Konsep Pernikahan Outdoor di Tempat Sohor sekitar Purwakarta

Akhir April kemarin adik kedua saya menikah. Untuk akad dan resepsinya, dia merancang konsep pernikahan outdoor. Rasanya di keluarga besar kami, ini merupakan yang pertama. Biasanya kami menggelar acara semacam itu di rumah atau gedung.

Pemilihan konsep ini meski mengejutkan, tetapi saya pikir merupakan suatu keputusan yang tepat. Mengingat Purwakarta merupakan kota yang panas bagi warga Garut, tidak terbayang kalau acara berjam-jam itu dilaksanakan di tempat tertutup.

Drama saat lamaran menjadi salah satu alasan konsep outdoor memang yang terbaik. Saat itu, si bungsu tantrum tidak mau masuk ke rumah orang tua calon adik ipar karena dia kepanasan. Saya agak sedikit kehilangan momen berkumpul keluarga karena kejadian ini.

Akan tetapi, meskipun di ruang terbuka yang banyak pohonnya, udara panas sebenarnya masih terasa menyiksa. Setidaknya lagi-lagi bagi si bungsu yang tidak tahan pada suhu tinggi yang membuat gerah. Wajahnya langsung memerah macam udang rebus dan tentu saja ini membuatnya rewel.

Padahal saya sudah berniat untuk membawa kipas angin mini, tetapi malah melupakan hal sepenting itu. Alhasil saya tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian acara dengan khidmat karena harus menenangkan si bungsu.

Konsep Pernikahan Outdoor

Wedding Dream of Geri Alfarisy Rasmona

Pernikahan merupakan hal luar biasa yang kita harapkan terjadi satu kali seumur hidup. Oleh karena itu, banyak orang yang merancang sebaik mungkin momen langka tersebut. Namun, meski demikian kita harus realistis karena perjalanan sesungguhnya adalah masa-masa setelah resepsi.

Jangan karena mengejar kemewahan kita menjadi lupa diri sehingga tidak mampu mengukur kemampuan. Apalagi jika sampai berhutang banyak. Hal ini bisa mengganggu stabilitas ekonomi pasca hari H. Percayalah, akan banyak kebutuhan rumah tangga yang nantinya membetot fokus kita.

Orang tua kami bukan tipe yang segala ikut campur. Konsep pernikahan dan segala pernak-perniknya, semua tergantung keinginan anak. Pada saat pernikahan saya pun begitu, hampir sepuluh tahun yang lalu.

Apalagi akad dan resepsi pernikahan adik kedua ini berlangsung di Purwakarta yang lumayan jauh dari Garut. Adik beserta pasangan benar-benar mengonsepnya berdua. Mereka pun sibuk bolak-balik di sela kerja dan kuliah karena berdomisili di Bandung.

Alhamdulillah konsep pernikahan outdoor yang mereka pilih berjalan lancar. Tentu semua tidak mudah, tetapi adik bisa melaluinya dengan baik. Selamat menempuh hidup baru adikku, semoga keberkahan selalu menaungi pernikahanmu. Terkait konsepnya ada beberapa hal yang saya garis bawahi.

Akurasi Perkiraan Cuaca

Saat kita memilih konsep pernikahan outdoor, hal pertama yang harus menjadi perhatian adalah faktor cuaca. Pastikan kita menggelarnya tidak pada musim hujan, sebaliknya akan tidak nyaman juga jika memilih cuaca saat sedang panas-panasnya. Sungguh tricky, ya. Namun, tampaknya hujan akan lebih merepotkan.

Akan tetapi, di tengah iklim yang kian tak menentu, memprediksi cuaca menjadi lebih menantang. Saat saya kecil dulu, musim silih berganti dengan teratur. Bulan yang berakhiran suku kata “ber” menjadi penanda hujan, yakni September sampai Februari. Berikutnya Maret sampai Agustus, kita memasuki musim kemarau.

Kini musim tidak sesederhana itu lagi. Di daerah saya, di Mei ini masih kerap hujan pada lewat tengah hari. Untungnya, pada saat pernikahan adik berlangsung tidak turun hujan, sehingga acara berlangsung lancar.

Yang bisa kita lakukan untuk mengupayakan acara pernikahan outdoor tentu menyimak perkiraan cuaca dari lembaga terkait yang tepercaya. Meskipun ada kemungkinan meleset, setidaknya hindari puncak curah hujan sekitar Januari sampai Maret.

