Kegemaran membaca itu terbit sedari saya masih kecil. Makin dewasa, makin terasa bahwa buku itu memang candu. Para penulis favorit silih berganti mengisi hari-hari yang lebih saya habiskan di rumah saja.
Semua bermula dari Ibu yang membelikan Bobo dan Mangle bekas. Kemudian setiap berkunjung ke rumah Bibi, saya kerap “melahap” Intisari. Kakek yang seorang kepala sekolah pun memiliki perpustakaan pribadi. Di antara koleksinya ada buku cerita anak-anak.
Saat sekolah dasar, saya dan adik-adik pernah menyisihkan uang jajan untuk membeli komik tipis karya Tatang S. Kalian tahu kisah-kisah horor ciptaannya, Playmates? Itu, loh, yang ada Petruk, Gareng, dan Bagong. Terus sering banget ada episode dedemit pemakan bayi.
Kala itu seru banget baca-baca ceritanya. Namun, seiring bertambah umur, kisah horor tidak lagi jadi preferensi saya. Cari aman saja daripada habis baca nggak berani ke kamar mandi sendiri, kaan.
Setelah masa itu saya tertarik banget dengan Detektif Conan. Hingga kini genre cerita seperti itu masih menjadi favorit. Di usia sekolah menengah pertama, saya sempat membeli beberapa komik Conan, tetapi tidak banyak.
Dari Conan, bacaan saya berkembang ke kisah Sherlock Holmes dan buku-buku Agatha Christie. Saya meminjam novel-novel itu dari perpustakaan di sekolah menengah atas tempat Ibu mengajar. Saya tambah excited saat tahu bahwa nama Detektif Conan terinspirasi dari penulis kisah Sherlock Holmes, yaitu Sir Arthur Conan Doyle.
Kisah misteri dan detektif memang paling menarik bagi saya. Namun, bukan misteri hantu dan kisah gore. Selain itu, saya juga membaca novel romansa karya Mira W. dan Marga T. Novel-novel itu juga saya pinjam dari perpustakaan.
Kala itu saya bersekolah di sebuah pesantren. Di sanalah, saya mulai mengenal novel islami. Penulis favorit yang karyanya saya baca di antaranya adalah Asma Nadia, Helvy Tiana Rossa, dan Pipiet Senja. Saya pun berlangganan majalah remaja islami, yaitu Annida.
Penulis Favorit
Pada dasarnya, saya bisa baca berbagai genre tulisan, tetapi ada beberapa penulis favorit yang bukunya lumayan banyak saya baca. Setiap penulis pasti punya ciri khas, sehingga saat sudah membaca beberapa karyanya akan tercipta chemstry dengan penulis tersebut. Sehingga ketagihan ingin baca karya lain darinya.
Saya beruntung mempunyai adik yang memiliki selera bacaan yang sama. Sehingga saya tinggal duduk manis membaca karya penulis favorit tanpa mengeluarkan dana. Selain itu, saya juga jadi punya banyak bahan untuk membuat ulasan buku.
Tere Liye
Saya pertama mengenal nama Tere Liye dari kutipan-kutipannya yang berseliweran di media sosial. Saat itu saya belum tahu dia merupakan seorang novelis hingga seorang kenalan memamerkan novelnya yang berjudul Daun yang Jatuh Tidak Pernah membenci Angin.
Meskipun demikian, judul tersebut bukan novel Tere liye yang pertama dibaca. Saya tidak akan pernah lupa Hujan-lah yang menjadi gerbang untuk memasuki dunia novel Tere Liye.
Selain karyanya, saya juga suka sosok Bang Darwis ini. Meskipun kerap marah-marah di akun media sosialnya, tetapi saya paham itu merupakan usahanya untuk mengedukasi banyak orang agar tidak Teruslah Bodoh, Jangan pintar.
Berikut novel Tere Liye yang sudah saya baca:
- Hujan
- Rembulan Tenggelam di Wajahmu
- Rindu
- Sunset Bersama Rosie
- Pulang
- Negeri Para Bedebah
- Negeri di Ujung Tanduk
- Bedebah di Ujung Tanduk
- Tanah Para Bandit
- Ayahku (Bukan) Pembohong
- Tentang Kamu
- Aku, Kau, dan Sepucuk Angpau Merah
- Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
- Eliana
Dee Lestari
Semenjak Sekolah Menengah Pertama saya sudah tahu sosok Dee Lestari. Kala itu novelnya yabg berjudul Supernova booming. Sebelumnya, saya mengenalnya sebagai Dewi Lestari, anggota grup vokal RSD.
Saya pertama kali berkesempatan membaca novelnya saat sudah kuliah. Bukunya yang pertama saya baca adalah Perahu Kertas. Alur ceritanya tidak rumit, sehingga saya agak syok saat kemudian membaca Supernova. Pusing, tetapi bikin jatuh cinta.
Sejauh ini, menurut saya Dee Lestari-lah penulis yang tulisannya paling rapi dari segi aturan EYD dan KBBI. Berikut buku-bukul Dee yang sudah saya baca:
- Perahu Kertas
- Supernova 1: ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
- Supernova 2: Akar
- Supernova 3: Petir
- Supernova 4: Partikel
- Supernova 5: Gelombang
- Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi
- Filosofi Kopi
- Rectoverso
- Aroma Karsa
- Rapijali 1: Mencari
- Rapijali 2; Menjadi
- Rapijali 3: Kembali
Andrea Hirata
Andrea Hirata Langsung populer sejak novel pertamanya. Laskar Pelangi begitu nge-hits, sehingga wahana filmnya pun tidak kalah sukses. Saya pettama tahu tentang Pak Cik saat kuliah dan tidak lama kemudian saya berkesempatan membaca Tetralogi Laskar Pelangi.
