Novel Hujan, Antara Menerima dan Melupakan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sehat untuk semua, ya, Playmates. Belakangan saya sedang mencoba memperbaiki hubungan dengan buku. Dan, Novel Hujan menjadi salah satu buku yang saya harap bisa mengembalikan rasa itu.

Dahulu saya merasa begitu dekat dengan buku. Bersamanya, saya tidak pernah merasa kesepian dalam kesendirian. Cukup dengan membaca hati saya terasa penuh akan kegembiraan, pengetahuan, dan pemahaman.

Seiring bertambahnya usia, ada banyak rutunitas yang menjauhkan diri ini dari buku. Selain itu, godaan social media yang melenakan membuat “sang sahabat” tampak tidak semenarik dulu.

Kini saat melihat deretan buku di rak, hatiku merasa mereka memanggil untuk kembali berbagi rasa. Kemudian kuambil Novel Hujan dan mencoba mengulang perjalanan terdahulu.

Related:
Novel Sehidup Sesurga Denganmu

Novel Death on The Nile by Agatha Christie

1. Deskripsi Buku

  • Judul Buku : Hujan
  • Penulis: Tere Liye
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
  • Jumlah Halaman: 318
  • Tahun Terbit: Cetakan Kedua, Januari 2016

2. Sinopsis Novel Hujan

Novel Hujan, Antara Menerima dan Melupakan

Pada tahun 2050, Lail mendatangi seorang paramedis senior. Dia bermaksud untuk melakukan suatu tindakan operasi untuk menghilangkan memori tentang hujan. Hujan selalu menjadi saksi dalam setiap kebahagiaan di hidupnya. Hujan pulalah yang menyertai kesedihan terdalamnya.

Sebelum tindakan dilakukan, paramedis itu meminta Lail menceritakan kembali kisah hidupnya agar tidak ada kesalahan penghapusan kenangan. Sebuah alat dipasangkan di kepala Lail. Alat itu terhubung dengan sebuah tablet yang memperlihatkan peta saraf yang berkelindan. Biru untuk kenangan indah, kuning untuk kenangan netral, sedang merah untuk kenangan buruk.

Delapan tahun sebelumnya menjadi awal kesedihan di hidup Lail. Sebuah gempa bumi dan letusan gunung yang dahsyat menjadikannya seorang yatim piatu. Gadis berusia tiga belas itu kehilangan ibu di depan mata. Dia menyaksikan sang ibu jatuh di tangga lubang darurat kereta bawah tanah. Sedang sang ayah tersapu tsunami di belahan benua yang lain. Dan, saat itu hujan.

Seorang anak laki-laki menyelamatkannya sehingga dia tidak menyusul sang ibu jatuh dari lubang tersebut. Sejak saat itu mereka berkawan karib, Lail dan Esok tinggal di tenda pengungsian no 2, di reruntuhan stadion bola.

Di mana ada Esok, di situ pasti ada Lail. Esok seperti hadiah yang Tuhan berikan sebagai ganti ayah dan ibu yang telah diambil. Namun, setelah satu tahun bersama, mereka harus berpisah karena wali kota mengadopsi Esok dan dia melanjutkan kuliah ke ibu kota.

Related:

Novel Rapijali 1 (Mencari), Welcome to Planet Ping

Novel Ancika, Sebuah Nama Sebuah Cerita

Kapal Soke Bahtera

Lail kemudian tinggal di panti sosial dan mempunyai teman sekamar bernama Maryam. Di sela kesibukannya, Esok menyempatkan menemui Lail saat liburan meski itu hanya beberapa jam. Mereka berkeliling kota dengan berboncengan sepeda merah pemberian marinir saat di pengungsian dulu.

Saat berusia 15 tahun, Lail dan Maryam mendaftarkan diri menjadi relawan. Meski awalnya Organisasi Relawan tidak menerima mereka karena terkendala usia, pada akhirnya mereka menjadi relawan kebanggaan kota. Bahkan mereka menerima penghargaan atas dedikasi tinggi dalam penyelamatan kota hilir dari jebolnya bendungan.

Pertemuan Lail dan Esok terbilang jarang, hanya satu tahun sekali. Namun, pertemuan itu cukup memberikan amunisi bagi Lail untuk menjalani 365 hari berikutnya.

Di zaman teknologi super canggih, mereka berhubungan via telepon hanya terbilang tiga kali.
Selalu Esok yang menghubungi. Lail tidak pernah berani menghubunginya terlebih dahulu, khawatir akan mengganggu perkuliahannya.

Terlebih, pemuda itu sedang mengerjakan sebuah proyek besar. Esok memang jenius. Belakangan wajahnya kerap muncul di berita sebagai ilmuwan muda, Soke Bahtera.

