Cara Transfer Domain, Ikuti 7 Langkah Mudah Ini

Tak terbayangkan bahwa setelah 2,5 tahun ngeblog, saya harus mencari tahu tentang cara transfer domain dan hosting. Saya kira setelah men-TLD-kan domain itu berarti tinggal fokus menulis. Ternyata ada hal teknis di luar itu yang menyedot perhatian melebihi menulis itu sendiri.

Di awal ngeblog di blog WordPress, saya tidak mengurusi hal teknis. Kalau blog tidak bisa diakses atau semacamnya, saya langsung menghubungi owner provider melalui DM Instagram. Saya pikir yang seperti itu hubungan yang lazim.

Dua tahun berjalan dengan lancar dan saya sudah membayar perpanjangan tahun ketiga. Namun, kemudian saya mendengar desas-desus bahwa provider tersebut bermasalah. Tentu saya masih denial karena merasa selama ini baik-baik saja dan owner-nya juga cukup sabar menghadapi pertanyaan saya.

Padahal sebelumnya sudah muncul tanda-tanda. Domain saya habis September dan Agustusnya ada promo lumayan, saya pun mengambil promo tersebut untuk memperpanjang tahun kedua. Di sini semua masih aman.

Beberapa bulan kemudian, pihak CS provider tersebut menawarkan promo lagi. Jadi, saya sudah membayar sewa hosting untuk dua tahun ke depan. Si owner menghubungi lagi, katanya kapasitas hosting sudah tidak memadai, jadi harus di-upgrade.

Dia memperlihatkan hitung-hitungannya. Singkat cerita, hosting saya tidak jadi berlaku dua tahun, jadi satu tahun dengan tambahan kapasitas memori. Jadi, dia itu biasanya memberikan promo sebelum domain habis.

Di sini saya sudah mulai tidak tenang. Banyak rekan blogger yang pindah penyedia jasa. Saya masih bertahan karena baru masuk tahun ketiga. Artinya belum lama memperpanjang domain dan hosting.

Tidak lama dari sana blog saya tidak bisa diakses selama 2-3 minggu. Saya mencoba mengonfirmasi hal tersebut dan pihak sana mengatakan blog sedang dalam masa propagasi setelah perpanjangan domain.

Sebelumnya saya tidak pernah mengecek client area, tetapi saat itu saya coba intip. Ternyata status blog tidak aktif karena belum diperpanjang, padahal sudah bayar dari satu bulan sebelum masa aktif berakhir. Mood pun langsung lesehan.

Cara Transfer Domain

Cara transfer domain, ikuti 7 langkah mudah ini

Di depan si owner, saya pura-pura tidak tahu perihal desas-desus yang beredar. Saya masih beruntung, blog saya aktif kembali. Dia berdalih masalah dari sananya sudah mereka atasi. Ada rekan menyarankan untuk segera pindah, tetapi saya bertahan selama setengah tahun berikutnya.

Sekitar enam bulan setelah memperpanjang, owner itu mengubungi lagi katanya kapasitas hosting saya tidak memadai. Loh, kok sudah penuh lagi, kan, belum lama ini upgrade ke 2 giga? Saya pikir 2 giga itu sudah penuh, lalu harus di-upgrade lagi.

Akan tetapi, dia memperlihatkan sebuah tangkapan layar bahwa ternyata kapasitas memori saya masih yang dulu. Di sini terbukti 100% dia tidak amanah. Sepertinya dia lupa bahwa dia pernah meminta dana untuk menambah memori.

Saya memperlihatkan semua bukti chat dan bukti transfer. Tanpa menunggu jawabannya yang memang tidak pernah ada, saya pun mencari informasi tentang cara transfer domain dan hosting.

Siapkan Dana

Hal inilah yang menjadi pertimbangan mengapa saya tidak buru-buru out dari provider lama. Bayangkan saja, baru saja bayar, masa harus bayar lagi. Saat itu saya agak pasrah juga, sih, daripada mengganggu uang dapur, ya sudah kalau memang waktu saya dengan Playground of Monica ini sudah habis.

Alhamdulillah, pas bulan keenam setelah perpanjangan itu saya mendapatkan fee menulis, jadi bisa segera transfer domain. Domain saja, ya, untuk hosting saya putuskan untuk memikirnya kemudian.

Simpan Kode EPP

Setiap domain itu memiliki kode EPP. Ini bisa kita lihat di client area. Saking polosnya, saya dulu mempercayakan semua pada pihak provider. Jadi, saya pun abai pada client area, padahal seharusnya kita akrab dengannya.

Saya tahu provider itu dari seorang teman. Sepertinya dia lebih abai dari saya perihal client area ini. Saat dia pun tidak mengakses blog, saya sarankan untuk cek client area untuk melihat apakah domainnya sudah diperpanjang atau belum.

Akan tetapi, katanya dia tidak bisa log in client area karena lupa password. Hingga kini blognya tidak aktif, lalu expired, dan di-take over oleh pihak lain.

Pastikan Blog Aktif

Inilah yang menjadi alasan yang mengharuskan untuk segera pindah saat mendapati fakta bahwa sebuah provider tidak amanah. Sekali blog kita telanjur tidak aktif, mau pindah ke provider lain pun tidak bisa.

Teman saya sudah mencoba menghubungi provider lain. Namun, mereka tidak bisa membantu karena blog teman saya sudah tidak aktif.

Tentunya lebih dari sedih saat mengetahui blog yang kita rawat seperti anak sendiri, harus berakhir akibat ulah orang lain yang selama ini kita percaya.

