Suaka dalam Aksara selama Satu Dasawarsa

Pernah pada suatu hari saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, Ibu berkata bahwa beliau takjub dengan hasil ujian bahasa Indonesia saya pada bagian esai. Katanya, saya memiliki bakat untuk merangkai kata. Saya tidak terlalu memperhatikan pendapatnya dan tahun-tahun berikutnya saya jalani tanpa memahami bahwa suaka dalam aksara lebih dari sekadar menyenangkan.

Saya percaya bahwa apa yang kita jalani sekarang merupakan takdir terbaik. Namun, ada hal yang membuat saya penasaran, bagaimana jika saya sudah belajar menulis sejak masa muda. Apakah saya akan sudah mendapatkan banyak pengalaman di dunia literasi?

Beberapa bulan ke belakang, saya mulai mencoba mengirimkan tulisan ke berbagai media, baik cetak maupun online. Di antara percobaan itu, baru satu tulisan saya yang tembus. Sisanya masih menunggu “ketok palu”.

Lagi-lagi hal ini agak mengganggu, apakah saya akan mempunyai lebih banyak kesempatan jika saya mulai mengirimkan tulisan di saat media cetak masih berjaya? Mengingat kini media tersebut telah tergeser dengan masifnya perkembangan media sosial.

Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan pernah menemui jawaban. Semuanya sudah tertinggal di belakang dan selamanya hanya menjadi bahan renungan dan motivasi.

Di antara banyaknya profesi atau paling tidak kegiatan yang berkenaan dengan menulis, semenjak pandemi covid 19 merajalela di Indonesia, saya aktif di dunia blogging. Meski awalnya memulai langkah literasi melalui gerbang menulis fiksi, baik cerpen ataupun novel, sekarang saya lebih konsisten menulis artikel di blog.

Secara keseluruhan, di mana pun menulisnya dan apa pun bentuk tulisannya, proses menulis bagi saya merupakan suatu suaka, suaka dalam aksara. Bagaimana tidak, dengan merilis kebisingan yang ada di benak, saya merasakan berbagai manfaat, baik secara mental maupun materiil.

Suaka dalam Aksara

Pernahkah kalian mendengar bahwa menulis itu merupakan refreshing dan healing? Bagi saya, pernyataan itu benar adanya. Dengan menulis, saya mempunyai sesuatu yang menjadi penyegar dan obat tanpa harus mengeluarkan biaya, pun tidak perlu ke luar rumah.

Saya adalah tipe orang yang tidak terlalu bisa mengeluarkan pendapat dan mengungkapkan perasaan secara langsung. Saat ingin melepaskan apa yang terpendam, semuanya tertahan di tenggorokan dan meninggalkan sesak.

Puluhan tahun hal itu terjadi pada saya tanpa tahu apa yang mesti diperbaiki dan diatasi. Hingga pada suatu saat, seorang teman “menjerumuskanku” pada dunia literasi.

Seperti halnya Ibu, dia juga meyakini bahwa saya punya skill menulis. Pada awalnya tentu saya menolak karena ragu akan bisa menyelesaikan tugas harian yang sebuah komunitas berikan. Apalagi di tahun 2020 itu saya merupakan seorang ibu yang mengurus dua balita.

Akan tetapi, sang teman tidak patah arang, dia lagi-lagi mengajak saya bergabung dengan sebuah komunitas menulis. Kegigihannya itu akhirnya meluluhkan keraguan saya. Tepat saat pandemilah, tiba-tiba saya jadi penulis.

Setelah beberapa saat belajar menulis melalui berbagai komunitas secara daring, saya mulai menyadari sebuah kesalahan berpikir. Bahwasannya proses menulis bukanlah beban, melainkan sebuah suaka dari segala rutinitas untuk kemudian kembali menjalani keseharian dengan lebih lega dan bahagia.

Menulis menyelamatkan saya dari perasaan rendah diri sebagai ibu rumah tangga. Dengannya, saya mempunyai hal membanggakan yang membuat tetap bisa berkarya dan berdaya meskipun di rumah saja.

Dengan kesadaran penuh, saya meyakini bahwa ibu rumah tangga merupakan karier terbaik bagi seorang muslimah. Namun, masih ada tersisa ruang di hati saya yang menampung rasa insecure. Oleh karena itu, saya butuh sesuatu yang bisa menggenapkan rasa tersebut dan saya memilih kegiatan menulis.

Fase Pertama Blogging

Puisi di blog yang Merupakan Suaka dalam Aksara
Salah Satu Tulisan Lama di Blog yang Merupakan Suaka dalam Aksara

Jauh sebelum pandemi, saya sudah pernah punya sebuah blog. Itu sudah sangat lama saat saya masih kuliah, sekitar 2006-2011. Kala itu saya ngeblog sekadar untuk bisa menulis lebih panjang karena Facebook belum memungkinkan untuk membuat status panjang.

