Dari dulu saya tertarik pada bacaan fiksi. Namun, kisah fiksi yang bersinggungan dengan dunia nyata memberikan daya tarik lebih. Hal seperti ini saya dapatkan dari novel-novel Dan Brown dan Leila S. Chudori. Lebih jauh lagi, buku berupa biografi atau kasana pun memberikan nilai plus. Beberapa waktu lalu saya membaca novel Asma Nadia jenis ini.
Meski demikian, kasana ini tetap mengandung unsur fiksi. Bagaimana pun bentuknya adalah sebuah novel, sehingga ia membutuhkan alur selayaknya novel pada umumnya. Berbeda dengan jenis biografi nonfiksi yang 100% menurut cerita aslinya.
Saya mendapatkan novel ini berupa bundle yang terdiri dari dua buku. Keduanya merupakan karya Bunda Asma Nadia dan sama-sama terinspirasi dari kisah hidup dua orang hebat, yakni Erliyani, owner B-Erl Cosmetics dan Dewa Eka Prayoga, seorang penulis, motivator, juga enterpreneur.
Judul pertama adalah Sehidup Sesurga denganmu. Buku ini telah saya baca dari dulu, pun ulasannya sudah ada di blog ini. Sedangkan untuk Bidadari untuk Dewa baru saya selesaikan belum lama ini. Terkesan terlambat memang karena di dunia nyata bidadari Dewa sudah berganti sehingga sedikit mengurangi antusiasme untuk menamatkan novelnya.
Novel Asma Nadia
Novel Asma Nadia ini begitu istimewa. Bunda Asma mampu meracik kisah nyata dan fiksi menjadi ciamik. Saya kagum pada eksplorasi beliau yang memasukkan unsur mitologi Yunani pada buku ini. Tentu hal tersebut membutuhkan riset yang tidak sembarangan.
Kita mengenal Asma Nadia sebagai penulis religi, tetapi tulisan religi versi beliau bukan full dakwah yang menggurui. Kesan religi itu bisa kita rasakan dari mulai genre romansa rumah tangga seperti Surga yang Tak Dirindukan, hingga thriller seperti yang terdapat pada judul Pesantren Impian.
Untuk novel Asma Nadia berupa novel biografi, baru dua saja yang saya ketahui. Meskipun belakangan kisah nyata tokoh utamanya merusak romansa yang tercipta di novel, tetapi bukan berarti novel Bidadari untuk Dewa ini menjadi buku yang tidak layak kita baca.
Deskripsi Buku
- Judul : Bidadari untuk Dewa
- Penulis : Asma Nadia
- Tebal: 500+XII Halaman
- Penerbit : KMO Publishing
- Cetakan Keempat, 2020
Sinopsis
Sebelum menginjak usia 20 tahun, Dewa telah meraih satu miliar pertamanya. Ini menakjubkan, mengingat dia hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Sejak kecil, berbagai kisah dari mitologi Yunani yang Ibu tuturkan dan yakini menyertai setiap penggalan hidupnya.
Bagi Ibu, Dewa tak ubahnya bak Herkules, si manusia setengah dewa yang hebat dan kehebatan itu dia yakini merupakan hasil didikannya. Keyakinan itu ditambah fakta bahwa selama ini mereka hanya hidup berdua sehingga membuat sang ibu sulit menerima kehadiran wanita lain dalam hidup anaknya.
Terlebih Dewa memutuskan menikah muda dan saat itu dia sudah mengecap kesuksesan. Sehingga jelas Ibu mempunyai asumsi bahwa sang calon istri hanya mengincar harta anaknya saja. Bahkan dalam keadaan bangkrut pun, pikiran jelek tidak beranjak. Ibu menganggap sang menantu merupakan pembawa sial bagi Dewa.
Pemuda itu membangun kerajaan bisnisnya dari nol. Dia memulai semua dari sebuah lembaga bimbingan belajar. Di tempat itulah dia bertemu pertama kali dengan sang pilihan hati. Dengan kemampuan menulis dan berbicara yang baik, Dewa menjelma menjadi seorang penulis dan pembicara di berbagai seminar.
