Segala hal kini bisa kita jangkau dengan memanfaatkan jaringan internet. Oleh karena itu, saya kerap menyayangkan kalau kemudahan ini hanya kita manfaatkan untuk kesenangan belaka, semacam scrolling media sosial seharian. Ada banyak hal besar yang bisa kita raih tanpa beranjak dari rumah, salah satunya bergabung dengan sebuah komunitas menulis online.
Saat ingin mendalami suatu bidang, bergabung dengan sebuah komunitas merupakan pilihan yang tepat, bahkan menjadi sebuah keharusan. Berjuang sendiri itu sulit, oleh karena itu, kita membutuhkan support system yang sefrekuensi.
Dengan join komunitas, kita bisa memperluas jejaring. Makin luas pergaulan, makin besar pula kesempatan. Kesempatan tersebut tidak melulu perihal materi, bisa jadi peluang mendapatkan ilmu atau personal branding yang menguatkan image sebagai penulis.
Kita bisa menarik ingatan ke beberapa tahun yang lalu saat internet belum terlalu merajalela. Hanya orang-orang tertentu dan memiliki kegigihan kuat yang bisa bergabung dengan sebuah komunitas menulis.
Kini hanya bermodal ponsel, kalian bisa dengan mudah menemukannya. Bahkan komunitas tersebut kerap membuka kelas menulis online yang tidak berbayar alias gratis.
Sebagai ibu rumah tangga full tentu yang gratis-gratis seperti itu yang saya cari. Eits, meskipun gratis, kelas tersebut bukan kaleng-kaleng. Ilmu yang mereka bagikan ndaging, sehingga tidak berlebihan kalau saya menyebutkan komunitas menulis online itu punya andil dalam membangun literasi dengan penuh dedikasi.
Komunitas Menulis Online
Komunitas ODOP merupakan komunitas menulis online yang saya ikuti di tahun 2024. Sebenarnya, saya sudah noticed akan keberadaannya kurang lebih satu tahun yang lalu. Namun, saya belum berani bergabung karena merasa belum siap dengan masa open recruitment-nya yang intens dan panjang.
Tahun ini pun, saya tidak melakukan persiapan khusus. Secara kebetulan, saya membuka status seorang kawan literasi. Postingannya berisi informasi open recruitment komunitas ODOP batch 12. Itu pun sudah menjelang masa penutupan pendaftaran.
Dengan pertimbangan, anak-anak sudah makin mandiri, di saat-saat terakhir saya memutuskan untuk menantang diri melalui open recruitment komunitas ODOP, yang merupakan singkatan dari One Day One Post.
Bukan perkara mudah menjalani oprec ODOP ini karena peserta harus menulis di blog lalu mengunggahnya selama 35 hari berturut-turut. Sama sekali tidak ada jeda di hari Minggu, bahkan pada saat itu di salah satu harinya bertepatan dengan hari raya Idul Adha.
Saya sudah belajar menulis hampir tiga tahun, jadi sudah agak terbiasa menulis dan tidak terlalu terbebani. Jumlah katanya pun minimal 300 kata yang setiap pekannya bertambah 50 kata. Yang menjadi tantangan adalah konsistensinya, terutama perihal manajemen waktu dan menjaga semangat.
Selain menulis bebas, pihak ODOP setiap pekan memberikan materi yang dilanjutkan dengan tantangan mingguan. Selain melatih konsistensi, peserta pun dibekali ilmu kepenulisan dari para suhu.
Tiga puluh lima hari terlampaui dengan baik. Ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri setelah berhasil melewati semua tantangannya. Apakah semua berhenti sampai di sana?
Tentu tidak, ya, Playmates. Setelah resmi menjadi anggota komunitas ODOP, kami berkesempatan mengikuti berbagai kelas menulis yang lebih spesifik. Apa sajakah itu? Let’s check this out.
ODOP Blogger Squad (OBS)
Semenjak awal, komunitas OBS inilah yang saya incar karena akhir-akhir ini aktivitas menulis saya didominasi dengan ngeblog. Meskipun bukan kelas blogging pertama yang saya ikuti, hal tersebut tidak mengurangi antusiasme dalam menjalani setiap prosesnya.
Masa open recruitment OBS berlangsung hampir sebulan. Kelasnya dimulai tidak lama setelah oprec ODOP selesai. Nggak menyala gimana, tuh, kepala.
Sebenarnya bisa saja daftar oprec-nya tahun depan, tetapi saya memilih untuk memanfaatkan momentum. Belum tentu feel dan semangatnya akan sama dengan tahun ini.
Kelas ini terdiri dari sembilan materi dan tugas. Tugas tersebut harus selesai per tiga hari. Masih sama seperti sebelumnya, perkara template dan pengaturan Google Analytics yang paling menyita fokus perhatian.
