Lulusan jurusan bahasa Inggris, kok, masih belajar bahasa Inggris ke Pare?
Demikianlah respons salah satu kenalan saat tahu saya hendak ke Pare Kediri, sebuah tempat yang sohor sebagai Kampung Inggris. Kata-katanya sama sekali tidak membuat saya meringis, apalagi menangis. Saya terlalu gembira dan optimis, sehingga tidak merasa perlu mengindahkan kata bernada skeptis.
Ini telah menjadi cita-citaku sejak lama, jadi saya tidak mungkin mundur hanya karena komentar negatif. Selain itu, perjalanan ke Kediri tersebut merupakan pengalaman pertama ke luar provinsi. Tentunya, saya sangat excited.
Meskipun sama-sama terletak di pulau Jawa, penghuni mayoritas Jawa Barat dan Jawa Timur jelas berbeda. Sehingga banyak hal baru yang bisa saya pelajari, tentu tidak terbatas pada pembelajaran bahasa Inggris.
Justru sentuhan kebiasaan, tradisi, dan budayalah yang menjadikan pengalaman bertandang ke kampung orang ini terasa lebih kaya. Terlebih, di sana saya bertemu banyak kawan dari berbagai daerah di Nusantara.
Serunya Naik Kereta ke Luar Kota
Saya ke Pare sekitar bulan Juni-Juli 2011. Sudah 13 tahun berlalu, tetapi jika ada yang bertanya apa pengalaman hidup yang paling berkesan? Dengan kesadaran penuh, saya akan menempatkan perjalanan ke Kampung Inggris itu sebagai salah satu pengalaman terbaik dalam hidup.
Maklum saja sebagai manusia yang terbiasa bepergian melalui “jendela dunia”, melancong ke luar kota, bahkan luar provinsi bersama kawan-kawan tak ayal menyuntikkan adrenalin yang meletup-letup. Rasa bahagia atas kesempatan menjelajahi hamparan tanah Jawa masih terasa hingga kini.
Kami berangkat dari stasiun kereta Cimahi. Di sana bergabung satu orang lagi. Kami berempat naik kereta api kelas ekonomi. Itu merupakan pengalaman pertama saya naik kereta api.
Saat itu pelayanan transportasi kereta belum senyaman sekarang. Masih ada pedagang asongan yang berlalu lalang, juga penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Namun, itu tidak mengurangi rasa antusias saya terhadap hal-hal baru.
Kami sampai di Kediri kurang lebih 16 jam setelahnya. Begitu turun dari kereta api kami menuju sebuah mobil sewaan yang sebelumnya telah disiapkan saudara salah seorang teman perjalanan.
Berbeda dengan di kota asal saya yang gampang sekali menemukan angkutan umum, di sana rasanya saya tidak melihat angkot berseliweran. Mungkin kalau sekarang itu tidak akan lagi menjadi kendala, mengingat sudah adanya aplikasi ojek online.
Pare Kediri, Abadi di Hati, Terpatri di Sanubari
Periode belajar di Pare dimulai per tanggal 10 dan 25.
Ini merupakan sebuah catatan penting. Bagi yang hendak belajar bahasa Inggris di Pare Kediri, sebaiknya kalian sudah sampai di lokasi sebelum tanggal tersebut, Playmates.
Dengan demikian, kalian mempunyai waktu untuk mencari tempat tinggal dan belajar yang sesuai keinginan. Kami pun saat itu tidak kebagian camp, yang tersisa hanya tempat kost biasa.
Untuk yang benar-benar ingin cepat bisa speaking memang dianjurkan memilih camp karena di sana biasanya diberlakukan 24 jam full english. Meskipun stay di camp tertentu, pada siang harinya kita bisa mengambil kelas di tempat kursus lain.
Pada saat itu Daffodils merupakan tempat kursus yang paling dikenal sebagai jagonya speaking. Sedangkan Smart sebagai ahlinya grammar.
Kami tinggal selama dua minggu di sebuah indekos. Setelah itu, alhamdulillah kami bisa tinggal di Cherry camp. Selain belajar di Cherry, saya juga mengambil kelas vocabulary dan speaking di Global English (sebenarnya ada satu lagi, tetapi saya lupa kelas apa). Tidak hanya itu, saya pun belajar speaking di Oxford dan translation di Kresna.
Selain belajar, kami beberapa kali jalan-jalan dengan menyewa sepeda. Saat itu biaya sewanya 50.000/minggu. Tak ayal, iring-iringan sepeda yang dilimpahi canda tawa itu menjadi pengalaman manis yang tak pernah terkikis.
Kami mengunjungi beberapa tempat populer di sekitar Kampung Inggris. Yang pertama adalah Gumul. Untuk melihat bangunan yang mirip bangunan di Prancis itu, kami menyewa kendaraan.
