Sudahkan kalian membaca buku hari ini, Playmates? Sekarang saya sedang membaca novel luar negeri best seller karya penulis kenamaan Agatha Christie yang berjudul Murder Is Easy. Serem banget, ya, tetapi anehnya genre inilah yang paling saya suka.
Sepanjang yang bisa diingat, saya adalah penyuka buku. Sejak saya masih kanak-kanak ibu sudah memfasilitasi bacaan meskipun terkadang itu majalah Bobo bekas. Habbit membaca terus berjalan hingga ibu mampu membelikan buku premium untuk adik bungsu.
Saya yang merasakan dampak besar dari kegemaran membaca tentu tidak akan membiarkan keberlangsungan tersebut putus. Saya pun menyediakan banyak buku untuk anak, dari yang murah hingga cukup mahal.
Dalam perjalanannya, kebiasaan membaca saya mengalami naik dan turun. Kadang menggebu, kadang lesu. Untuk itu, di tahun 2024 setelah lulus open recruitment komunitas One Day One Post, saya tertarik masuk salah satu kelasnya, yakni Reading Challenge ODOP.
Ini kali pertama saya bergabung dengan kelas semacam itu. Ternyata seru dan menantang. Kelas berlangsung selama empat pekan dan tiap pekan pihak penanggung jawab memberikan ketentuan buku seperti apa yang harus kami baca.
Pekan pertama bertema buku bersampul biru, lalu saya memilih judul Buku Besar Peminum Kopi. Di pekan kedua syaratnya adalah buku entrepreneurship. Meskipun temanya seperti itu, saya tetap memilih buku fiksi berjudul Bidadari untuk Dewa. Mengingat saya kurang tertarik buku nonfiksi.
This is it, di pekan ketiga saya mendapatkan tantangan yang gue banget, yakni membaca buku thriller/misteri/horor, tentu yang horor tidak termasuk dalam radar. Dengan kesadaran penuh saya memilih novel luar negeri best seller dari Agatha Christie untuk memenuhi tantangan membaca dari RCO pekan ini.
Novel Luar Negeri Best Seller
Membaca berbagai jenis novel memberikan kesan istimewa dengan ciri khasnya masing-masing. Saya memang sangat suka karya Tere Liye, Andrea Hirata, Dee Lestari, dan penulis hebat kebanggaan negeri ini lainnya. Namun, membaca novel luar negeri pun memberikan sensasi lain yang menyenangkan.
Meskipun bahasanya terkesan kaku dan agak sulit dimengerti, tetapi tidak mengurangi antusiasme saya dalam menjelajah dunia lain yang menyajikan budaya berbeda. Ya, buku memang selalu mampu memindahkan kita ke dimensi lain “hanya” melalui imajinasi.
Berikut beberapa karya penulis luar negeri yang membuat saya susah move on.
Karya Dan Brown
Sejak viralnya karya Dan Brown yang berjudul The Da Vinci Code, saya langsung tertarik dan kini sudah membaca semua karyanya. Perpaduan fakta dan fiksi menjadi ciri khas yang menjadi daya pikat.
Dari semua karya Dan Brown saya lebih suka novel yang menampilkan karakter Robert Langdon, seperti Inferno dan Origin. Meskipun alur tiap novelnya mirip, tetapi saya tidak pernah bosan membacanya.
Sherlock Holmes Karya Sir Arthur Conan Doyle
Saya awal mengenal Sherlock Holmes dari komik Detektif Conan. Conan begitu mengidolakan detektif swasta tersebut bahkan dia menamai dirinya sesuai nama sang penulisnya.
Akan tetapi setelah dipikir-dipikir, ikon Holmes sudah sangat populer dengan topi khasnya dan cangklong. Sayanya saja yang belum noticed bahwa itu adalah representasi detektif fiksi ternama.