By the way, teman saya ini lebih denial dari saya karena dia memang lebih lama stay di provider lama. Pada saat saya memperingatkan untuk waspada, dia masih belum percaya.

Cara Transfer Domain: Hubungi Provider Lain

Transfer domain adalah memindahkan domain dari satu penyedia jasa domain ke penyedia jasa lainnya

Untuk menghindari kesalahan yang sama, pastikan kalian sudah bertanya kepada rekan-rekan blogger lainnya perihal provider yang tepercaya. Saya pun mendapatkan saran untuk menempatkan domain dan hosting di tempat berbeda untuk meminimalisasi risiko.

Di tahap ini saya baru tahu ternyata hubungan blogger dengan provider itu resmi seperti berhadapan dengan sebuah perusahaan pada umumnya. Mungkin memang seharusnya seperti itu agar lebih menciptakan atmosfer profesionalisme. Bahkan, ada yang harus selalu berhubungan via email.

Ikuti Petunjuk Provider

Provider baru akan mengarahkan kita untuk melakukan proses transfer domain. Saat proses inilah kita memasukkan kode EPP. Meskipun provider baru, tetap saja intinya kita memperpanjang. Jadi harganya pun mengikuti harga perpanjangan yang tidak semurah harga pembelian awal.

Awal saya membeli domain tidak mengalami ini karena segala hal sudah di-handle owner penyedia jasa. Meskipun memang terasa ribet, tetapi sebaiknya kita mengerjakannya sendiri step by step. Blogger memang tidak hanya harus bisa menulis, tetapi harus tahu juga cara merawat tempatnya menulis.

Pantau E-mail

Setelah proses pembayaran selesai, jangan santai-santai dulu, ya. Akan ada e-mail approval yang akan e-mail administratif terima. Setelah itu, kita harus menyetujui semua proses yang akan berlangsung.

Mengapa kita harus pantau e-mail? Karena kalau kita telat membuka e-mail tersebut sampai lima hari, proses akan gagal otomatis. Jadi, pastikan tidak ada e-mail masuk yang terlewat kita baca.

Selain aktif, domain kita pun tidak boleh dalam keadaan locked. Jika domain tersebut locked, proses transfer pun batal. Di sini ada kemungkinan kalian harus menghubungi provider lama untuk memperbaiki hal itu.

Kalian pun akan mendapat e-mail dari pihak registstar lama untuk memastikan apa benar apakah kita akan mentransfer domain ke tempat lain. Cukup abaikan saja, tetapi saat itu saya membalasnya dengan mengiyakan akan pindah.

Jika kita menolak berarti proses transfer gagal. Jadi, proses pindahan ini melewati beberapa konfirmasi, jadi harus benar-benar yakin. Setelah itu, kita harus menunggu sekitar satu minggu dan sebaiknya tidak membuka blog sama sekali.

Mulai Lembaran Baru

Entah ini hanya terjadi pada saya saja atau yang lainnya pun mengalami. Setelah transfer domain, page view blog yang terpampang di Google Analytics turun separuhnya. Saya mencoba membesarkan hati, ini tidak seberapa dengan rekan-rekan yang kehilangan domainnya.

Dengan semangat baru, saya pun kembali menulis di rumah yang lama, tetapi berada di komplek yang baru. Traffic pun perlahan meningkat dan semuanya kini terasa lebih baik.

Penutup “Cara Transfer Domain”

Beberapa hari yang lalu saya mendapat materi tentang “Menjadi Profesional Blogger” dari Mbak Dyah Kusuma Utari di kelas oprec OBS 2024. Salah satu step untuk mencapai itu adalah dengan membeli domain. Sebelumnya, saya pernah menulis step membeli domain di blog satu lagi.

Membeli domain ini tidak boleh sembarangan. Selain menentukan level domain, provider-nya pun harus yang kredibel. Provider yang tidak tepercaya bisa mengganggu fokus kita dalam membangun blog.

Tidak hanya blog yang sering gangguan, kemungkinan terburuk seperti kehilangan domain pun bisa terjadi. Baru-baru ini saya mengalami hal yang tidak mengenakkan terkait provider yang telah membersamai saya dari awal serius ngeblog di tahun 2021.

Pengalaman itu mengharuskan saya mencari informasi terkait cara transfer blog. Alhamdulillah, meskipun dengan hati menggerutu, proses tersebut berjalan lancar. Selanjutnya semoga saya bisa juga menuliskan pengalaman yang lebih mendebarkan terkait migrasi hosting.

8 pemikiran pada “Cara Transfer Domain, Ikuti 7 Langkah Mudah Ini”

  1. Wah sebel ya mba ketemu owner ngga amanah gitu. Bikin stress pastinya. Apalagi biayanya pasti tidak murah kan. Akhirnya bisa pindah ke tempat baru ya mba. Semoga aman dan lancar terus blognya

    Balas
  2. memilih penyedia domain yang amanah ini masuk dalam urutan nomor satu yang wajib diperhatikan. Biar , tidak rugi sudah mengeluarkan dana buat bayar domain,eh penyedianya rewel.

    Balas
  3. Mood lesehan tuh langsung lemas lunglai gitu ya Teh, wkwkwk. Nggak nyangka bisa jadi drama gini ya sampai jadi denial. Kita juga nggak boleh sepenuhnya percayakan semua ke penyedia ya, kita harus paham juga untuk kroscek sendiri. Alhamdulillah ya teh jadi ada pengalaman dan bisa berbagi di sini. Aku jadi lebih aware juga sama hal yang kaya gini, yg mungkin kita anggap di awal akan baik2 aja.

    Balas

Tinggalkan komentar