Kajian di TK si bungsu tidak hanya menghadirkan siraman rohani. Terkadang, acara rutin mingguan tersebut mengangkat tema kesehatan. Seperti pada 26 September lalu, POMG menggelar kajian edukasi terkait penyakit kanker serviks.
Sebagai perempuan, sudah sepatutnya kita waspada karena penyakit ini merupakan kanker pembunuh nomor dua perempuan Indonesia, setelah kanker payudara. Data pada tahun 2020 menunjukkan terdapat sekitar 604.000 kasus baru di seluruh dunia, dan lebih dari setengahnya berujung pada kematian.
Angka itu membuat saya bergidik. Betapa banyak di antara kita yang mungkin belum tahu cara mencegahnya, atau bahkan masih terkendala oleh terbatasnya akses skrining yang memadai. Terlebih, 90% kasus baru dan kematian akibat kanker serviks terjadi di negara berkembang.
Pihak panitia menghadirkan seorang ahli di bidangnya sebagai narasumber, yakni dokter spesialis kandungan. Ia adalah dr. K. M. Aditya Fitrandi, SpOG, seorang dokter asal Palembang yang kini berdomisili di Kota Intan dan bertugas di RSUD dr. Slamet, Klinik Bunda Alya, dan RS Guntur Garut.
Dalam pemaparannya, dr. Aditya menekankan bahwa kanker serviks bukanlah penyakit yang muncul secara tiba-tiba, melainkan berkembang dalam jangka waktu yang panjang. Karena itu, sebenarnya kita bisa mengenalinya sejak fase awal. Makin cepat ditangani, makin besar pula peluang untuk sembuh.
Saya pulang dengan banyak pikiran Jumat siang itu. Penyakit kanker serviks merupakan ancaman nyata bagi setiap perempuan. Siapa pun di sekitar kita memiliki potensi terjangkit – bukan hanya orang lain yang jauh di sana. Tak ada lagi alasan untuk tidak peduli terhadap kesehatan reproduksi karena menjaga diri adalah salah satu bentu mencintai diri.
Faktor Risiko Penyakit Kanker Serviks

Edukasi seperti ini bukan dimaksudkan untuk menimbulkan rasa takut, melainkan untuk mendorong kita agar lebih peduli terhadap tubuh sendiri. Apalagi sebagai seorang ibu, kadang kita begitu sibuk mengurus keluarga hingga lupa bahwa menjaga kesehatan diri juga merupakan hal penting. Padahal, ketika ibu sehat, keluarga pun ikut kuat.
Penyebab utama kanker Serviks adalah infeksi Human papillovirus infection (HPV), tetapi ada faktor lain yang dapat memperbesar kemungkinan berkembangnya penyakit ini. Berikut beberapa hal yang perlu kita waspadai:
Menikah/mulai melakukan aktivitas seksual di usia muda (<20 tahun)
Pemerintah sudah mengatur batas minimal usia pernikahan. Namun, masyarakat dengan tingkat pendidikan dan kesadaran rendah masih kerap menganggap pernikahan dini sebagai hal lumrah. Masih banyak orang tua di pelosok yang menikahkan anak perempuan di usia belasan dengan dalih meringankan beban keluarga. Yang tidak disadari, praktik ini justru meningkatkan risiko remaja putri terkena kanker serviks.
Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul (IMS)
Infeksi menular seksual dapat menyebabkan peradangan berkepanjangan di area leher rahim dan panggul. Jika tidak diobati dengan tuntas, kondisi ini bisa memengaruhi daya tahan sel serviks dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi HPV. Karena itu, menjaga kebersihan organ intim, setia pada satu pasangan, serta segera memeriksakan diri saat ada keluhan adalah langkah sederhana yang sangat penting.
Berganti pasangan seksual atau melakukan hubungan seks dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan
Menikah bukan hanya soal cinta, tetapi juga soal tanggung jawab dan kesehatan bersama. Meskipun kita tidak bisa mengenal seseorang sepenuhnya, penting untuk memastikan calon pasangan memiliki gaya hidup sehat dan tidak berisiko tinggi terhadap infeksi menular seksual.
Paparan rokok (pasif atau aktif), daya tahan tubuh turun
Jangan pernah berpikir bahwa rokok hanya membahayakan pengisapnya. Justru, perokok pasif memiliki risiko lebih tinggi terpapar zat berbahaya. Jadi, jika benar menyayangi pasangan dan keluarga, seharusnya kita berhenti merokok demi kesehatan bersama.
Perempuan yang melahirkan banyak anak
Melahirkan adalah anugerah dan wujud cinta terbesar seorang ibu. Namun, setiap kehamilan memberi beban besar pada tubuh, termasuk pada leher rahim. Perempuan yang terlalu sering melahirkan memiliki risiko lebih tinggi mengalami perubahan sel pada serviks. Karena itu, penting untuk memberi jeda antarkehamilan agar tubuh memiliki waktu cukup untuk pulih.
