Dua puluh lima tahun yang lalu itu tahun 2000, bukan 1980.
Saya kerap membaca komentar tersebut di media sosial. Meskipun itu sebuah candaan, tetapi saya terhenyak dengan kenyataan ini. Saya merasa melewati sebuah portal dan tiba-tiba saja berada di usia menjelang 40. Meskipun sedikit menyeramkan, tetapi kita harus mulai bersiap menghadapinya dan mengulik fenomena usia 40 tahun dalam Al Quran.
Ada seseorang yang bilang bahwa waktu yang terasa melesat adalah bukti kita betah di dunia ini. Kadang kalau sedang merenung kerap tebersit tanya dalam hati, “apa saja, sih, yang kita lakukan selama puluhan tahun ini? Sudah sejauh mana ibadah kita?”
Tidak ada yang tahu umur manusia, tetapi untuk ukuran sekarang, dari umur 40 tahun itu biasanya lebih dekat dengan kematian daripada kelahiran. Itu pun kalau berumur panjang karena kematian bukan hanya milik orang yang sudah lanjut usia.
Oleh karena itu, di usia ini bukan lagi saatnya bersenang-senang atau mencoba-coba. Kita harus lebih fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan akhirat.
Saya pribadi kadang tidak percaya bahwa sebentar lagi memasuki usia 40. Ternyata ibu-ibu dua anak yang segera meninggalkan batas usia muda itu kini adalah saya. Meskipun berenang di lautan fakta, tidak jarang saya menipu diri.
Akan tetapi, saya sudah harus sadar diri bahwa semua tentu tidak sama lagi. Baik secara fisik, maupun mental. Banyak yang harus saya benahi agar apa yang ada pada saya selaras dengan banyaknya waktu yang telah dijalani di bumi ini.
Beruntung beberapa saat lalu, sekolah si Cikal mengadakan kajian Jumat perihal Fenomena dan Rahasia Usia 40 Tahun ( Tadabur Q.S. Al- Ahqaf:15). Islam sebagai agama yang sempurna tentu membahas usia 40 tahun dalam Al Quran. Simak pemaparan lebih lengkapnya, ya, Playmates.
Fase Umur Manusia Sebelum Baligh
Alhamdulillah di Jumat cerah pada pertengahan Januari itu saya bisa kembali mengikuti kajian di sekolah si Cikal. Ini merupakan kajian pertama setelah libur semester satu.
Seperti biasa saya datang bersama teman-teman sesama wali murid. Tentu pertemanan ini insyaallah akan berada dalam keberkahan jika bisa saling mengingatkan dan mengajak dalam kebaikan.
Tema kajian kali ini begitu menarik. Ada yang bilang life begins at forty, ada juga yang bilang 40 tahun itu waktunya puber kedua. Apapun itu, di dalam Al-Qur’an pun usia ini mendapat catatan khusus.
Kalian pernah mendengar parenting Islami atau parenting ala Rasulullah? Ini bukan hanya sekadar headline kosong, tetapi Islam sangat concern pada tahapan tumbuh kembang anak, sehingga tidak mengherankan dalam Islam semuanya sudah tertata.
Pada umur 7 hari, orang tua meng-aqiqah-kan anaknya. Kemudian pada usia 5 tahun, anak masuk kategori tamyiz yang berarti dia sudah bisa berkomunikasi dengan baik. Di usia ini, zaman dahulu ada anak yang sudah menjadi imam salat.
Memasuki usia tujuh tahun, anak mulai mendapat kewajiban untuk salat. Orang tua harus disiplin membimbingnya karena masa ini akan menjadi fondasi. Tentu kita mengharapkan fondasi yang kuat, sehingga tidak mungkin kita malah berleha-leha jika ingin mewujudkannya.
Saya pernah mendengar mendidik anak itu susah. Kita tinggal memilih, susahnya mau di awal atau di akhir. Orang tua yang waras tentu akan memilih bersusah-susah di awal agar nantinya bisa menuai dengan bahagia apa yang kita tabur.
Saat anak berusia 10 tahun, orang tua harus lebih tegas perihal kewajiban salat. Bahkan kita diperbolehkan memukul anak jika dia membangkang. Tentu perkara ini bukan berarti asal pukul, banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Kemudian anak kita menuju remaja. Haid menjadi penanda seorang gadis baligh dan ikhtilat bagi pemuda. Jika 12 tahun belum haid, gadis tersebut sudah masuk kategori baligh. Pun pemuda yang telah berusia 15 tahun, dia otomatis termasuk baligh.
Fase Umur Manusia Setelah Baligh
Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Aisyah pada usia tujuh tahun. Jahat, nggak, sih, itu?
