Tempat Kencan Romantis Tanpa Anak yang Murah Meriah

Menurut kalian romantis itu apa, Playmates

Apa yang menjadi gambaran kalian berkenaan dengan kata “romantis” bisa menjadi dasar visualisasi tempat kencan romantis. Siapa di sini yang masih kerap quality time bersama suami meskipun sudah punya anak, nih?

Saya memiliki dua anak. Jarak keduanya untuk ukuran zaman sekarang, saya pikir tergolong dekat. Mereka beda tiga tahun, si Cikal delapan tahun dan si Bungsu lima tahun.

Si cikal lahir tidak lama setelah saya menikah. Di ulang tahun pernikahan pertama alhamdulillah saya sudah menyandang status ibu. Kemudian setelah berhasil menyapih anak pertama, saya langsung hamil anak kedua.

Tentu hal tersebut merupakan kenikmatan tak ternilai yang Allah hadiahkan pada kehidupan saya. Namun, hal ini berdampak pada hubungan romantis saya dan suami.

Suami merupakan seorang teman lama di bangku sekolah. Namun, kami tidak pernah berinteraksi saat itu. Kami dekat kala sama-sama telah siap melangkah ke jenjang pernikahan. Sehingga proses ke arah sana tidak memakan waktu lama.

  • Januari 2015, kami mulai berhubungan via BBM
  • Februari 2015, kami mulai bertatap muka
  • Juli 2015, menjalani proses khitbah
  • November 2015, menikah
  • September 2016, lahir anak pertama
  • Juli 2019, lahir anak kedua

Kesibukan dalam menjalani peran ibu membuat saya tidak terlalu memperhatikan hubungan manis dengan suami. Rasanya saya sudah terlalu lelah untuk meromantisasi keadaan yang kerap hectic.

Akan tetapi, kini saat anak-anak sudah lebih mandiri dan tidak selalu mengekor, saya seperti tiba-tiba saja mampu melihat ruang untuk lebih memperhatikan diri sendiri. Terlebih, si Bungsu akan segera bersekolah, sehingga makin banyak waktu luang yang saya punya.

Saya dan suami pun memiliki waktu lebih banyak untuk sekadar ngobrol, bahkan bisa jalan-jalan. Beberapa hari yang lalu, kami bisa menikmati tempat kencan romantis dengan tenang seperti saat kami masih berdua.

Tempat Kencan Romantis

Jalan-jalan sore ke Taman Kiansantang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), romantis berarti bersifat seperti dalam cerita roman (percintaan) atau bersifat mesra.

Dari apa yang saya tahu, romantis yang kerap digambarkan dalam film maupun novel adalah hal-hal yang jarang orang-orang biasa temui dalam kehidupan sehari-hari. Misal makan malam intim di sebuah restoran yang telah di-booking, candle light dinner konon adalah namanya.

Bagi penggemar berat drama Korea pasti sudah khatam banget dengan sikap sweet para aktornya. Saya yang jarang nonton pun, kerap merasakan halu luar biasa setelah menonton adegan romantis yang mereka tampilkan.

Pada kenyataannya, kebanyakan laki-laki itu kurang peka. Sehingga, kalau mengharapkan pasangan bisa seromantis Oppa Korea rasanya seperti menggali kuburan sendiri. Maksud hati ingin merasakan momen romantis, malah kecewa karena tidak sesuai ekspektasi.

Sebagai perempuan yang Allah anugerahi perasaan lebih peka dari laki-laki tentu hal tersebut bisa membuat sedih. Namun, jika kita menyimak kajian dari dr. Aisyah Dahlan insyaallah kita bisa lebih memahami cara laki-laki berpikir dan bertindak.

Semua perempuan pasti menginginkan untuk mendapatkan perlakuan romantis dari pasangan. Namun, seringkali kita terjebak dalam mindset bahwa romantis itu terbatas dari apa yang ada dalam novel roman atau drama Korea. Harapan yang terlalu tinggi ini hanya akan membuat kita terjatuh dari tempat tinggi pula.

Jika kita memberikan sedikit jeda pada diri sendiri untuk merenungkan segala nikmat yang diterima, kita akan selalu bisa meromantisasi keadaan. Semuanya tergantung pada pola pikir dan persepsi.

Semua orang pasti bisa menangkap nilai romantis dari sebuah candle light dinner. Namun, hati orang-orang yang penuh syukur dan legawalah yang mampu melihat nilai romantis dari hal-hal sederhana dan biasa.

Dalam rangka ikut bergabung ke dalam golongan orang-orang yang legawa tersebut, beberapa hari lalu saya mencoba meromantisasi hal yang tidak luar biasa. Saya mencoba menikmati sebuah taman kota sebagai tempat kencan romantis.

Menikmati Jajanan di Taman Kiansantang

Menikmati jajanan favorit di tempat kencan romantis

Senin sore itu, kami menuju klinik untuk memeriksakan gigi suami yang sudah sakit cukup lama. Pada saat itu, saya tidak mempertimbangkan bahwa hari tersebut poli gigi akan ramai karena merupakan hari pertama setelah libur Nataru. Kami pun tidak kebagian nomor antrean.

Saya dan suami berdiskusi sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan berdua sebelum pulang ke rumah. Ini merupakan kesempatan bagus karena jika menyengajakan kencan berdua bagi kami itu bukan perkara yang mudah.