Secara keseluruhan, tulisan saya lebih seperti curahan hati yang didramatisasi. Entahlah apakah itu bisa kita sebut puisi atau bukan. Yang pasti, setiap tautan aksaranya mengandung amarah dan kegalauan khas para pemilik darah muda.

Saya menulis sekenanya. Kalau ada unek-unek, saya bisa terus-terusan menulis. Kalau tidak? Blog tersebut bisa menjadi sarang laba-laba dalam waktu panjang hingga bertahun-tahun.

Dalam kurun waktu yang panjang tersebut, sayangnya saya sama sekali tidak bersinggungan dengan sebuah komunitas blogger. Ini juga yang agak sedikit menggelitik. Bagaimana, ya, kalau zaman itu sudah join berbagai komunitas?

Saya menulis benar-benar mengikuti intuisi, tanpa guru juga rekan. Sehingga kemampuan menulis saya tidak terlalu berkembang, tetapi meski begitu saya mendapatkan kepuasan dan ketenangan secara batin.

Saya lega bisa menumpahkan segala keluh kesah. Tentu saya tidak menulis secara gamblang apa yang dirasa. Saya lebih suka menulis dengan kata-kata bersayap. Sehingga apa yang sebenarnya saya rasakan dalam tulisan tersebut tersamarkan.

Selain perasaan lega yang lahir dari proses menulis tersebut, saya pun kerap takjub saat membaca tulisan tersebut. Ada perasaan bangga yang hinggap karena bisa mengatur kata dan merangkai kalimat dengan cukup baik.

Waktu itu saya belum tahu bahwa blog itu ada yang berbayar dan yang tidak. Saya hanya sign up saja selayaknya daftar Facebook. Sebagai orang awam, saya pun langsung daftar di Blogspot/Blogger sebagai platform paling populer tanpa tahu bahwa ada pilihan lain untuk ngeblog di WordPress.

Fase Kedua Blogging

Produk Skincare yang Pernah Diulas
Produk Skincare yang Pernah Diulas

Waktu melesat begitu cepat, tak pernah berhenti walau sesaat. Tak peduli hidupku ringan atau berat, ia tetap berjalan tak tergugat. Sekarang kujalani hari dengan senyum tersemat, esok hari muka masam yang menjerat. Suka dan duka beriringan begitu dekat, silih berganti tanpa sekat.

Delapan tahun berlalu bak sekejap mata. Tiba-tiba saja saya sudah sampai di 2020 dengan keadaan telah menjadi seorang ibu dengan dua anak. Saya tidak lagi menulis di blog karena seiring bertambah usia, saya tidak merasakan keinginan untuk menumpahkan perasaan di platform online.

Saya menjajal berbagai media sosial, tetapi cukup sekadar tahu. Tidak terlalu gandrung macam ke Facebook awal muncul dulu. Saya merasa sudah selesai dengan hal-hal semacam itu.

Akan tetapi, setelah seorang teman “menjerumuskan” ke dunia literasi pada April 2020, saya mulai menyelami dunia tersebut dan kembali bertemu dengan zona blogging. Yang tadinya tergabung dengan berbagai komunitas penulis fiksi, saya mulai merapat ke dunia yang dulu pernah kusentuh permukaannya.

Di akhir 2020, saya memutuskan untuk ngeblog lagi, tetapi lupa password blog. Jadi, saya daftar blog baru dan kali ini memilih platform WordPress. Satu tahun kemudian, saya makin serius ngeblog. Keseriusan tersebut saya buktikan dengan membeli domain bahkan hosting. Ini merupakan langkah berani dan keberanian ini disponsori oleh owner sebuah provider yang menyebutkan bahwa WordPress cocok untuk pemula.

Saya agak terkecoh, mungkin menurut dia cocok untuk pemula dari segi kemudahan yang WordPress tawarkan. Namun, sebenarnya untuk perihal dana, tentu Blogspot/Blogger lebih ramah di kantong.

Selama hampir lima tahun, saya bersama blog ini bertualang dari satu komunitas ke komunitas lain, berkelana dari satu webinar ke webinar lain, dan berjuang dari satu kompetisi ke kompetisi lain. Memang langkah saya di dunia blogging tidak secepat dan sehebat rekan blogger lain, tetapi perjalanan ini bagi saya merupakan sebuah pencapaian besar.

