayan lama tertidur di perjalanan. Namun, kala itu saya hanya terlelap sekejap. Kami berhenti sebentar di sebuah warung karena si bungsu tampaknya kepayahan. Dia seperti ingin muntah, tetapi tidak ada yang keluar karena memang belum sarapan.

Setelah menyantap makanan kebangsaan orang Sunda, yakni gorengan dan leupeut, kami pun meneruskan perjalanan. Tidak lama, sampailah kami di Pantai Karang Papak, tempat berlangsungnya reuni SMP Mama.

Pantai Selatan Garut

Pantai di Garut yang Indah

Mama sebenarnya berasal dari Kecamatan Malangbong, tetapi pada saat kelas tiga SMP, Aki pindah tugas ke Kecamatan Cisompet. Teman-teman yang dari Cisompetlah yang mengadakan reuni tersebut. Mereka sepakat mengadakan acara di sebuah rumah makan yang merangkap penginapan di sekitar pantai Karang Papak.

Sambil menunggu Mama bernostalgia bersama kawan-kawan lama, saya, suami, dan anak-anak berencana akan mengunjungi pantai lain di sekitar sana. Sedangkan Bapak beserta temannya sudah bersiap memancing.

Setelah beristirahat sejenak di sebuah saung, anak-anak langsung berlarian ke pantai. Rencana awal yang hanya lihat-lihat dulu, berakhir dengan menghabiskan sebagian besar waktu kami hari itu di salah satu pantai selatan Garut yang masih belum terlalu ramai pengunjung itu.

Pantai Karang Papak

Karang Papak, Pantai Selatan Garut
Pantai Karang Papak, Cikelet – Garut

Tadinya pantai ini akan menjadi pantai terakhir yang akan kami eksplorasi, tetapi karena anak-anak telanjur main basah-basahan. Jadilah pantai yang terletak di Kecamatan Cikelet ini menjadi yang pertama menjadi wahana bermain mereka.

Matahari bersinar sangat terik, tetapi saya masih merasakan semilir angin yang menyejukkan. Di sekitar pantai memanjang deretan pepohonan hijau yang tidak terlalu tinggi. Selain kami, hanya ada beberapa orang saja saat itu.

Sebelumnya, saya tidak tahu perihal pantai ini. Saya lebih familier dengan pantai Santolo, Sayang Heulang, dan Rancabuaya. Namun, sekarang Karang Papak menjadi favorit saya. Lumut hijau di atas karang yang berpadu dengan langit dan laut biru menjadikannya lukisan alam yang ingin kembali dituju lain waktu.

Anak-anak antusias bermain di antara karang. Keberadaan karang membuat laju ombak terhalang, sehingga mereka bisa duduk anteng di atas pasir. Apalagi dua bocah cilik itu sengaja membawa mainan dari rumah.

Panas yang terik membuat saya memilih untuk menunggu di salah satu saung. Saya hanya mengamati mereka dari kejauhan. Anak-anak bermain bersama ayahnya yang juga antusias mengumpulkan kerang.

Sekitar jam 12, saya mengajak mereka makan. Namun, mereka tidak mau keluar dari air. Alhasil, saya menyuapi mereka sambil duduk di atas karang.

Waktu tiga jam terkena matahari langsung sudah lebih dari cukup membuat kulit mereka gosong. Bahkan satu bulan setelahnya, kulit mereka masih belum kembali ke semula. Namun, anak-anak tidak peduli hal seperti itu, emaknya saja yang merasa khawatir, apalagi kulit mereka sampai mengelupas.

Pantai Sayang Heulang

Sayang Heulang, Pantai Garut Viral
Pantai Sayang Heulang, Pameungpeuk – Garut.

Sekitar pukul dua, setelah salat, anak-anak selesai mandi, dan Mama beres reuni, kami menuju Pantai Sayang Heulang. Dari semua pantai selatan Garut, saya paling penasaran dengan pantai ini. Belakangan di socmed ramai memberitakan bahwa pantai ini sudah dipercantik Kang Emil.

Hanya membutuhkan 5-10 menit untuk sampai ke pantai Sayang Heulang. Berbeda dengan Karang Papak, pantai ini agak masuk lagi dari jalan raya. Dan, jangan lupa siapkan uang karena tempat wisata ini berbayar, Rp. 10.000/orang, ya, Playmates.

Begitu sampai, saya langsung merasakan suasana yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Di berbagai sudut sudah tampak sentuhan tangan manusia, sedangkan di Karang Papak belum terlalu terjamah.