Saya berusaha meyakini bahwa romantis juga merupakan sebuah persepsi. Bukannya tidak ingin merasakan sebuah candle light dinner atau hal semacamnya, tetapi ada banyak pertimbangan yang menyebabkan hal tersebut belum bisa terealisasi dalam waktu dekat.

Untuk kali itu, saya ingin menghabiskan sisa hari dengan menikmati berbagai camilan favorit yang identik dengan jajanan SD. Meskipun sudah menjadi emak beranak dua, lidah saya tetap antusias pada makanan jenis ini.

Kami berkeliling ke arah pusat kota, di sana berjejer gerobak jajanan yang membuat bingung untuk menentukan pilihan. Setelah beberapa saat, saya memutuskan membeli pentol kuah di depan Alun-Alun Garut. Setelah itu, kami jalan lurus untuk membeli dimsum mini.

Tentunya makan apa pun, minumnya es teh manis. Jadi, kami membeli dua cup minuman menyegarkan tersebut. Tidak sulit untuk menemukannya karena akhir-akhir ini penjual es teh manis begitu menjamur.

Setelah itu, kami mencari tempat untuk ngobrol dan melahap jajanan. Saya baru menyadari bahwa di sekitar pusat kota Garut kini banyak kita temui bangku taman. Bangku-bangku panjang itu berada di trotoar.

Akan tetapi, kami tidak memilih duduk di bangku tersebut karena terlalu dekat ke jalan raya. Kalau untuk sekadar nongkrong, sih, tidak masalah, tetapi kalau sambil makan rasanya ada segan-segannya gitu.

Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di Taman Kiansantang. Taman ini tidak jauh dari Taman Maktal. Ternyata di sana pun ada gerobak jajanan. Alhasil kami menambah “amunisi”, yakni usus crispy, jamur crispy, dan telor gulung.

Penutup “Tempat Kencan Romantis”

Taman Kiansantang tidak terlalu luas, tetapi cukup nyaman kita jadikan sebagai tempat ngemil jajanan. Saya baru tahu ternyata di sana tadinya ada buku-buku yang disediakan untuk pengunjung. Namun, saat saya ke sana sudah tidak ada jejaknya lagi.

Suasananya ramai dengan berbagai kendaraan yang berlalu lalang, terutama angkutan kota. Di keramaian itu saya tetap masih teringat anak-anak di rumah. Sehingga saya tidak lupa untuk membelikan mereka jajanan juga.

Menurut kalian jahat tidak kalau kita meninggalkan anak-anak demi jalan berdua dengan pasangan, Playmates? Pastinya tidak, ya, karena kita dan suami tetap butuh waktu intim tanpa anak-anak agar bisa memupuk rasa yang terancam hilang digerus waktu.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus pandai mengatur waktu dan mengambil momen. Sehingga hubungan dengan pasangan tetap harmonis dan anak-anak pun tidak merasa terabaikan.

Saya baru bisa seperti ini setelah si Bungsu menuju lima tahun. Sebelum itu ada perasaan tidak tega jika harus meninggalkan anak-anak terlalu lama.

Kini setelah dua buah hati makin besar, kesempatan untuk menyambangi tempat kencan romantis pun lebih besar. Meskipun romantis itu sendiri relatif, ya, dan tidak mesti mahan dan mewah. Kalau tempat kencan favorit kalian di mana, Playmates? Sharing, yuk!

6 pemikiran pada “Tempat Kencan Romantis Tanpa Anak yang Murah Meriah”

  1. Anak saya bedanya 3,5 tahun. Duh, kalau kemana-mana rasanya rempong banget. Berasa cuma jejalan buat ngabisin duit. Hmm, tempat begini recommended banget buat mom yang selalu rempong dengan anak, ya.

    Balas
  2. Sepakat, couple time perlu banget. Saya pun meluangkan waktu sejenak curi-curi waktu untuk couple time bareng pak suami. Tak dapat dipungkiri, tanpa disadari waktu berdua kurang karena disibukkan pekerjaan dan mengurus kiddos. Padahal nanti kiddos akan emmpunyai kehidupannya masing-masing, tinggal kita berdua dengan pasangan kan

    Balas
  3. Wah tahun ini berarti sudah 10 tahun ya mbak menikah. Btw, mbak cantik banget dengan gamis merah karena selama ini aku belum pernah lihat wajah mba Monica secara langsung, hehe. Kadang pasutri itu butuh waktu untuk berduaan saja ya mbak tanpa anak-anak. Sekadar dinner romantis sambil ngobrol tentang planning masa depan sudah buat bahagia

    Balas
  4. Kalau kencan tanpa anak dan saat itu anaknya masib kecil, biasanya jadi kurang bisa menikmati kak. Kepikiran si bocil kalau di rumah atau dititipin ke neneknya gimana. Hehehe… Tapi sesekali bolehlah, biar ada waktu bonding sama paksu. 🤭

    Balas
  5. Waduh saya jarang banget nih kencan sama suamik semenjak ada anak, abis anaknya nempel terus kayak perangko wkwk. Tapi memang klo pas kami lagi berdua tuh, ke tempat apa pun, even rumah makan, pasti saya anggap tempat kencan hahaha

    Balas

Tinggalkan komentar