Belajar dari Masa Lalu Kala Islam Termasyhur

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Playmates. Salam sehat untuk semua, ya. Ada yang sudah menunggu-nunggu lanjutan ulasan pengaruh Al-Qur’an? Kita lanjut belajar dari masa lalu ketika Islam masih menguasai setengah bumi.

Tulisan ini masih bersumber dari video dari kanal Youtube Helmi Yahya Bicara. Ini merupakan bagian kedua dan berlangsung selama 24.40. Waktu yang relatif singkat tersebut terasa semakin singkat saking serunya menyimak sejarah kebudayaan Islam dari Ustadz Felix Siauw..

Di awal video Pak Helmi dan Ustadz Felix membahas banyaknya ilmuwan Islam yang penemuannya memengaruhi dunia dan bahkan hingga kini temuan mereka masih kita aplikasikan. Diantara ilmuwan tersebut adalah:

  • Ibnu Sina, ahli di bidang kedokteran
  • Ibnu Qassim Al-Jahrawi, ahli bedah
  • Jabbir Ibnu Hayat, ahli kimia
  • Al-Ghazari, pakar mekanika
    Al-Khawaritsmi, penemu algoritma dengan bukunya Al-Jabar

Nama-nama di atas baru sebagian kecil dari banyaknya ilmuwan Islam. Ustadz Felix menekankan hal itu merupakan hasil dan sebabnya tentu adalah Al-Qur’an. Para ilmuwan itu merupakan bukti dari besarnya pengaruh Al-Qur’an jika kita telah mengamalkannya secara kaffah.

Selain itu, pada masa tersebut tidak ada pemisahan ilmu dunia dan akhirat. Oleh karena itu, hampir bisa kita pastikan bahwa para ilmuwan tersebut merupakan para ulama. Masyaallah. Jadi, jangan ragu untuk tetap belajar dari masa lalu, ya, Playmates.

Belajar dari Masa Lalu

Belajar dari Masa Lalu Kala Islam Termasyhur

Berbicara kejayaan masa lalu bukan berarti sekadar nostalgia. Namun, diharapkan kita menjadi paham bahwa sejarah itu selalu berulang.

Saat menyadari kebudayaan Islam jaya karena dekat dengan Al-Qur’an dan jatuh karena jauh dari Al-Qur’an, sudah seharusnya kita langsung mengerti bahwa satu-satunya jalan untuk bangkit pun adalah Al-Qur’an.

Lantas keti kita menengok pada kondisi dewasa ini saat yang maju adalah yang tidak beragama, apakah pernyataan di atas masih relevan? Jawabannya tentu selalu relevan karena kita tidak perlu beragama untuk pintar. Namun, tanpa agama segala kemajuan itu akan terasa kosong.
Ustadz Felix memberikan contoh Jepang dan Amerika serikat sebagai negara yang bisa maju tanpa agama. Jika kita menilik majunya negara-negara tersebut pasti ada tumbalnya. Jepang dengan terus menurunnya angka kelahiran karena masyarakat jarang yang menikah. Sedangkan Amerika disebut sebagai the most danger on earth.
Sampai di sini jelas bahwa tanpa landasan agama, bahagia itu hanyalah utopia karena sains mencakup sesuatu pada tataran “what” dan “how”. Berbeda dengan agama yang mengacu pada “why”.

Masa Kejayaan Turki Utsmani

Kekhalifahan Islam memiliki wilayah kekuasaan paling luas pada saat kekhalifahan Utsmani atau Ottoman. Dinasti ini berdiri setelah Abbasiyah runtuh. Sains berkembang pesat pada masa Abbasiyah, tetapi mereka lengah di sektor pertahanan.

Abbasiyah tidak lagi melakukan ekspansi. Mereka menugaskan orang-orang Turki (cikal bakal Ottoman untuk menjaga perbatasan). Selain mampu menjaga, ternyata orang-orang Turki ini mampu memperluas wilayah.

Pendiri Turki Utsmani bernama Utsman Ghazi. Pada suatu ketika beliau pernah bermimpi melihat bulan sabit keluar dari dada gurunya. Bulan sabit itu terus membesar hingga menjadi purnama. Kemudian purnama tersebut masuk ke dalam dada Utsman Gazi.

Secara menakjubkan lalu keluarlah pohon besar dari dadanya. Ranting-ranting pohon tersebut membentuk empat gunung, yakni Kaukasius, Atlas, Haemus, dan Taurus yang berada di Asia dan Eropa. Kemudian akarnya memanjang hingga sungai Danub, Nil, Eufrat, dan Tigris.

Kulit pohon kayu tersebut membentuk menara-menara masjid dan daunnya berubah menjadi pedang. Kalian bisa menebak ke mana pedang-pedang itu tertuju? Ya, Konstantinopel.

Mimpi itu terus menerus Utsman Gazi bicarakan pada anaknya, Orhan. Orhan sampaikan pada Murad. Murad teruskan kepada Biyazid. Biyazid utarakan pada Mehmed. Memmed motivasikam pada Murad II. Hingga sampailah pada Muhammad Alfatih.

Pembebasan Konstantinopel oleh Alfatih bukanlah suatu keinginan yang tiba-tiba muncul. Namun, hal itu merupakan sebuah motivasi yang terus menerus didengungkan selama tujuh generasi.

Penutup “Belajar dari Masa Lalu Kala Islam Termasyhur”

Seperti para sultan Utsmani yang terus menerus menceritakan mimpi mereka, saya pun insyaallah akan terus menuliskan sejarah Islam. Bukan untuk hidup di masa lalu, tetapi agar girah perjuangan umat muslim perlahan kembali meyala.

Kita harus belajar dari masa lalu agar mempunyai fondasi untuk menghadapi masa depan. Dan, tiada tempat kembali yang lebih baik dari Al-Qur’an. Jaya bersama Al-Qur’an, bangkit pun bersama Al-Qur’an. Insyaallah.

3 pemikiran pada “Belajar dari Masa Lalu Kala Islam Termasyhur”

  1. Jujur karena kakak sering menyebut Ustadz Felix di setiap tulisan sejarah, saya jadi tertarik untuk menonton video beliau juga. Terimakasih, Kak. Semoga ikutan semangat untuk belajar sejarah Islam

    Balas

Tinggalkan komentar