Pendidikan Tauhid kepada Anak, Sepenting Apakah?

Assalamualaikum, Playmates. Salam sehat untuk semua, ya. Kuat-kuat kalian dalam menghadapi cuaca yang tak menentu. Kita harus tetap strong dalam berbagai situasi. Saya sedang merasa tercerahkan karena baru saja mengikuti kajian tentang pendidikan tauhid kepada anak.

Kajian rutin di sekolah si cikal itu ditiadakan saat muktamar Persistri berlangsung. Alhamdulillah hari Jumat berikutnya kajian diadakan seperti biasanya. Kali ini pematerinya Ustadz Saeful Hayat. Kalau yang pernah sekolah di Persis Rancabogo mah pasti nggak asing lagi sama ustaz yang satu ini.

“Miss, hayu. Ustaz Eful udah dateng.”

Mama Abel yang sudah ada di lokasi men-japri saya yang masih berada di depan kelas. Saya pun langsung menuju aula serbaguna sambil menggandeng si bungsu.

Saya memilih duduk di barisan belakang. Kali ini saya membawa buku catatan kecil dan pulpen untuk mencatat karena ponsel dipegang si bungsu.

Saya bisa memahami apa yang disampaikan dengan baik karena Ustaz Eful menyampaikannya dengan runtut. Sebelum menyimak, semua pasti sudah tahu menanamkan pendidikan tauhid kepada anak usia dini itu penting. Namun, sepenting apakah let’s check this out!

Related:

Label Baru di Blogku

Keutamaan IlmuKeutamaan Ilmu

Jenis-jenis Watak Anak, Kenali, Yuk!

1. Dalil-dalil Tentang Ketauhidan

Dalil Pendidikan Tauhid kepada Anak

Pentingnya pendidikan tauhid telah tercatat dalam Qur’an dan Sunnah. Di antaranya dalam ayat dan hadits berikut:

1.1 Q.S. At-Tahrim Ayat 6

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

1.2 H.R. Bukhari

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu Yahudi, Nashrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”

1.3 Q.S. Al-Anbiya Ayat 25

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.

1.4 Q.S. Az-Zumar Ayat 65

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi.

1.5 H.R. Ahmad

Dari Muhammad bin Labid berkata: Rasulullah shallallahu ‘aliahi wasallam bersabda: “Seseungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.”

Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Riya, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka:

Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan di sisi mereka?”

1.6 Q.S. An-Nahl Ayat 78

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.

1.7 H.R. Muslim

Dari Rabi’ binti Mu’awwidz bin Afran ia berkata: Suatu pagi di hari ‘Asyura’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim petugas ke perkampungan orang Ansar yang berada di sekitar Madinah, untuk menyampaikan pengumuman:

“Siapa yang berpuasa sejak pagi hari, hendaklah ia menyempurnakan puasanya, dan siapa yang tidak berpuasa hendaklah ia puasa sejak mendengar pengumuman ini.”

Semenjak itu, kami berpuasa di hari “Asyura”, dan kami suruh pula anak-anak kecil kami, insya Allah. Kami bawa mereka ke masjid dan kami buatkan mereka main-mainan dari bulu. Apabila ada yang menangis minta makan, kami berikan setelah waktu berbuka tiba.

1.8 Q.S. Al-An’am Ayat 82

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.

2. Pendidikan Tauhid kepada Anak Usia Dini

Tiada Tuhan selain Allah

Semua orang tua muslim pastinya berharap mempunyai anak yang saleh. Lantas, sejak kapan proses menuju itu harus dimulai? Apakah saat anak lahir? Atau semenjak masih dalam kandungan?

Idealnya proses itu dimulai saat hendak memilih pasangan. Hah! Nggak salah, nih. Menurut fikih keluarga, harapan untuk mempunyai anak saleh itu memang dimulai saat menentukan jodoh.

Terus gimana, dong, sudah telanjur. Apakah bisa tukar tambah? *Eh. Bagi yang telah memiliki pasangan bahkan anak, berdoalah kepada Allah untuk melunakkan hati kita dan berharap agar apa yang tidak disukai mendatangkan kebaikan dari Allah.