Terbebas dari Gempuran Pedagang Asongan

Setelah hampir seharian berada di venue outdoor tersebut, saya baru menyadari tidak melihat pemandangan yang biasa ada di tempat kondangan. Pantesan anak-anak tidak merengek ingin dibelikan mainan.

Saya selalu takjub pada radar para pedagang yang bisa melacak di mana lokasi resepsi pernikahan. Entah itu dari mulut ke mulut atau mereka punya grup WA sesama pedagang asongan.

Bukannya tidak respect pada para pejuang rupiah, tetapi saya kerap merasa gemas kalau anak-anak sering membeli balon atau mainan tidak jelas yang gampang rusak. Meskipun sebelumnya sudah saya sounding, ada saja momen mereka tidak bisa diajak kerja sama.

Entah perasaan sentimen atau bukan, saya merasa para pedagang itu malah makin gencar menawarkan dagangan kalau melihat anak-anak sudah menunjukkan tanda-tanda akan tantrum. Tidak masalah kalah satu, dua kali, tetapi kalau berkali-kali, hati Mamak dongkol juga.

Nah, lokasi pernikahan adik saya kemarin itu berada di lingkungan cafe and resto, bahkan di bagian belakangnya yang terpisah dari tempat makan yang tetap di buka untuk umum. Jadi, kali itu anak-anak terbebas dari godaan pedagang mainan.

Lokasi Strategis

Hutan Jati Purwakarta Cocok untuk Konsep Pernikahan Outdoor

Tempat yang menawarkan venue untuk konsep pernikahan outdoor biasanya terletak di pinggiran kota. Sebagai orang luar Purwakarta, saya tidak terlalu tahu tempat pernikahan adik itu termasuk pusat kota atau bukan. Namun, yang pasti lokasinya gampang dijangkau.

Berbeda dengan posisi tempat lamaran yang memiliki jarak tempuh yang jauh dari Garut. Venue pernikahan ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari pintu tol Ciganea. Tentu ini sangat membantu kami sebagai keluarga calon mempelai laki-laki untuk tampil fit di hari H.

Di sekitar sana pun terdapat beberapa tempat penginapan sehingga sangat memudahkan mobilitas dari satu lokasi ke lokasi lain yang terkait. Hanya saja di sore hari saat jalan-jalan di sekitar hotel, kami tidak menemui banyak penjual camilan favorit.

Pemilihan lokasi strategis ini merupakan hal penting. Tidak hanya demi kenyamanan keluarga kami yang berasal dari Garut, tetapi juga demi kebanyakan teman-teman adik yang memang tidak berasal dari Purwakarta.

Terbantu Dekorasi Alam

Sebenarnya saya tidak tahu perbandingan harga antara dekorasi indoor dan outdoor. Namun, dari yang saya lihat di acara adik beberapa waktu lalu, dekorasinya itu tidak sepenuh dekorasi pernikahan saya yang indoor.

Akan tetapi, tidak penuh bukan berarti kalah indah karena tanpa dekorasi pun panorama hutan jati sudah memanjakan mata. Dekorasi terlihat di tempat penerima tamu, jalur kirab, standing mirror, dan tentunya pelaminan. Selain itu hanya ada tenda dan keindahan alam.

Meskipun begitu, setiap sudut di sana bisa dijadikan spot foto yang instagramable. Yang jarang terjamah adalah bagian sisi kanan pelaminan berupa semacam lembah, di bawah sana ada kolam ikan yang cukup besar.

Selain itu, kita pun bisa sekadar melihat-lihat bagian kafe di bagian depan atau bisa juga sekalian mencicipi gelato. Gelato di sana menjadi salah satu menu andalan dan memiliki reputasi yang bagus.

Penutup “Konsep Pernikahan Outdoor”

Sejak pernikahan saya sepuluh tahun lalu, kemudian adik pertama saya di 2017, hingga adik kedua di 2025 ini, orang tua tidak pernah ikut campur. Oleh karena itu, kami bisa melangsungkan resepsi sesuai selera masing-masing.

Adik kedua ini mengatur setiap detail pernikahannya berdua dengan pasangannya. Bahkan perkara biaya pun, orang tua tinggal duduk manis saja. Wah, saya pun sebagai kakak salut pada kemandiriannya.

Maka dari itu, konsep pernikahan di bulan kemarin itu benar-benar menunjukkan kepribadian dan seleranya. Untuk konsep pernikahan outdoor ini apakah menjadi wedding dream kalian juga, Playmates? Sharing di sini, yuk!

Tinggalkan komentar