Berkarya dan Berdaya Melalui Tulisan

Pencapaian selama ngeblog
Pencapaian Ngeblog di monicarasmona.com

Selain suaka dalam aksara, menulis juga memberikan berbagai keuntungan. Apalagi kini saya tidak sekadar menulis curahan hati ala remaja. Blog saya belum punya niche khusus alias lifestyle, tetapi ada beberapa kategori yang sering dibahas.

Pada awalnya saya ingin membangun book blog, tetapi saya bukan pembaca yang cepat. Jadi kalau hanya mengandalkan tulisan berupa ulasan buku, blog tersebut akan jarang sekali update.

Kemudian tema kajian hadir sebagai penyelamat. Ini bukanlah sesuatu yang terencana. Sejak si cikal masuk TK, saya kerap mengikuti kajian yang pihak sekolah adakan. Sehingga saya bisa menyebarluaskan materi dan ilmu yang didapat. Bonusnya, blog menjadi lebih hidup.

Selain dua tema tersebut, saya banyak menulis ulasan beauty. Meskipun sekarang sudah jarang, tetapi dulu saya sering mendapatkan skincare job. Meskipun seringnya barter job, tetapi ada juga yang plus uang tunai.

Saat saya menerima barter (hanya mendapatkan produk) tentu saya telah yakin produk itu bagus, harganya sesuai (lebih dari seratus ribu), dan saya membutuhkan barang tersebut. Pokoknya masa-masa itu skincare stock aman.

Satu lagi kategori yang banyak menghiasi blog adalah kompetisi. Di awal, saya ragu untuk ikut lomba karena merasa mempunyai kemampuan menulis yang terbatas. Namun, setelah rajin mengikutinya, tulisan saya mengalami perkembangan.

Saya jadi berusaha yang terbaik, salah satunya dengan mempelajari artikel-artikel juara pada lomba tersebut atau paling tidak yang sejenis. Memang tidak langsung menjadi pemenang, tetapi dengan kegigihan dan konsistensi, saya mampu menjuarai beberapa kompetisi dan tentu saja mendapatkan hadiah uang tunai yang menurut saya tidak sedikit.

Dengan meningkatnya performa, saya pun mendapatkan kesempatan untuk mengerjakan blog job. Meskipun saya pilih-pilih job, alhamdulillah saya melihat blog ini masih mempunyai potensi menghasilkan cuan.

Karena saya memandang blog sebagai investasi jangka panjang, baik dunia maupun akhirat, jadi saya tidak ingin sembarangan menulis. Terutama untuk hal-hal yang banyak mudaratnya secara agama, seperti judi, miras, dan riba.

ASUS, Support System di Dunia Blogging

ASUS Vivobook Go 14 (E410)
Laptop ASUS yang Pernah Diulas

ASUS menjadi salah satu jenama yang konsisten hadir untuk mendukung eksistensi narablog. Berbagai event baik online maupun offline hadir membersamai kiprah para blogger.

Saya pernah melihat postingan seorang blogger senior yang tergabung dalam sebuah komunitas blogger milik ASUS. Para member-nya berkesempatan melihat produk laptop asal Taiwan tersebut secara langsung, sehingga bisa mengulas secara lebih nyata.

Hingga kini gathering bersama sesama rekan blogger masih menjadi wishlist. Saya berasal dari kota kecil, sehingga berkumpul di kota besar yang biasa menjadi tempat diselenggarakannya event seperti itu merupakan sesuatu yang cukup menantang.

Akan tetapi, saya yakin jika tidak berhenti berproses insyaallah kesempatan itu akan ada. Untuk sekarang, saya bisa fokus pada peluang yang hadir, contohnya mengikuti kegiatan online dari ASUS terutama kompetisi blog.

Saya sudah beberapa kali menulis tentang ASUS. Yang pertama, ulasan tentang laptop Vivobook Go 14 (E410) yang cocok untuk momblogger. Kemudian saya menulis perihal ASUS 14 (A415) sebagai rekomendasi yang tepat bagi mahasiswa.

Tidak hanya laptop, saya pun pernah mengulas ponsel pintar keluaran ASUS, yakni Zenfone 9. Saat itu merupakan event lomba blog dan sebelum kompetisi itu berlangsung, saya terlibat dalam teaser campaign kegiatan tersebut.

Membahas tema techno bukanlah zona nyaman saya dalam menulis ulasan produk. Namun, itu bukan alasan untuk tidak mengikutinya. Selalu ada hal yang bisa kita pelajari dari sebuah tantangan, terlebih keberhasilan kita dalam menaklukkan keraguan atas kemampuan diri sendiri.