Begitu selesai materi kesembilan tentang artikel feature, kami kembali bertemu dengan one day one post. Ada sembilan tema yang harus ditulis tiap harinya dengan deadline pukul 17.00.
Saat menulis ini, kami sudah sampai di tema kedelapan dan meninggalkan satu tantangan tema lagi, yaitu kompetisi blog. Apakah ini melelahkan? Tentu saja, tetapi saya yakin proses ini adalah tempaan untuk menjadi blogger handal.
Reading Challenge ODOP (RCO)
Saat form pendaftaran RCO disebar di grup besar ODOP, saya agak sedikit ragu untuk mengisinya. Ini karena open recruitment OBS masih berlangsung. Namun, karena rasa penasaran yang lebih besar dari kekhawatiran, saya memutuskan untuk juga join komunitas tersebut.
Sebelum kerap menulis, saya adalah orang yang gemar membaca. Namun, saya pembaca yang lambat. Satu buku satu bulan saja sudah merupakan prestasi, padahal blog saya awalnya hendak dibangun menjadi book blog. Emh, alangkah lucunya negeri ini!
RCO berlangsung selama empat pekan dan tiap pekan ada tantangan perihal buku yang dibaca. Ini kali pertama saya mengikuti komunitas reading challenge, sehingga saya sangat excited dalam menjalaninya.
Tantangan pekan pertama adalah membaca buku bersampul biru. Untungnya di rumah masih banyak stok buku yang belum saya baca. Setelah memilih-milih, pilihanku jatuh pada novel Buku Besar Peminum Kopi karya Andrea Hirata.
Tiap hari kami harus membaca sekian halaman dan melaporkannya. Di akhir pekan ada tantangan tambahan yang wajib kita selesaikan. Pekan pertama berjalan lancar dan saya bisa menamatkan novel setebal 300 halaman tersebut.
Tema buku untuk pekan kedua cukup membuat kepala berdenyut karena temanya entrepreneurship. Untungnya, di sini ada karya Asma Nadia yang berjudul Bidadari untuk Dewa.
Meskipun fiksi, tetapi buku tersebut memenuhi syarat karena menceritakan perjalanan hidup Dewa Eko Prayoga, seorang pengusaha, penulis, dan pengusaha sukses.
Tebal buku itu 500 halaman. Saya hanya mampu membaca sampai 300 halaman. Alhamdulillah saya masih bisa lanjut ke tantangan berikutnya karena telah memenuhi batas minimal bacaan dan menggenapkan tantangan mingguan.
Sekarang saya sedang menjalani tantangan ketiga, yakni membaca buku thriller/misteri/horor. Yeay, senang banget karena ini genre yang saya suka. Misteri, ya, maksudnya, bukan horor. Di tantangan ketiga ini saya memilih novel Agatha Christie yang berjudul Murder Is Easy.
ODOP Tembus Media (OTM)
Untuk kelas OTM ini, saya tidak banyak pertimbangan, langsung saja daftar. Selama ini saya menulis di “rumah sendiri”, sehingga ada rasa penasaran kalau menulis di “rumah orang lain” seperti apa, ya?
Selain itu, tugasnya pun tidak terlalu berat, “hanya” mengirimkan satu karya dalam satu bulan ke media yang telah panitia tentukan. Namun, di sisi lain, kelonggaran ini kerap melenakan. Sehingga banyak peserta yang menjadi deadliner, tahu-tahu sudah akhir bulan saja.
Bulan pertama kami mendapat tugas untuk mengirimkan tiga puisi ke redaksi Ngodop. Dari awal saya sudah memutuskan ingin menulis tentang Palestina, tetapi belum punya gambaran isinya akan seperti apa.
Hingga kemudian tiba-tiba ada dorongan untuk menulis tiga puisi dengan tiga point of view anak-anak. Yang pertama pov anak Indonesia, kedua pov anak Palestina, dan ketiga tentunya pov anak dari “negara” laknatullah.
Kemudian tugas kami di bulan kedua adalah menulis esai dengan tema saya dan buku. Tugas ini sejalan dengan tugas RCO pekan pertama. Sehingga tanpa ragu saya menulis ulasan tentang Buku Besar Peminum Kopi.
Saat mengerjakan tugas ini saya sedang berada dalam puncak ke-hectic-an karena menggarap tugas OBS, OTM, RCO, dan satu kelas lain di luar ODOP. Alhamdulillah semuanya bisa saya lalui dengan cukup baik. Di awal Oktober ini, saya sedang menantikan tugas OTM berikutnya.
