Cara Bijak Menasehati Anak yang Pacaran, Kepoin, yuk!

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah Jumat kemarin kajian bulanan di sekolah si cikal hadir kembali. Ini merupakan kajian pertama di semester ini. Temanya pun menarik, yakni berkaitan dengan cara bijak menasehati anak yang pacaran.

Judul lengkap acara ini adalah sikap ayah bunda ketika ananda jatuh cinta. Tentunya ini memjadi momen mendebarkan bagi para orang tua yang memiliki anak remaja. Namun, tenyata perihal hati ini merupakan sesuatu yang harus orang tua persiapkan dari jauh-jauh hari.

Untuk menambah keberkahan, kami memulai acara dengan mengucap basmallah, lalu membaca Al-Qur’an bersama-sama. Jumat adalah waktunya Al-Kahfi, sehingga kami memilih membaca surat Al-Kahfi dari ayat 63-74.

Saat pertama melihat flyer kajian ini, saya merasa familier dengan sang narasumber. Setelah saya ingat-ingat, Ustadz H. Dede Ishaq Munawwar, Lc., M.Pd., M.CE ternyata pernah mengisi kajian ketika si cikal masih TK. Kajian itu bertema masuk surga sekeluarga.

Jika kita tarik benang merahnya, materi yang beliau sampaikan berfokus pada kajian parenting islami. Hal ini sesuai dengan pembawaannya yang kalem dan memancarkan figur kebapakan. Di akhir acara ada dua bunda beruntung yang mendapatkan masing-masing satu buku parenting islami dari beliau.

Ustadz Dede mengatakan bahwa kita sebagai orang tua menghadapi begitu banyak tantangan dalam proses mendidik anak. Salah satu tantangan itu berasal dari gawai, jadi sebisa mungkin kita harus bijak dalam memfasilitasi anak dalam hal tersebut. Lebih baik tega dan membiarkan mereka menangis sekarang daripada harus membiarkan anak yang belum cukup umur terpapar dampak negatif dari ponsel dan sebagainya.

Gawai dengan segala dinamikanya telah membuat anak lebih cepat dewasa dari seharusnya. Ini harus menjadi perhatian khusus karena anak harus tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan fasenya. Salah satu fenomena miris zaman sekarang adalah anak usia sekolah dasar yang sudah punya pacar. Oleh karena itu, kita harus tahu cara bijak menasehati anak yang pacaran.

Kewajiban Mencetak Generasi Kuat

Cara melarang anak pacaran secara Islam

Syeikh Sulaiman Al-Asqar, seorang guru besar dari Madinah, membagi dzuriyatan dhiafan (generasi lemah) menjadi pada lima kelompok, yakni:

  • Aqidah (spiritual)
  • Ilmu (intelektual)
  • Kejiwaan (emosional)
  • Ekonomi (finansial)
  • Fisik (jasadiyah)

Sungguh berat kewajiban orang tua, ya, Playmates. Namun, itu bukan berarti kita berkecil hati. Niatkan dari awal kita membina rumah tangga, bahwa seluruh yang kita kerjakan semata-mata untuk beribadah kepada Allah.

Kuat secara aqidah menjadi poin paling penting. Dengan aqidah kuat tentu anak akan bisa menjalani hidup sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Termasuk dia akan mengerti boleh tidaknya berpacaran.

Hal ini harus kita mulai jauh sebelum anak lahir. Saat masih dalam kandungan, terutama saat telah ditiupkannya ruh, kita harus mulai memperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.

Bahkan lebih afdalnya, proses menjadikan anak saleh itu dimulai dari memilih pasangan yang tepat. Untuk yang telanjur, tidak perlu memilih pasangan baru, ya, dengan niat lurus insyaallah kita dan pasangan bisa sama-sama saling memperbaiki.

Rasulullah pun mencontohkan hal ini dalam dakwahnya. Pada tahun-tahun pertamanya, beliau fokus pada penguatan aqidah. Oleh karena itu, ayat-ayat yang tergolong makiyyah banyak yang membahas aqidah. Proses ini berlangsung selama 13 tahun.

Barulah setelah hijrah, Rasulullah mulai berdakwah mengenai ibadah, muamalah, jinayah, munakahah, dan lain sebagainya. Ini berlangsung selama 10 tahun. Dari sini terlihat, perjalanan mengajarkan aqidah membutuhkan waktu lebih lama dan disampaikan lebih awal.

Partisipasi orang tua dalam pembentukan aqidah pada anak sangatlah urgent. Mengingat masifnya dampak buruk dari teknologi. Tentu dampak baiknya pun sangat banyak, tetapi kita harus waspada terhadap efek sampingnya.