Selain itu, sang pemuda pun menjalankan bisnis investasi. Awalnya semua manis, tetapi babak hidup berikutnya mengantarkan dia pada utang hampir delapan miliar. Peristiwa ini terjadi delapan belas hari setelah janji suci untuk bidadarinya terucap.
Berbagai cara Dewa tempuh untuk melunasi utang yang disebabkan oleh penipuan yang dilakukan oleh rekan bisnisnya itu. Satu yang pasti, dia tidak memilih cara penyelesaian dengan gali lubang tutup lubang melalui perantara bank. Dewa lebih memilih berjualan ceker mercon buatan istri tercinta.
Perlahan, tetapi pasti, utang yang menggunung itu berkurang. Dewa mengembangkan kemampuannya dalam bidang menulis dan public speaking. Di tengah kariernya yang terus menanjak, dia tersandung masalah perihal wanita idaman lain. Tidak lama kemudian, Dewa yang gagah tiba-tiba koma dan terbaring lumpuh di rumah sakit selama tiga bulan.
Ulasan Novel Asma Nadia
Latar abu muda pada cover novel ini menjadikan siluet seorang perempuan di depannya tampak lebih “menyala”. Saya mendapatkannya sepaket dengan novel karya Asma Nadia lainnya yang sudah saya ulas bulan lalu.
Ini memang kisah tentang Dewa, tetapi sejatinya sang istrilah yang layak menjadi pemeran utama. Sang bidadari tidak beranjak sedikit pun dari sisinya, tak peduli Dewa dalam keadaan bergelimang harta atau tidak, sehat atau tidak.
Saya yakin bukan hanya saya yang ikut terluka saat di dunia nyata Dewa mengganti posisi sang bidadari dengan wanita lain. Ini memberikan pelajaran berharga bahwa berbuat yang terbaik pada pasangan tidak selamanya membuat hatinya menetap untuk kita.
Huru-hara di dunia nyata sempat membuat saya enggan menamatkan novel Asma Nadia ini. Namun, kemudian saya menyadari bahwa kita selalu bisa memilih untuk melihat semua peristiwa dari sisi baiknya dan realita yang menohok tidak membuat karya ini serta merta menjadi tidak layak dibaca.
Sebenarnya kisah Dewa dan istrinya ini bisa menjadi bahan motivasi yang menggugah di setiap seminar yang diadakannya. Ini adalah bukti nyata kesetiaan seorang perempuan tak peduli sang suami bangkrut dan sakit. Namun, sang dewa malah memilih membuat orang-orang menganggap kisahnya sebagai omong kosong.
Dari kisah ini, saya makin yakin bahwa kesetiaan istri diuji ketika hidup serba kekurangan dan kesetiaan suami diuji ketika hidup serba kecukupan. Dan, sang bidadari lulus menjalani tiap ujian kesetiaan dalam rumah tangganya. Perkara tidak bisa menerima kehadiran wanita lain, itu sudah di luar konteks dan tidak ada yang bisa memaksa seorang istri untuk menerimanya.
Penutup
Tentu bukan tanpa alasan seorang Asma Nadia menuliskan kasana atau biografi Dewa Eka Prayoga dalam sebuah novel. Perjalanan hidupnya yang bak roller coster bisa menjadi pengingat untuk selalu bersabar, tawakal, dan beristigfar atas semua yang terjadi.
Segala kehebatan masa mudanya tidak terlepas dari andil besar sang istri. Kesetiaan bidadarinya inilah yang menjadikan keseluruhan cerita tersebut memiliki ruh. Betapa janji suci pernikahan yang mengikrarkan ikatan abadi dalam keadaan suka dan duka itu benar adanya.
Kegaduhan di dunia nyata terjadi enam tahun setelah novel Asma Nadia ini terbit. Sungguh mengejutkan, bagaimana bisa Dewa mengganti Bidadari yang selama ini menemani dirinya bahkan di titik terendah. Meski begitu, kita bisa mengambil lebih banyak hikmah dari sana. Sudahkan kalian membaca Bidadari untuk Dewa, Playmates? Sharing di sini, yuk!