Penutup “Suaka dalam Aksara”

Beberapa buku yang pernah diulas
Beberapa Buku yang Pernah Diulas

Monica Rasmona, seorang wanita asal Garut penyuka Biru Laut. Ia dan buku selalu terpaut, sehingga gelora membaca dan menulis tak pernah surut. Baginya, monicarasmona.com merupakan buana merilis isi kepala yang bising saling bersahut. Di sanalah ia menciptakan suaka demi kebebasan absolut.

Kata-kata di atas merupakan bionarasi yang biasa dicantumkan di bawah tulisan saya yang dibukukan atau yang saya kirim ke media. Di sana saya menyebut blog ini sebagai buana, sejalan dengan slogan blog, yakni buana bertakhta suara di kepala.

Buana artinya tempat, jadi blog ini merupakan wadah untuk merilis segala keresahan yang ada dan tidak bisa saya ungkapkan secara lisan. Dengan kata lain, bagi saya blog juga merupakan suaka dalam aksara. Tempat saya bisa menggoreskan pikiran, pendapat, dan ulasan dalam sebuah deretan huruf yang bermakna.

Saya mengenal blog sudah sangat lama, tepatnya sejak masa kuliah. Namun, saya aktif ngeblog baru lima tahun terakhir. Blog yang awalnya menjadi tempat curhat, ternyata bisa juga membuat saya berkarya dan berdaya.

Dalam perjalanan blogging yang masih hijau ini, ada beberapa yang hal yang saya garis bawahi, di antaranya:

  • Mulai menulis dari apa yang kita suka dan kuasai
  • Pentingnya bergabung dengan komunitas blogger demi perkembangan skill menulis dan menambah jejaring
  • Berani mengikuti kompetisi bisa meningkatkan skill dan kepercayaan diri
  • Mempunyai pakem yang jelas agar blog aman dan insyaallah berkah
  • Siap menantang diri agar bisa terus berkembang
  • Tidak cepat merasa puas dan terus belajar karena dunia blog itu dinamis
  • Kita memang bisa mendapatkan uang dari blog, tetapi niatkanlah untuk berbagi ilmu dan kebaikan.

Demikian kisah singkat saya selama ngeblog. Blog ini merupakan suaka dalam aksara yang memberikan manfaat secara batin dan materiil. Apakah kalian tertarik, Playmates? Atau kalian sudah berkecimpung di dalamnya? Share pengalaman di sini, yuk!

 

Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel.

14 pemikiran pada “Suaka dalam Aksara selama Satu Dasawarsa”

  1. Mba hebat banget ibunya udah menyadari bakat menulis mba. Aq pny keinginan kalau jadi ibu harus dekat dg anak spya tahu bakat anak. Krn aq dlu suka nulis cerpen bahkan di kertas coret2 tapi ga ada yg sadar kl aq berbakat nulis. Sampai akhirnya jadi ibu dan ga kerja alias irt. Di situ tergali semua potensi menulis. Dapat piala segede gambrong dan hadiah duit pun justru di masa2 itu. Smg senantiasa menulis sampai akhir hayat ya mba

    Balas
  2. Kak Monica ternyata domisilinya dari Garut ya, di daerah mana? Saya punya saudara di daerah Tarogong soalnya. Keren banget pencapaian alias achievementnya. Alhamdulillah ngeblog jadi berkah ya, Kak Mona. Salut, jadi langganan juara ngeblog.

    Balas
  3. Wah, ternyata saya mirip dengan Mbak. Setelah menjadi IRT, saya tetap membutuhkan sebuah ruang untuk berkarya. Dan blogging adalah salah satunya. Salut dengan perjalanan menulis dan bloggingnya Mbak. Pencapaiannya banyak sekali ya. Sukses terus ya Mbak.

    Balas
  4. Suka deh dengan puisinya, rimanya pas pula. Saya pun sering menuangkan keruhan isi kepala dalam blog pun kegundahan hati. Setelah menuliskannya dalam rangkaian kata di blog, rasanya lega

    Balas
  5. Suka bangettt.. bahwa menulis bukan beban.
    Justru dengan menulis, kita bisa mengurai keresahan hati.
    Kalau merasa kurang pantas untuk curhat online, aku curhat dengan nulis diary. Aku beneran plong banget uda nulis tuh.. brasa beban langsung blasss~
    Apalagi didukung ASUS yaah..
    Laptop cakep yang mobile friendly.

    Balas
  6. Wow luar biasa sekali pencapaiannya
    Selamat ya dan semoga terus meningkat

    Betul, saya sendiri mengakui dengan menulis, kehidupan saya jadi lebih baik. Lebih warass …
    Healing dan journaling dari menulis itu memang nyata saya rasakan manfaatnya

    Balas

Tinggalkan komentar