Kesultanan Ottoman, Vlad Dracula, dan Wali Songo

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Playmates. Salam sehat untuk semua, ya. Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang pengaruh Al-Qur’an dan kejayaan Islam di masa lalu. Artikel ini pun masih menuliskan kejayaan itu, terkhusus pada masa Kesultanan Ottoman.

Melihat keadaan umat Islam masa kini memang menyedihkan jika kita bandingkan dengan umat Islam masa lalu. Islam memiliki kegemilangannya sejak zaman Rasulullah hingga sekitar satu abad yang lalu saat Ottoman runtuh. Setelah itu, Islam tidak lagi berada dalam satu panji. Seperti yang sudah bisa kita bayangkan, tanpa adanya persatuan tentu kekuatan itu hanyalah angan-angan.

Islam jaya karena Al-Qur’an. Oleh karena itu, seharusnya kita paham bahwa satu-satu jalan kembali menuju kegemilangan itu adalah dengan kembali pada Al-Qur’an.

Al-Qur’an tidak hanya memerintahkan kita mengejar akhirat, dunia pun tetap penting. Tidak ada pemisahan, seperti halnya ulama masa lalu yang hampir bisa kita pastikan merupakan ilmuwan pula.

Ustadz Felix berkata pada Helmi Yahya bahwa beliau hingga kini belum pernah mengunjungi Spanyol. Hal itu karena Ustadz Felix sedih jika harus melihat sisa-sisa kejayaan Islam di sana. Berbeda dengan mengunjungi Turki yang masih memperlihatkan kegemilangannya.

Islam memang pernah menorehkan jejaknya di Spanyol pada masa Kesultanan Umayah. Namun, menurut Ustadz Felix ada perbedaan mendasar antara penyebaran Islam di Spanyol dan di Indonesia.

Di Spanyol, Islam tumbuh lebih fokus ke fisik, sedangkan di Indonesia lebih mengedepankan non-fisik. Sehingga, Islam di Indonesia lebih mendarah daging. Berbeda dengan di Spanyol yang kini hanya tinggal ceritanya saja.

Kesultanan Ottoman

Membahas kejayaan Islam tentu kurang afdal tanpa membahas Kesultanan Ottoman. Ada fakta menarik yang Ustadz Felix sampaikan pada kesempatan ini. Ternyata Sultan Muhammad Al-fatih mempunyai keterikatan dengan Vlad Dracula dan Walisongo. Kalian sudah tahu hal ini, Playmates?

Perihal hubungan Al-Fatih dan Vlad Dracula, saya sempat mendengarnya saat muncul pro kontra terkait rilisnya film Hollywood berjudul Dracula The Untold Story. Namun, tentang Walisongo yang berhubungan dengan Kesultanan Ottoman baru saya dengar kali ini.

Al-Fatih vs Vlad Dracula

Pada saat itu wilayah Walachia, sekarang Rumania, merupakan bagian dari Kesultanan Ottoman. Raja Vlad II tunduk pada Sultan Murad II. Sebagai bukti kesetian, sang sultan meminta dua anak raja untuk dididik menjadi tentara khusus. Dua anak raja, Vlad III/Vlad Dracula dan Radu belajar bersama anak Sultan Murad II, Muhammad Al-Fatih.

Radu kemudian masuk Islam, tetapi Vlad Dracula tidak karena dia telah bergabung dengan klan Dracule/ Naga yang setia pada Holy Roman Emperor. Bahkan, setelah Vlad III menggantikan sang ayah, dia berani melawan Al-Fatih.

Vlad Dracula ini sangat kejam. Dia mempunyai julukan Sang Penyula karena kerap menghukum orang dengan menusukkan semacam besi dari anus sampai leher. Dengan cara itu pula, dia membantai 10.000 pasukan Al-Fatih.

Untuk mengalahkan Vlad Dracula, Al-Fatih kemudian mengirim pasukan yang dipimpin adiknya, Radu. Serangan itu kita kenal sebagai The Night Attack pada 1474. Pada pertempuran itu Sang Penyula dipenggal dan kepalanya diserahkan kepada Sultan Al-Fatih. Meskipun kejam, bagi rakyatnya, Vlad III ini merupakan seorang pahlawan.

Kesultanan Ottoman dan Walisongo

Sebagai pembuka, Ustadz Felix menyatakan bahwa sejarah itu bisa disanggah. Jadi beliau lebih memilih memaparkan hipotesis-hipotesis kemudian memilih yang paling referable. Alih-alih mengambil suatu kesimpulan.

Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Walisongo itu merupakan utusan dari Kesultanan Ottoman. Sultan yang mengirimnya adalah Sultan Mehmed I, kakek Muhammad Al-Fatih.

Lebih lanjut, Ustadz Felix mengutip ucapan Sultan Hamengku Bowono X, yang menyebutkan bahwa Raden Fatah, sultan pertama Demak, mendapatkan legitimasi gelar kesultanannya dari Kesultanan Turki Utsmani pada tahun 1479. Kalian bisa menebak siapa yang sedang memimpin Kesultanan Turki Utsmani pada tahun itu? Ya, Al-Fatih. Masyaallah.

Sebagai tambahan, Ustadz Felix pun memaparkan bahwa Raden Fatah itu memiliki darah Tionghoa dari ibunya. Sedangkan sang ayah adalah Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Raden Fatah yang memiliki nama kecil Pangeran Jimbun sejak dalam kandungan sudah meninggalkan istana karena sang ibu disingkirkan oleh ayahnya demi wanita lain.

Sang ibu, Siu Ban Ci, berada di bawah pengawasan Patih Ario Damar yang kemudian menikahinya. Mereka mempunyai anak bernama Raden Husein dan Raden Fatah memiliki nama lain lagi, Hasan. Jadilah Hasan dan Husein yang tumbuh bersama.

Selain Raden Fatah, ada satu lagi sultan yang mendapat pengesahan dari Ottoman, yakni Sultan Agung. Sultan Agung mendapatkan pengesahan gelarnya sebagai Sulta Maulana Malik Al-matarami sekitar tahun 1632 dari Sultan Murad IV. Setelah mengetahui fakta ini jadi berasa lebih dekat dengan Kesultanan Ottoman, ya, Playmates.

4 pemikiran pada “Kesultanan Ottoman, Vlad Dracula, dan Wali Songo”

  1. mendapatkan legitimasi dari pemerintahan Ottoman, berarti kayak mendapat pengesahan gitu ya kak? apa berarti dulu Indonesia juga berada di bawah kekuasaan Ottoman? ijin bertanya ya kak, mohon koreksi kalau salah

    Balas
    • Hi, Kak Laila. Tidak ada narasi Ustadz Felix yang menyebutkan hal itu secara gamblang. Beliau hanya menyebutkan kedua sultan tersebut mendapatkan pengesahan gelarnya dari Kesultanan Ottoman. Semoga jawaban ini membantu, ya, Kak.

      Balas

Tinggalkan komentar