Kisah Holmes yang paling saya ingat adalah saat dia menghilang di air terjun dan dikabarkan meninggal. Untungnya Doyle menghidupkannya kembali. Saya pun pernah menonton versi filmnya, tetapi sosok yang di film bukan seperti yang selama ini ada di bayangan. Bukannya tidak seru, tapi Holmes dalam imajinasiku itu dingin abis.
Karya Agatha Christie
Saya mengenal Agatha Christie saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu, saya kerap meminjam bukunya di perpustakaan sekolah tempat ibu mengajar.
Hingga kini karya Christie yang paling melekat itu 10 Anak Negro dan Josephine (saya tidak yakin apa judulnya, pokoknya tentang pembunuh berusia lima tahun). Setelah menikah, saya baru membaca dua judul karyanya, yakni The Death On The Nile dan Murder Is Easy.
Agatha Christie mempunyai tokoh andalan, yaitu Hercule Poirot. Dia merupakan seorang detektif, tetapi tidak muncul di semua karya penulis wanita ahli misteri dan thriller tersebut.
Novel Luar Negeri Best Seller, Murder Is Easy
Pekan ini saya berhasil menamatkan novel setebal 328 halaman ini dalam beberapa hari saja. Biasanya, saya baca sesukanya tanpa target. Namun, karena sedang mengikuti reading challenge, saya menerapkan satu strategi agar bisa menamatkannya dalam waktu satu minggu.
Novel ini terdiri dari 23 bab jadi saya membaginya enam hari. Jadi satu harinya saya membaca empat bab untuk lima hari dan tiga bab sisanya untuk hari terakhir. Alhamdulillah, it works.
Selain bisa menyelesaikan membaca dalam waktu relatif singkat, ternyata kalau mempunyai target seperti ini pemahaman terhadap alur cerita pun menjadi lebih tajam karena tidak terlalu banyak jeda.
Deskripsi Novel Terjemahan Best Seller
- Judul : Murder Is Easy (Membunuh Itu Gampang)
- Penulis : Agatha Christie
- Tebal: 328 halaman; 18 cm
- Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
- Cetakan Kesembilan, Maret 2023
Sinopsis Novel Luar Negeri Terjemahan Indonesia
Luke Fitzwilliam baru saja pulang ke Inggris setelah pensiun dari tugas di wilayah dunia Timur, Teluk Mayang. Di perjalanan dalam kereta secara random dia bertemu dengan seorang wanita yang menuju Scotland Yard.
Wanita itu bercerita kepada Luke bahwa di desanya telah terjadi beberapa kematian tidak wajar. Bahkan dia mempunyai firasat akan segera terjadi kematian lagi. Dengan terang-terangan wanita itu menyebut nama-nama terkait peristiwa tersebut.
Luke menyukai wanita bernama Lavinia Pinkerton itu karena mengingatkan dia pada seorang bibi favoritnya. Namun, selebihnya dia sulit untuk memercayai apa yang diocehkan selama perjalanan mereka.
Pensiunan polisi tersebut dengan cepat melupakan kejadian tersebut. Namun, beberapa waktu kemudian, dia membaca sebuah kabar duka di koran. Begitu terkejutnya Luke saat tahu berita itu adalah tentang dr. Humbleby, orang yang Pinkerton prediksikan akan menjadi korban pembunuhan berikutnya.
Dia tambah terkejut begitu tahu bahwa wanita teman seperjalanannya pun telah meninggal karena menjadi korban tabrak lari saat menuju Scotland Yard. Mengikuti insting polisinya, Luke pun memutuskan pergi ke Wychwood, desa penuh misteri itu dengan mengaku sebagai seorang penulis.
Luke yang memperkenalkan diri sebagai penulis cerita takhayul jadi bisa mewawancara orang sana dengan bebas. Dalam proses penyelidikannya, dia banyak dibantu oleh Bridget Conway. Makin dia mendalami kasus tersebut, makin dia melihat memang beberapa kematian terakhir di Wychwood memang mengarah pada pembunuhan.