Anak-anak sedikit kecewa karena di sana mereka tidak bisa bermain air seperti di Karang Papak. Saya tidak tahu saat itu air sedang surut atau biasanya memang begitu. Di bibir pantai banyak sekali karang, sehingga kaki suami kesakitan karena dia meninggalkan sandalnya yang copot di mobil.

Ombak bergulung di kejauhan. Anak-anak memaksa ke sana karena ngotot ingin basah-basahan lagi. Setelah melewati genangan air dan karang, kami sampai di dekat ombak, tetapi situasi tidak memungkinkan untuk bermain pasir.

Sepertinya pantai ini tidak terlalu memikat dua anak saya. Namun, cukup banyak spot yang bisa menjadikan foto kalian terlihat estetik. Ikon pantai Sayang heulang adalah sayap elang. Terdapat beberapa semacam patung sayap tersebut, yang berada di tengah yang paling besar.

Di sini jelas jauh lebih ramai daripada pantai Karang Papak. Saung-saung berderet lebih tertata dan para penjual turut meramaikan di sekitar area parkir. Hawa panas menggoda saya untuk membeli es teh manis. Saat itu matahari sudah mulai turun, tetapi saya tidak merasakan semilir angin di pantai ini.

Pantai Santolo

Santolo, Pantai Selatan Garut
Pantai Santolo, Cikelet – Garut

Karena ketidaktahuan, urutan pantai yang kami kunjungi ternyata kurang efektif. Dari arah Garut kota itu yang pertama Sayang Heulang, Karang Papak, lalu Santolo. Acara Mama kan di Pantai Karang Papak, mau tidak mau pantai itu yang pertama kami kunjungi.

Seharusnya dari sana ke Santolo dulu, tetapi kami malah ke Sayang Heulang. Dari Sayang Heula putar balik lagi ke Santolo. Agak memutar, ya, tetapi nggak apa-apalah. Terkadang harus salah dulu, baru tahu yang benar.

Ini kali kedua saya ke Pantai Santolo. Saya dan rekan-rekan menyebrang menggunakan perahu dan menginap di pulau tersebut. Kala itu belum terlalu banyak penginapan. Kami beristirahat di tempat yang ala kadarnya.

Sama halnya seperti pantai Sayang Heulang, masuk ke Pantai Santolo pun berbayar, yakni Rp. 10.000 per orang. Ingin rasanya melihat sunset di sini, apa daya kami harus segera pulang sebelum jalanan gelap.

Kami hanya menghabiskan sedikit waktu di sini. Sebenarnya di Pantai Santolo, anak-anak bisa bermain pasir, tetapi saat itu ombak sedang besar. Jadi kami hanya berjalan-jalan. Pasir putihnya terasa lembut di kulit kaki.

Warung-warung berderet lebih banyak di Santolo. Bukan hanya makanan, baju-baju pun ada. Dari suasananya, Pantai Santolo memiliki vibes tempat wisata yang paling kental. Fasilitas toiletnya pun mendukung karena hampir setiap warung menyediakannya.

Penutup “Pantai Selatan Garut, Mana Favoritmu?”

Pantai Garut Viral

Saya sangat bersyukur bisa mengunjungi tiga pantai dalam satu hari. Namun, ada satu pantai yang terlewat, yakni pantai Manalusu. Padahal pantai tersebut tidak begitu jauh dari tiga pantai lainnya. Ada sekitar 20 pantai di Garut dan mayoritas masih belum terlalu terjamah.

Untuk kali ini saya baru berkesempatan mengunjungi Karang Papak, Sayang Heulang, dan Santolo. Anak-anak paling excited di Karang Papak karena bisa bermain air dan pasir cukup lama. Minus-nya, kami di sana saat matahari sedang terik-teriknya. Mungkin kalau agak sore, dua bocil itu tidak akan terlalu gosong.

Kami tidak terlalu lama di Sayang Heulang dan Santolo, sehingga hanya punya sedikit foto saat di sana. Saya sudah tidak penasaran lagi dengan pantai viral Garut (Sayang Heulang) dan pantai populer Garut (Santolo). Kini saya ingin mengeksplorasi pantai Selatan Garut lainnya, yaitu Rancabuaya. Kalau kalian mau ke pantai mana, Playmates?

CATATAN PENTING: Kita mengenal pantai selatan Garut sebagai pantai dengan ombak cukup besar. UTAMAKAN KESELAMATAN! Jika pergerakan ombak terlihat membahayakan, segera menjauh!