Personal Branding Sebagai Penulis

Alhamdulillah, OPREC ODOP 12 sudah memasuki pekan ketiga. Tugas harian OPREC ini sebenarnya tidak terlalu sukar, tetapi konsistensinya yang memerlukan niat dan usaha yang kuat. Sambil tetap mengerjakan tugas utama sebagai seorang ibu, saya sejauh ini mampu bertahan. Ini merupakan kebanggan bagi saya dan di lain pihak ternyata saya bisa sekalian menguatkan personal branding sebagai penulis.

Mengapa demikian? OPREC ODOP ini mewajibkan semua peserta mem-posting tulisan tiap hari. Setelah selesai posting, saya biasanya langsung membagikan artikel tersebut di media sosial.

Selama 19 hari ini, saya terus melakukannya tanpa jeda.
Konsistensi inilah yang bisa menguatkan branding sebagi penulis yang selama ini saya bangun. Bahkan, lebih kuat dari hari-hari biasa.

Normalnya dalam sebulan saya memublikasikan empat artikel, tetapi saat sedang mengikuti OPREC ini, saya sudah menulis 20 artikel dalam sebulan. Dan, bulan ini belum berakhir yang artinya insyaallah postingannya akan terus bertambah.

Ngomong-ngomong soal personal branding, salah satu kelas materi di pekan ketiga ini pun membahas hal yang sama. Narasumber kelas ini adalah Mbak Jihan Mawaddah. Nama ini tentu tidak asing lagi di telinga para blogger.

Tiap ada lomba blog, tiap itu pula ada nama Mbak Jihan di papan pengumuman juara. Baik juara favorit, maupun juara utama. Saat dia membagikan CV, semua peserta terkagum-kagum. Bagaimana tidak, sejak 2020 Mbak Ji sudah memenangi puluhan kompetisi. Saking banyaknya, list pencapaiannya memenuhi dua halaman penuh.

Secara otomatis, hal ini pun membentuk personal branding pada diri Mbak Jihan Mawaddah. Rekan-rekan blogger banyak yang mengenalnya dan menandai dia sebagai blogger langganan juara. Keren, ya!

Personal Branding

Personal branding sebagai penulis

Setelah membagikan CV, Mbak Jihan membagikan penggalan isi sebuah buku tentang personal branding. Buku tersebut berjudul “You Do You” karya Fellexandro Ruby. Menurut buku tersebut, dalam membangun branding diri, yang harus kita perhatikan adalah apa karya yang bisa kita banggakan?

  • Be so good that people google about you and your work.
  • Be so good that people can’t ignore you.
  • Be so good that your reputation precedes where you live and who you know*

Kalau kita sedang membangun branding diri itu berarti kita tidak boleh sembarangan nyampah di dunia maya. Sampah-sampah itu akan menutupi branding yang kita bangun di mata Google.

Misal, jika ingin dikenal sebagai penulis, ya berarti wajib pamer karya atau apa pun yang berhubungan dengan kepenulisan. Kalau dalam prosesnya, kita masih merasa diri ini sekadar pencitraan atau flexing, Mbak Jihan bilang berarti belum lulus materi personal branding.

Definisi Personal Branding

Lebih jauh Mbak Jihan menjelaskan bahwa personal branding ibaratnya seperti megafon yang menceritakan karya kita agar dapat sampai ke audiens yang lebih besar. Personal branding akan bisa membawa kita ke tempat-tempat yang belum pernah kita tuju sebelumnya. Proyek, kolaborasi, perusahaan, rekan bisnis yang berikutnya bisa datang dari bagaimana cara kita menceritakan karya lewat personal branding.

Personal branding berangkat dari karya. Ia dibangun oleh orang-orang yang talk the walk. Apa itu talk the walk? Yaitu orang-orang yang berani melakukan apa yang mereka khutbahkan, yakni sudah melakukan dulu sebelum bersuara.

Meskipun akan ada orang yang mengganggap pencitraan. Namun, hakikatnya keduanya merupakan hal yang berbeda. Personal branding adalah membangun reputasi dengan memamerkan karya dan skill yang kita miliki, no gap, dan butuh track record yang baik.

Sedangkan pencitraan adalah melakukan apa saja yang penting publik suka dan tidak berdasarkan kompetensi yang kita miliki. Selain itu, track record-nya pun pasti akan menjadi pertanyaan.

Cara Membangun Personal Branding

Mari kita tuliskan, kita ingin dikenal sebagai siapa? Apa tujuan kita ingin dikenal orang? Apa kelebihan kita?

Gali apa yang menjadi kelebihan kita dan fokuskan untuk mendalami itu hingga menjadi seorang expert. Kalau masih belum tahu apa yang menjadi kelebihan dari diri, kita bisa berangkat dari apa yang paling  digemari? Apa yang membedakan kita dari orang lain?

Misalnya, kita ingin orang mengenal kita sebagai penulis. Penulis apa? Penulis buku biografi kah? cerpen? novel?

Jadi kita memang harus punya ambisi untuk mencapai sesuatu. Jangan berhenti ketika orang sudah mengenal kita sebagai penulis. Kita pun harus merancang akan bagaimana selanjutnya, jika orang telah mengenal kita sebagai seorang penulis.

Setelah tahu ingin dikenal sebagai apa, kita cari cara mengembangkan branding diri itu sendiri. Otentik, Relevan dan Konsisten. Tiga hal inilah yang harus ada dalam personal branding.

Penutup 

Jika kita ingin orang mengenal kita sebagai penulis maka tunjukanlah karya dan kegiatan kita sebagai penulis. Awalnya mungkin akan ada yang menganggap pencitraan, tetap waktu jugalah yang akan membuktikan layak dan tidaknya kita di bidang tersebut.

Salah satu indikator berhasil tidaknya personal branding yang kita bangun adalah pendapat Google tentang diri kita. Kalau kita search nama di mesin pencari, lalu yabg keluar benar-benar profil kita sebagai penulis, berarti kita sudah di track yang benar.

Namun perlu diketahui bahwa personal branding adalah orang-orang dengan mentalitas sebagai berikut :

“Saya berbagi pengalaman, ilmu, dan, pemikiran personal yang bermanfaat bagi orang lain, dengan menggunakan media yang cocok untuk dampak yang baik.” Selamat menjadi apa yang kalian inginkan, Playmates!

2 pemikiran pada “Personal Branding Sebagai Penulis”

  1. Otentik, relevan, dan konsisten adalah 3 poin yang saya highlight dari proses menulis blog. Dari dulu yang paling susah saya terapin adalah konsistensi, tapi dengan ikut Oprec odop ini jadi terbangun habit menulis

    Balas

Tinggalkan komentar