Hampir sepanjang waktu di sana dia mencurigai empat orang pria, yakni dr. Thomas, Mayor Horton, pengacara Abbot, dan Ellsworthy si pemilik toko barang antik. Namun, menjelang akhir kisah, dia baru menyadari pelakunya bukan mereka berempat.
Dalam sekejap, dia kembali sadar pelaku sebenarnya bukanlah orang itu juga. Di saat-saat genting, Luke berusaha menyelamatkan Bridget, yang kini menjadi kekasihnya, dari cekikan pembunuh sebenarnya.
Ulasan Novel Terbaik Sepanjang Masa
Setelah beberapa waktu lalu membaca The Death On The Nile, saya kembali menamatkan novel Agatha Christie lainnya yang berjudul Murder Is Easy. Berbeda dengan novel pertama yang menampilkan Hercule Poirot, yang kedua ini menghadirkan Luke Fintzwilliam sebagai peran utama.
Selama membaca novel misteri ini, saya agak heran mengapa belum juga ada pembunuhan kembali saat proses penyelidikan yang Luke lakukan. Biasanya kan seperti itu. Namun, ternyata bagian mencengangkannya numpuk di bagian akhir.
Baru di novel ini juga saya mendapati karakter Agatha Christie yang jatuh cinta selama proses penyelidikan. Untungnya, roman tipis-tipis tersebut tidak ternoda drama mencintai seorang psikopat.
Penutup “Novel Luar Negeri Best Seller”
Senang rasanya tiga minggu ini saya bisa membaca tiga buku, yakni Buku Besar Peminum Kopi, Bidadari untuk Dewa, dan Murder Is Easy. Buku terakhir termasuk dalam genre favorit saya, yakni thriller dan misteri.
Katanya hidup itu sudah memusingkan, jadi tidak perlu kita tambahi dengan membaca buku yang membuat kening berkerut. Namun, saya malah senang dan menganggapnya salah satu refreshing.
Dalam lima hari saya berhasil menamatkan Murder Is Easy ini dan sekarang saya bertanya-tanya novel luar negeri best seller mana lagi yang menarik. Kalian punya rekomendasi, Playmates?
Waaah, samaa aku pun suka baca karena dibiasakan oleh orang tua meski hanya diberi majalah bekas, tapi itu sudah sangat mewah, hihi. Karya-karya Agatha Christie tuh selalu best seller ya, dulu waktu SMA pernah baca beberapa karyanya. Hahai, tos dulu untuk para penikmat buku fiksi 🙂
Sebenarnya saya suka baca tapi akhir ini susah sekali karena terlalu rempong dengan keadaan yang tidak teratur.. Tertarik mau baca ini nih.. Seru banget sepertinya mau baca ah
keren, menamatkan buku tebal dalam waktu seminggu, memang harusnya seperti itu ya agar target membaca tercapai, Saya coba untuk menirunya, semoga berhasil di saya nih
Kok sama ya… Minat baca tuh emang biasa naik turun, kadang menggebu, seringnya malah lesu. Kalau ditanya me time? Aku pasti pilih 2 hal: gardening dan baca.
Karya Agatha Christie emang gak ada matinya ya… Sejak aku SMA sampe kini masih aja asyik dibacanya. Endingnya pasti gak ketebak. Sampai geleng-geleng kepala habis baca…
Novel Agatha Christie selalu best seller, ceritanya seru. Saya suka novel-novel thtiller, detektif dan horor. Novel Murder Is Easy ini saya belum pernah baca. Sepertinya ceritanya menarik ya kak.
wah emang udah gak diragukan sih ya karya Agatha Cristie rasane menolak gagal hahaha selalu memberi rasa penasaran bagi pembacanya. Aku dulu baca pas zaman sma sekarang makin lelah mbak buat mencari hal2 yang harus mikir hahaha mbak monica malah sebaliknya ya malah jadi bahan refreshing mantap bener
Dulu waktu masih sekolah aku juga pernah denger nama Agatha Christie. Lupa dengernya dimana, di buku pelajaran atau dari guru. Nggak tau juga Agatha Christie yang sama atau beda, hehe.