Sekitar 15 tahun kemudian, di cetakan ke-50nya Laskar Pelangi berubah menjadi Trilogi. Buku Edensor dan Marymah Karpov melebur menjadi Buku Besar Peminum Kopi. Saya belum dapat informasi alasan di balik perubahan tersebut.
Meskipun tidak semua novelnya memceritakan Ikal, tetapi setting tempatnya semua berada di pulau terpencil Sumatra. Selain itu, secara ekonomi sosial pun serupa. Atmosfer Melayu dan kemiskinan kental terasa di setiap karyanya. Namun, tulisan Pak Cik seakan mengajak kita untuk menertawakan kemiskinan itu.
Berikut novel-novel Andrea Hirata yang sudah saya baca:
- Laskar Pelangi
- Sang Pemimpi
- Edensor
- Maryamah Karpov
- Padang Bulan
- Cinta dalam Gelas
- Ayah
- Sebelas Patriot
- Pohon Sirkus
- Orang-Orang Biasa
- Guru Aini
- Brianna dan Bottomwise
Dan Brown
Di antara semuanya, genre tulisan Dan Brown merupakan genre yang paling saya suka. Thriller misteri berpadu sempurna dengan sejarah dan sains. Namun, di bagian pembahasan seni, saya sering keteteran.
Novel pertamanya yang mengantarkan Dan Brown dikenal luas oleh masyarakat dunia adalah The Da Vinci Code. Setelah booming, novel-novel sebelumnya turut muncul ke permukaan. Isi tulisannya sering kali tentang benturan agama dan sains.
Maka dari itu, tak mengherankan, jika novel-novel Dan Brown terkenal dengan tag line “Buku yang Mengguncang Iman.” Berikut buku-bukunya yang sudah saya baca:
- The Da Vinci Code
- Angels and Demons
- Digital Fortress
- Deception Points
- Inferno
- The Lost Symbol
- Origin
Penutup “Penulis Favorit yang Novelnya Paling Banyak Dibaca”
Lewat bacaan, kita bisa merasa sangat mengenal para penulisnya walaupun tidak kenal secara pribadi. Apalagi kalau penulis tersebut produktif sehingga bisa membuat kita terhanyut di lautan karya-karyanya.
Jika sebuah novel membuat tertarik, saya akan mencari tahu perihal novel lain dari penulis tersebut. Makin lama, saya makin terjerat tulisan-tulisannya. Bahkan, terkadang sampai susah move on dari tokoh-tokoh fiksinya.
Karya-karya Tere Liye, Dee Lestari, Andrea Hirata dan Dan Brown merupakan karya yang paling banyak saya baca. Saya berbangga diri karena sudah hampir membaca semua karya mereka. Kecuali karya Tere Liye, ya. Entah kapan saya bisa menamatkan membaca 50 novelnya. Kalau penulis favorit kalian siapa, Playmates?
Tere liye jugaaa nih mbak hehehe… Tiap masuk toko buku selalu buku tereliye terpajang di meja buku best seller…dn bukuĀ² karya beliau puny daya tarik para pembacaa…
waaah mereka memang penulis hebat, tapi ada juga kak sastrwan legendaris yang masih melegenda karena karya-karyanya. diantaranya, agustinus wibowo, pramoedya ananta toer dan buya hamka. semoga bisa menambah wawasan para pecinta novel eheheh
Saya juga dulu suka banget banget sama Tere Liye. Semua buku sama baca, dan cuma baca buku ya bukunya Tere Liye. Suatu hari, waktu KKN, saya dikenalkan teman saya sama buku karangan Maman Suratman da Puthut EA, sekarang saya memiliki banyak penulis kesayangan dan bacaan jadi beragam.
Wah, aku berarti masih beruntung masih bisa menikmati tetraloginya Laskar Pelangi. Sekarang ternyata udah jadi trilogi ya. Kok aku ikut seneng sih mbak baca tulisan ini, ikut berbunga2 juga, padahal buku2 yg mbak tulis di sini belum aku baca semua, cuma sebagian yg sudah kubaca… Aku dulu suka baca Habiburrahman El Shirazy. Terus gara2 5CM jadi suka baca novelnya Donny Dirgantoro. SMA aku udah jarang baca novel, geser lebih suka baca kumpulan puisi. Paling suka baca puisi2nya D. Zawawi Imron..
Andrea Hirata juga penulis favorit aku mbak, ternyata hampir semua udah dibaca kecuali Brianna dan Bottomwise. Bagiku latar belakang kemiskinan itu relate sehingga terasa dekat dengan kita. Supernova-nya Dee Lestari juga bagus sih, apalagi serial actionnya Tere Liye. Kalo penulis terakhir jujur belum pernah baca.
Kita hampir sama, Kak. Aku juga suka baca karya Bang Tere, Dee Lestari.
Cerita Conan, aku juga suka. Tapi gak pernah baca, sejauh ini kunikmati lewat animasinya.
Jadi ingat dulu aku sampai “mengejar-ngejar” Andrea Hirata. Ke mana dia jadi pembicara di Jakarta dan sekitarnya, berusaha untuk mengejar. Saking-saking terhipnosis tulisan-tulisannya. Bagiku, untaian katanya adalah candu.