Lail merasa Esok bukanlah Esok yang dia kenal dahulu. Kini dia bukanlah orang sembarangan, seorang ilmuwan dan anak angkat wali kota. Dan, yang membuat Lail semakin nelangsa, Esok mempunyai adik angkat bernama Claudia, gadis cantik yang seperti keluar dari buku dongeng putri raja.

Related:

Novel The Dusty Sneakers, Catatan Duo Travel Blogger

Novel Serpihan Asa, Cerita Sederhana yang Menjadi Juara

Akankah Lail Melupakan Esok dan Hujan? Atau Memilih Memeluk Semua Kenangan Tentangnya?

Lail dan Esok di Novel Hujan karya Tere Liye

Sejak hari wisuda Esok, Lail mulai merasakan cemburu. Perhatian Esok terbagi, tak lagi hanya untuknya. Esok mengobrol asik dengan keluarga angkatnya. Tidak ada tatapan penuh perhatian seperti kalau mereka sedang berdua.

Rasa sakit, cemburu, kecewa, rendah diri membentuk benang merah di peta saraf Lail. Terlebih, saat dia mengira Esok memberikan salah satu tiket yang dia miliki kepada Claudia. Semakin hancurlah Lail. Dia kemudian berniat menghapus memorinya tentang Esok.

Tiket itu hanya ada 40.000 untuk empat kapal yang akan menuju dan tinggal di luar angkasa selama iklim panas ekstrem melanda bumi. Sekitar 100 tahun lagi, kapal itu akan kembali ke bumi setelah iklim bumi berangsur membaik seperti sedia kala sebelum adanya intervensi stratosfer.

Lail tidak pernah menginginkan tiket itu, dia hanya ingin bersama Esok. Namun, Esok harus berada di kapal itu karena hanya dia yang tahu seluk-beluk kapal. Jadi, kalau mau bersama, dia harus punya tiket juga. Sedang, tiket itu Lail kira sudah Esok berikan pada Claudia. Sudahlah, tak ada yang penting lagi, Lail tetap bersikeras untuk menghapus memorinya tentang Esok.

Maryam mencoba menghentikan operasi tersebut, tetapi tidak bisa. Kemudian dia menghubungi Esok untuk memberitahukan hal itu. Sempatkah Esok menghentikan Lail menghapus kenangan tentangnya? Cari tahu sendiri kelanjutannya, ya, Playmates.

Related:

Novel Anak Rantau, Alam Terkembang Jadi Guru

Kumcer Bila Esok Ibu Tiada, Kisah Tentang Kehilangan dan Penyesalan

3. Review Novel Hujan

Hujan merupakan novel pertama Tere Liye yang saya baca. Dari judulnya saya tidak mengira kalau buku ini ber-genre sci-fi, dan tidak menyangka juga Bang Tere menulis buku jenis ini.

Sebelum membaca novelnya, saya terlebih dahulu mengenal beliau melalui quote-quote cintanya yang aduhai. Namun, belakangan saya tahu Tere Liye bisa menulis novel berbagai genre, mulai dari religi sampai aksi.

Novel ini bercerita tentang Lail yang ingin melupakan hujan. Ber-setting tahun 2042-2050 tentu membuat ceritanya menarik, kita serasa dibawa ke atmosfer film-film Hollywood yang mempunyai setting serupa tentang ras manusia terakhir.

Benang merah novel hujan ini adalah overpopulasi, tema yang sama dengan Inferno-nya Dan Brown. Bedanya, dalam Inferno, butuh bantuan tangan manusia untuk mengembalikan populasi umat manusia pada jumlah normal. Sedangkan di cerita Hujan ini, bumi punya cara sendiri untuk menyeimbangkan kembali populasi; melalui bencana alam. Serem, kan?

4. Penutup

Sebagai penikmat karya-karya Tere Liye, menurut saya Novel ini termasuk dalam jajaran karyanya yang spesial. Kisah Lail dan Esok mempunyai tempat khusus di hati saya. Meski membaca buku ini untuk pertama kali itu sudah bertahun-tahun yang lalu, tetapi jejaknya masih nyata.

Untuk kalian yang suka cerita futuristic dan sci-fi yang dibalut kisah romance tipis-tipis wajib banget untuk menjelajah tahun 2042-2050 bersama Novel Hujan ini. Selamat membaca.

25 pemikiran pada “Novel Hujan, Antara Menerima dan Melupakan”

  1. Wah keren banget emang Tere Liye ini. Tulisan-tulisannya mampu menggugah jiwa pembaca. Dan kalimat2nya itu lo, quote-able. Ehehe..

    Aku belum pernah baca utuh bukunya Tere Liye, cuma tau sekilas2 aja beberapa bukunya. Tapi keren banget sih. Apalagi beliau ini termasuk penulis yang produktif ya.. Selalu punya ide buat ditulis

    Balas

Tinggalkan komentar