Yang bisa kita lakukan sekarang berbuat sebaik yang bisa kita lakukan dalam menanamkan kebaikan pada anak, tentunya bekerja sama dengan pasangan. Dan, untuk yang belum berkeluarga hendaknya memperhatikan kualitas agama calon pasangan.

Seberapa Pentingkah Menanamkan Pendidikan Tauhid itu? Untuk lebih memperkuat keyakinan kita bahwa menanamkan pendidikan tauhid itu penting. Mari kita simak poin-poin berikut:

2.1 Tugas Utama Orang Tua

Ada anggapan umum yang salah dipahami bahwa tugas mendidik anak itu ada di pundak guru. Padahal itu adalah tugas utama orang tua. Guru hanya bertindak sebagai pembantu.

Seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari, bahwasannya setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tualah yang kemudian menentukan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Selain itu, UU Perlindungan Anak Pasal 26 ayat 1 pun menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak;
b. menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan
d. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada Anak.

2.2 Landasan Agama

Tauhid merupakan landasan agama. Otomatis menanamkannya kepada anak sejak usia dini merupakan hal yang sangat penting. Semakin cepat dikenalkan semakin baik karena dengan ketauhidan yang sudah tertanam sejak kecil insyaallah anak kita akan mempunyai fondasi agama yang kuat.

Dengan fondasi itu tentunya dia akan mampu membedakan yang baik dan buruk. Serta senantiasa melakukan apa pun berdasarkan agama.

Related:

Benarkah Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan?

Pengalaman Berkesan Saat Mengikuti Kajian Bersama Ibu Wakil Bupati Garut

2.3 Ajaran Pertama

Hal lain yang menjadikan ketauhidan penting adalah karena itu merupakan ajaran yang pertama didakwahkan Nabi Muhammad. Selama beliau tinggal di Mekkah selama itu pula ajaran tauhidlah yang disampaikan. Berapa lama? Sekitar 13 tahun.

Barulah setelah itu, rasulullah mengajarkan hal lain. Jadi kebayangkan betapa pentingnya tauhid sampai-sampai beliau menghabiskan waktu yang sangat panjang untuk mengajarkannya.

2.4 Keuntungan

Dalam Qur’an Surat Al-An’am ayat 82 disebutkan bahwa orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman dan syirik maka mereka akan mendapat keuntungan berupa rasa aman dan petunjuk.

Seperti Bilal yang mempertahankan ketauhidannya meskipun disiksa dengan begitu kejam. Di tengah rasa sakit beliau mendapatkan kenikmatan iman. Selain itu, kegigihannya membuat Abu Bakar tersentuh kemudian memerdekakannya.

2.5 Golden Age

Para ahli telah sepakat bahwa golden age adalah masa terbaik untuk mengarahkan anak menuju kebaikan. Saat itulah anak bisa menyerap segala sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasa dengan baik.

Jika masa ini terlalui dengan baik, insyaallah ke depannya anak bisa menjadi pribadi yang baik pula. Oleh karena itu menanamkan tauhid pun akan lebih efektif bila sudah dimulai sejak usia dini.

Penutup

Mempunyai anak saleh merupakan harapan semua orang tua. Dalam proses menuju itu sangat penting untuk menanamkan tauhid sejak usia dini.

Beberapa hal yang menjadi sebab pentingnya kita menguatkan fondasi tauhid kepada anak di antaranya adalah itu memang sudah menjadi tugas utama orang tua dan tauhid merupakan landasan agama.

Selain itu, tauhid juga merupakan ajaran pertama yang disebarkan Nabi Muhammad. Kita pun dijanjikan akan mendapat keuntungan besar bila memegang teguh tauhid.

Ketauhidan ini tentunya akan lebih merasuk jika diperkenalkan saat golden age. Pada masa itu daya serap anak sedang bagus-bagusnya. Sayang sekali kalau masa itu tidak dimaksimalkan untuk mengenalkan hal-hal baik.

Uraian di atas semoga membuka mata dan pikiran kita tentang pentingnya menanamkan tauhid kepada anak usia dini dan kita diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani prosesnya yang tentu saja tidak mudah. Aamiin.

 

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/www.tokopedia.com/amp/s/quran/