Hal inilah yang sering “digoreng” para pembenci Islam. Mereka mem-framing seolah Rasulullah mengeksploitasi anak di bawah umur. Yang mesti kita garis bawahi adalah Sayyidah Aisyah memang menikah pada usia 7 tahun. Namun, beliau mulai membina rumah tangga seutuhnya dengan Nabi Muhammad pada usia 9 tahun.
Kita jangan membayangkan gadis kecil usia 9 pada saat ini. Ingat kita berjarak lebih dari 1.000 tahun dengan kehidupan Nabi Muhammad. Jadi, kita tidak bisa menyamakan kondisi sekarang dengan dahulu.
Jangankan dengan zaman Nabi, dengan zaman kakek-nenek saja yang berbeda dua generasi terdapat banyak perbedaan. Coba perhatikan saja rata-rata nenek kita menikah di awal usia belasan. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh, apalagi Sayyidah Aisyah yang hidup puluhan generasi di atas kita.
Dewasa ini, secara undang-undang Indonesia, seseorang baru boleh menikah setelah menginjak usia 19. Namun, idealnya seorang perempuan menikah pada usia 21 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 25 tahun.
Setelah melewati fase dewasa yang dimulai di usia 18 tahun, masa muda itu akhirnya berhenti di angka 40. Hal ini bisa kita lihat di berbagai organisasi kepemudaan yang biasanya mematok umur 40 sebagai umur maksimal para anggotanya.
Dari sini, mulailah kita memasuki usia tua ketika sudah banyak keluhan fisik yang terasa. Seharusnya ini menjadi perhatian, terlebih Nabi pernah bersabda bahwa usia umatnya berkisar antara 60-70 tahun.
Tentu kita tahu, Nabi meninggal pada usia 63 tahun. Uniknya hampir semua Khulafaur Rasyidin meninggal di usia yang sama dengan beliau. Hanya Utsman bin Affan yang Allah karunia usia lebih panjang, yakni 81 tahun.
Oleh karena itu, usia 40 seharusnya menjadi alarm untuk lebih mengingat kematian. Berdasarkan peringatan dari Rasulullah, usia tersebut sedikit lagi mencapai batasnya.
Usia 40 Tahun dalam Al Quran
Angka 40 memiliki tempat yang istimewa dalam agama Islam. Hal ini salah satunya terdapat dalam proses penciptaan manusia. Pada proses awal selama 40 hari, manusia berbentuk air mani (nutfah).
Empat puluh hari kemudian ia berubah menjadi segumpal darah (alaqoh). Empat hari kemudian lagi, ia menjelma menjadi segumpal daging (mudgoh).
Pada akhirnya, Allah meniupkannya ruh. Pada saat itu sang makhluk telah mendapatkan catatan rizki, ajal, amal, dan bahagia atau sengsara. Lebih jauh lagi, ada satu ayat yang secara gamblang menyebutkan usia 40 tahun dalam Al Quran, yakni surat Al-Ahqaf: 15.
Ayat tersebut secara khusus memerintahkan kita untuk berbenah pada usia 40 tahun. Hal-hal yang harus kita benahi itu mencakup hal-hal berikut.
Berbuat Baik kepada Orang Tua
Selamanya kita tidak akan pernah mampu membalas segala jasa orang tua, terutama ibu yang mengandung, melahirkan, dan menyusui. Masa-masa tersebut, kita sangat bergantung pada ibu, bahkan ibu merupakan semesta tempat kita hidup.
Tahun-tahun berikutnya, orang tua memberikan yang terbaik. Tidak jarang mereka abai pada apa yang mereka butuhkan dan inginkan demi melihat kita tersenyum.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika agama memerintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua. Meskipun kebaikan yang kita lakukan tidak sebanding dengan pengorbanan mereka.
Mensyukuri Nikmat yang Allah Berikan pada Kita dan Orang Tua
Jika mau merenung sebenarnya kita tidak layak meminta kepada Allah karena Dia telah banyak memberikah rezeki. Namun, seringkali kita malah lupa untuk “sekadar” bersyukur atas apa yang kita dapat.
Bukan hanya nikmat atas diri, nikmat yang Allah berikan pada orang tua pun patut kita syukuri. Terlebih, jika Allah memberikan kita umur dan kemampuan untuk bersama-sama dengan orang tua berkumpul dalam kebahagiaan.
Coba bayangkan saja jatah rezeki yang telah kita habiskan dalam waktu 40 tahun itu, tentu nikmat tersebut tidak terhitung. Alih-alih menggugat atas apa yang tidak kita miliki, lebih baik kita syukuri setiap detik yang tersisa.