Gejala Penyakit Kanker Serviks
Setelah memaparkan faktor risiko, dr. Adit melanjutkan materi tentang gejala penyakit kanker serviks. Tak ada yang lebih mengenal tubuh kita selain diri kita sendiri. Karena itu, penting untuk peka terhadap setiap sinyal yang tubuh kirimkan.
Kanker kerap disebut sebagai silent killer – penyakit yang membunuh dalam diam. Perjalanan penyakitnya yang panjang seringkali membuat penderita tidak menyadari gejalanya hingga sudah berada di tahap lanjut. Fakta ini seharusnya membuat kita makin peka terhadap berbagai “protes halus” yang mungkin tubuh sampaikan. Berikut beberapa gejala kanker serviks yang perlu kita waspadai.
- Nyeri pinggang, kaki, dan pelvis
Sel kanker yang menyebar ke jaringan sekitar bisa menekan sel saraf di area panggul. Hal inilah yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Awalnya bisa jadi terasa seperti rada pegal biasa, tetapi lama-lama bisa menimbulkan rasa nyeri.
- Kehilangan berat badan, kelelahan, hilang nafsu makan
Sel kanker itu merupakan sel abnormal. Oleh karena itu tubuh mengeluarkan energi ekstra untuk melawannya. Akibatnya, penderita bisa merasa lemah dan mengalami penurunan berat badan secara drastis.
- Perdarahan paska senggama
Normalnya, vagina tidak akan mengalami perdarahan setelah berhubungan suami istri. Namun, pada kasus kanker serviks, permukaan leher rahim penderitanya menjadi lebih sensitif. Sehingga, perdarahan tidak normal kerap terjadi.
- Keputihan atau keluar cairan encer putih kekuningan bercampur darah seperti nanah
Keputihan merupakan hal wajar. Namun, bila jumlahnya lebih banyak dari biasa dan terkadang memiliki bau tidak sedap, jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter. Bisa jadi ini merupakan gejala adanya infeksi atau perubahan jaringan serviks.
Kanker Serviks Dapat Dicegah

Bagaimanapun, kanker memang menakutkan. Terlebih, hingga kini belum ada obat yang benar-benar efektif untuk menyembuhkannya. Biaya pengobatannya pun mahal, dengan fasilitas yang belum bisa diakses semua orang. Namun, meski demikian, harapan itu selalu ada bagi mereka yang peduli pada diri sendiri.
Kita tahu, pengobatan kanker bukan hal yang mudah – baik dari sisi fisik, mental, maupun finansial. Karena itu, sebelum hal tersebut tejadi, sebaiknya kita fokus pada upaya pencegahan. Penyakit kanker serviks termasuk salah satu jenis kanker yang sebenarnya bisa dihindari. Berikut alasannya:
- Tidak Diturunkan Secara Langsung
Masih ada kekeliruan yang masyarakat yakini terkait penyakit ini. Banyak orang menganggap kanker itu bersifat turunan, padahal kanker serviks tidak diwariskan orang tua ke anak. Penyebab utama penyakit kanker serviks adalah infeksi virus HPV dan gaya hidup.
- Penyebabnya Diketahui
Tidak semua jenis kanker jelas penyebabnya, tetapi pemicu utama kanker serviks sudah teridentifikasi – infeksi Human Papillomavirus (HPV). Karena itulah, langkah pencegahannya bisa lebih terarah seperti vaksinasi HPV atau menjaga kebersihan organ reproduksi. Sebagai salah satu pencegahan di Indonesia, anak perempuan di bawah usia 14 tahun dan belum aktif secara seksual wajib mendapatkan dua kali vaksin dan ini bersifat gratis.
- Metode deteksi dini
Urgensi deteksi dini adalah untuk menangani sel-sel abnormal sebelum berubah menjadi ganas. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin seperti Pap’s smear, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), atay HPV DNA sangat penting.
- Perjalanan penyakit lama
Proses perjalanan penyakit ini memakan waktu bertahun-tahun dari awal infeksi hingga menjadi kanker. Itu berarti kita punya cukup waktu untuk melakukan pencegahan dan pemeriksaan berkala. Makin cepat kita beraksi, makin besar peluang untuk hidup sehat tanpa sel anomali.
Penutup
Dalam perjalanan pulang, saya menggenggam tangan si bungsu dengan pikiran yang terus menerawang. Kajian tadi memberikan pemahaman bahwa tubuh perempuan bukan sekadar awal kehidupan, melainkan kediaman yang harus senantiasa mendapatkan perhatian.
Di antara hiruk-pikuk urusan domestik, perempuan harus tetap cantik. Bukan sekadar cantik secara fisik, tetapi juga dalam cara berpikir – yang pada akhirnya mengantarkan pada kesadaran pentingnya merawat diri demi kesehatan. Sebab perempuan yang peduli pada diri sendiri, sejatinya sedang menabur kekuatan bagi generasinya.
Penyakit kanker serviks memang ibarat monster ganas, tetapi bukan berarti tak bisa kita tebas. Pemeriksaan dini adalah kunci, sebelum semuanya terlambat dan tak lagi bisa diobati. Mari mulai dari diri sendiri, sebab satu langkah menuju sehat berati satu langkah menuju masa depan.