ODOP Nulis Buku (ONB)
Kelas ini mempunyai tujuan akhir menerbitkan sebuah antologi bersama. Di salah satu hari oprec ODOP ada satu tantangan menulis cerpen. Dengan sepenuh hati saya mempersembahkan Di Kehidupan Berikutnya Kuingin Kuliah di UI untuk adik-adikku.
Alhamdulillah, cerpen tersebut masuk ke dalam 11 cerpen terbaik anggota ODOP batch 12, sehingga otomatis masuk ke kelas ONB. Di kelas tersebut, kami pun mendapat materi dan tugas.
Sekarang kami sedang dalam proses menunggu peserta dari batch lain yang ingin turut serta dalam project antologi tersebut. Perjalanan tentu masih panjang karena baru sampai pengumpulan naskah.
Kontribusi Komunitas Menulis Online ODOP dalam Membangun Literasi Bangsa
Menurut KBBI arti literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Pengertian literasi dapat diartikan sebagai pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu.
Membangun literasi bangsa tidak dapat kita serahkan sepenuhnya pada pihak sekolah, harus ada pihak lain yang menyokong. Di sisi inilah komunitas menulis online ODOP berdiri, turut ambil bagian dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Membudayakan Gemar Membaca
ODOP melalui RCO turut mengampanyekan gemar membaca. Dengan tenggat waktu tertentu, kita dilatih untuk membaca sesuai target. Saya yang terbiasa membaca sesukanya menjadi lebih terpacu untuk lebih teratur membaca.
Bagi masyarakat luas pun, reading challenge seperti ini bisa menimbulkan penasaran dengan keseruan membaca. Dari awalnya penasaran, tidak menutup kemungkinan ke depannya turut teracuni untuk membudayakan gemar membaca.
Membangun Habbit Menulis
Ini merupakan benefit paling besar yang saya rasakan. Bukan sekali, tetapi dua kali saya menjalani one day one post. Pertama saat oprec ODOP dan kedua kala oprec OBS.
Dengan menulis setiap hari, saya jadi mengetahui kapan waktu yang paling tepat bagi saya untuk menghasilkan tulisan terbaik. Selain itu, deadline pun menjadikan penulis lebih disiplin karena harus mengatur waktu jika tidak ingin di-kick dari kelas tersebut.
Mewadahi Proses Transfer Ilmu dalam Bidang Literasi
Kehadiran komunitas ODOP sungguh merupakan sebuah berkah bagi para penulis. Bagaimana tidak, di sana terjadi proses transfer ilmu dari para suhu tanpa dipungut biaya sepeser pun?
Di komunitas ini saya bisa menggali berbagai unsur dari ruh kepenulisan. Tidak terbatas pada blogging, tetapi juga menulis puisi, esai, cerpen, bahkan mempertajam kegemaran akan membaca.
Mencetak Penulis Andal
Setiap tantangan yang komunitas ODOP berikan menutut para anggota untuk serius dan disiplin. Tidak ada kata main-main di sini karena akan selalu ada bayang-bayang “tendangan” yang menghantui.
Semua kelas ODOP sejatinya adalah sebuah persiapan untuk menghadapi tantangan di dunia literasi sesungguhnya nanti saat kita berhadapan dengan klien. Bersikap seprofesional mungkin dari sekarang sehingga tanpa kita sadari perlahan kita bertransformasi menjadi penulis yang lebih bertanggung jawab.
Menciptakan Atmosfer Positif bagi Para Penulis
Menjadi penulis seorang diri itu sulit, kita akan selalu butuh komunitas untuk meng-upgrade skill, memperluas jejaring, atau “sekadar” saling berbagi semangat saat down.
Atmosfer positif yang komunitas ODOP berikan menjadi salah satu bara yang membuat keinginan saya untuk menulis tetap menyala. Tidakkah kalian ingin merasakannya juga, Playmates?
Penutup “Komunitas Menulis Online”
Open recruitment komunitas ODOP batch 12 telah berakhir. Kini sedang berjalan kelas-kelasnya, yaitu ODOP Blogger Squad, Reading Challenge ODOP, ODOP Tembus Media, dan ODOP Nulis Buku.
Apa yang ODOP lakoni merupakan bagian dari membangun literasi bangsa. ODOP menjadi wadah bagi kreativitas dan passion para penulis yang berkomitmen untuk bertumbuh bersama.
Berdedikasi. Rasanya tidak berlebihan jika kata itu tersemat pada komunitas tersebut dan para pengurusnya. Tentu bukan perkara gampang untuk memastikan semua kelas dan tantangan berjalan dengan baik.
Tiada kata selain terima kasih yang mampu saya sampaikan atas dedikasi ODOP, sebagai komunitas menulis online, yang berdedikasi turut ambil bagian dalam membangun literasi bangsa.