Perintah Usia 40 Tahun dalam Al Quran: Beramal Saleh yang Allah Ridai
Usia 40 tahun sudah seharusnya menjadi bahan evaluasi atas ibadah dan amal saleh selama ini. Sudah berada di level manakah kita?
Kalau kita masih begajulan di usia ini, lantas ke depannya masa tua seperti apakah yang kita inginkan, sedangkan maut mengintai makin dekat dan rapat?
Mari kita perbanyak amal saleh yang Allah ridai mulai dari hal sederhana. Misal, biasakanlah membaca Al-Qur’an setiap hari. Hal sederhana ini bisa menolong kita di akhirat nanti.
Meskipun susah, paksakanlah agar nanti terbiasa, sehingga saat kita tidak mengaji sehari saja terasa ada yang kurang. Dua lembar setelah salat bukan merupakan hal yang tidak mungkin, kan?
Bertobat kepada Allah
Tentu taubat di sini bukan “taubat sambel” yang lagi dan lagi kita lakukan. Kita harus bertekad untuk meninggalkan maksiat, menyesalinya, dan fokus menjalankan berbagai amal saleh.
Jika kita belum terlalu bisa mengontrol diri, perhatikanlah teman dan lingkungan. Kedua hal tersebut sangat berpengaruh pada diri dan hidup kita.
Oleh karena itu, pilihlah teman dan lingkungan yang sekiranya bisa membawa kita ke arah yang lebih baik. Di antaranya dengan cara saling mengingatkan dan mengajak dalam kebaikan dengan cara yang baik.
Penutup “Usia 40 Tahun dalam Al Quran”
Ayat di atas menjadi penguat apa yang telah kita bahas sebelumnya. Bahwasannya kita tidak akan selalu dalam performa terbaik. Akan ada saatnya kita menjadi lemah seperti pertama kali kita hadir di dunia ini.
Oleh karena itu, usah ambil tempo untuk segera mengerjakan apa yang telah Allah perintahkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 15. Perintah itu meliputi berbuat baik kepada orang tua, bersyukur, beramal saleh, dan bertaubat.
Ibnu Katsir pun memperingatkan kita untuk berhati-hati jika telah menginjak usia 40 tahun. Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa seorang laki-laki akan mengalami puber kedua pada usia tersebut. Ini bisa kita jadikan sebagai pengingat bagi suami istri untuk saling menguatkan kasih sayang.
Usia 40 tahun dalam Al Quran semoga bisa menjadi bahan muhasabah. Dengan ini, kita usahakan untuk memperbanyak doa, memperbanyak syukur, selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, memperbanyak amal saleh, dan menyiapkan generasi kuat. Kalian sudah mencapai 40 tahun belum, Playmates? Share di sini perihal persiapan dalam menyongsong usia matang tersebut di sini, yuk!
Senang banget bisa tadabbur Al-Qur’an begini. Di saat kita sedang mencari sesuatu memang ada saja jawabnya, contohnya melalui kajian ini. Aku pun ketika memasuki usia 30 berpikir hal yang sama.
Apa saja yang udah dilakukan di dunia ini, kok terasa cepat sekali. Sering juga menemukan komentar serupa. Rasanya baru kemarin aja berangkat sekolah, sekarang nyiapin anak mau sekolah. Berarti betah ya aku di dunia, ckck. Jadi muhasabah diri bgt artikelnya teh, Masya Allah.
aku masuk 30 nih bun, bisillah buat istiqomah ibadah wajib dan sedikit mulai disiplin yg sunah. Semoga kita semua diberikan umur yang berkah, aamiin!
Alhamdulillah sebagai pengingat diri. Di usia yg sudah tidak muda lagi (lansia) berusaha semaksimal mungkin beribadah dan baca Qur’an. Terimakasih sharingnya kak.
Wah apa kabar saya yg udh lewat banyak dari 40 tahun? Makasih banyak ya, artikelnya jadi reminder saya lagi tentang usia. Yg pasti waktu masuk ke 40 tahun itu sy jd makin sadar dan lebih hati² dalam bertindak maupun bicara.
Kata bapakku usia 40 tahun itu usia yang harus waspada, baik untuk iman dan juga kesehatan. Dan, memang bagus sekali jika ada kajian-kajian keagamaan untuk mempertebal iman di usia 40 tahunan. 🙂
Saat memasuki usia 40 tahun beberapa tahun silam saya juga merenungi hal ini, mengapa usia 40 istimewa, hingga beberapa kajian membahas hal ini dandi AlQuran pun juga menyebutkannya
Terima kasih remindernya, bismillah menuju lebih baik