Sedangkan saat JJS ke Simpang Lima, kami tempuh dengan bersepeda. Simpang Lima ini merupakan tempat terbuka untuk nongkrong dan jajan secara lesehan.
Potret kami yang paling banyak adalah potret saat kami mengunjungi Masjid Agung. Namun, sayang seribu sayang, foto-foto itu tanpa sengaja terhapus oleh salah seorang teman.
Sedih rasanya saat itu saya hanya memiliki ponsel kentang yang tidak ada kameranya. Kalau tidak salah ponsel berkamera saya hanyut di pantai Selatan. Namun, tidak mengapa karena kenangan itu masih tetap hidup dalam ingatan saya sampai sekarang.
5 Alasan Kampung Inggris Pare Kediri Layak untuk Dikunjungi
Seandainya saya tahu lebih awal perihal Kampung Inggris ini, saya sepertinya tertarik untuk menghabiskan waktu liburan sekolah di sana. Selain bulanan, paket kursusnya pun tersedia pilihan dua mingguan.
Saat saya ke sana, banyak juga pelajar yang mengisi liburan dengan belajar bahasa Inggris di sana. Tidak hanya SMA, anak SMP bahkan SD pun ada. Hal ini makin membuat saya merasa terlambat mengenal Pare Kediri.
Nah, dalam rangka menebar racun, sekarang saya akan memaparkan lima alasan kenapa kalian harus mengunjungi Kampung Inggris tersebut. Let’s check this out.
Tempat Belajar Bahasa yang Intensif dan Kondusif
Saat kalian memutuskan belajar bahasa Inggris di sana dijamin kalian akan lebih cepat mahir. Setiap harinya kalian bisa mengambil beberapa kelas sesuai minat. Ada kelas speaking, listening, grammar, vocabulary, translation, dan lain-lain.
Akan lebih bagus lagi jika kalian tinggal di camp karena itu bisa mengakselerasi speaking skill. Selain bahasa Inggris, di sana juga ada kursus bahasa Arab dan Mandarin.
Tutor Kompeten
Kebanyakan tutor di sana bukan lulusan bahasa Inggris, tetapi kemampuannya tidak diragukan. Mayoritas dari mereka merupakan pengajar muda, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan.
Selain itu, tidak jarang kami belajar di luar ruangan sehingga suasana lebih hidup. Namun, sekalipun kami beraktivitas di kelas tetap tidak membosankan, kok, karena para tutor pandai menghidupkan suasana.
Teman Lintas Daerah
Saya menemukan teman dari berbagai daerah di sana. Selain teman yang berasal dari pulau Jawa, ada juga yang dari Sumatra dan Kalimantan.
Di antara mereka, saya pantau dari media sosial banyak yang sempat atau kini sedang di luar negeri. Sepertinya dulu mereka ke Pare memang sebagai persiapan untuk abroad.
Biaya Hidup Murah
Mahal dan murah itu sebenarnya relatif, tetapi menurut saya harga makanan dan biaya sewa saat itu terbilang murah. Total pengeluaran saya selama satu setengah bulan adalah Rp. 1.500.000. Sudah mencakup tempat tinggal, biaya makan, biaya kursus, jajan, dan lain-lain.
Hingga kini saya masih ingat nama tempat makan yang paling sering dikunjungi, yakni Wakapo. Masih jelas dalam ingatan betapa besarnya potongan ayam tepung yang mereka jual dengan harga murah.
Liburan
Sambil belajar, kita pun bisa sekalian liburan. Setiap camp biasanya we mengadakan sebuah tour. Saat itu Cherry camp mengadakan perjalanan ke Pulau Sempu, Malang, tetapi saya tidak ikut.
Buat kalian yang pernah ke Pare, boleh menambahkan di kolom komentar apa lagi alasan yang menjadikan Pare Kediri layak untuk dikunjungi.
Penutup “Kampung Inggris Pare Kediri”
Tidak ada cara yang lebih ampuh untuk mempelajari suatu bahasa daripada menciptakan lingkungan yang kondusif. Hal inilah yang bisa kita dapati di sebuah kecamatan di Kediri, yakni Tulungrejo.
Kampung Inggris tersebut tepatnya berada di Kelurahan Pare. Di sana kalian tidak akan merasa malu untuk berbahasa Inggris karena suasananya sudah terbentuk untuk menjadi support system.
14 belas tahun berlalu sejak saya menginjakkan kaki di Pare Kediri dan hingga kini saya masih memiliki keinginan untuk kembali. Menurut kalian apakah di 2024 ini Pare masih layak untuk dikunjungikah? Mengingat sudah banyaknya Kampung Inggris di daerah lain. Share di sini, yuk, Playmates.
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.