Kita mesti peka terhadap apa yang sedang trend karena tidak menutup kemungkinan itu merupakan propaganda kaum kafir untuk mengikis aqidah umat muslim. Tentu kita tidak asing dengan istilah 5F, yaitu food, fashion, footbal, fun, dan freesex. Banyak pendapat lain tentang poin 5F ini, tetapi intinya kita harus siaga terhadap apa yang mereka kampanyekan.

Melimpahi Anak dengan Kasih Sayang

Apakah kalian mengikuti berita akhir-akhir ini perihal anak-anak yang di luar nalar, Playmates? Sungguh miris, ya. Anak-anak usia sekolah dasar tidak sekadar sudah mengenal pacaran, tetapi banyak juga yang menjadi korban dari nafsu bejat.

Kita tidak bisa mengontrol tindakan orang lain terhadap si anak kesayangan. Namun, kita selalu bisa melimpahinya dengan kasih sayang agar dia tidak gampang terhanyut saat ada orang yang menunjukkan perhatian.

Pastikan anak untuk mengetahui bahwa di dunia ini tidak ada cinta murni yang lebih dalam dari cinta orang tua pada anak. Oleh karena itu, kita harus membiasakan untuk menunjukkan kasih sayang secara ugal-ugalan padanya agar dia tidak mencari perhatian di luar rumah.

Jangan malu untuk mencium anak karena Rasulullah pun kerap melakukannya. Dari Anas Bin Malik radiyallahuanhu, “Rasulullah menggendong Ibrahim dan menciumnya. (Bukhari)

Ustadz Dede menyebutkan setidaknya kita harus mencium anak tiga kali sehari. Pertama saat dia bangun tidur. Bangunkanlah dengan lembut seraya menciumnya. Kedua saat anak akan beraktivitas, misalnya saat akan pergi sekolah. Kemudian ketiga saat anak hendak tidur.

Lebih baik kita biasakan mencium anak sedari ia kecil. Makin besar, biasanya makin kikuk. Saat pergi sekolah, anak saya selalu mencium tangan, bibirnya tepat yang mencium. Lalu saya balik mencium tangan dan kepalanya.

Selain mencium, memangku anak pun menjadi tanda lain dari kasih sayang orang tua. Dari Aisyah radhiyalahuanha bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam meletakkan anak kecil dipangkuannya kemudian mentahniknya (menyuapi dengan kurma yang telah dikunyahnya). Lalu anam itu kencing di pelukannya, lalu meminta air dan mengguyurnya. (Al-Bukhari)

Cara Bijak Menasehati Anak yang Pacaran

Sikap ayah bunda ketika ananda jatuh cinta

Rabbii jidni ilman warzukni fahman. (Ya Allah tambahkanlah ilmu dan rezekikan kami pemahaman darinya)

Doa di atas bisa menjadi doa andalan kita dalam menghadapi segala krisis dalam pengasuhan anak. Mengasuh anak berlangsung selamanya dan tidak bisa kita lakukan sembarang karena akan berdampak pada generasi selanjutnya secara berkesinambungan.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa memohon pada Allah agar diberikan ilmu. Dengan ilmu, terutama ilmu agama, insyaallah kita akan selalu berada di jalan yang Allah ridai. Selain itu, kita pun harus meng-upgrade diri dengan ilmu kekinian agar bisa mengimbangi pemikiran anak-anak masa kini.

Termasuk dalam menghadapi anak yang sedang jatuh cita, kita memerlukan ilmu untuk mengatasinya. Di zaman kemudahan transfer informasi seperti sekarang tentu mendapatkan ilmu apa pun bukan perkara yang susah. Dengan catatan, kita pun harus cermat dalam menyortirnya.

Sebisa mungkin kita tanamkan pada anak bahwa pacaran itu tidak baik. Selain bertentangan dengan ajaran agama, juga secara usia, mereka belum siap terlibat hubungan romansa. Jika sudah cukup umur, lebih baik langsung menikah saja.

Berikut Ustadz Dede paparkan bagaimana baiknya respons orang tua ketika ananda jatuh cinta. Hal-hal ini pun bisa menjadi cara bijak menasehati anak yang pacaran jika semuanya sudah telanjur terjadi.

Mengajak Anak Berbicara Tentang Perasaannya

Sebagai orang yang pernah muda tentu kita bisa melihat tanda-tanda tak biasa yang menunjukkan bahwa ananda tengah jatuh cinta. Cobalah untuk tidak bereaksi berlebihan dalam merespons hal tersebut.

Ajaklah anak berbicara dari hati ke hati dan bangkitkan memori indah saat ia kecil, betapa ayah bunda menyayanginya. Yakinkan anak bahwa untuk saat ini kasih sayang orang tua dan saudara-saudaranya yang ia butuhkan.

Cara Bijak Menasehati Anak yang Pacaran: Jangan Panik

Bersikaplah dengan tenang agar anak bisa menangkap dengan tepat apa yang hendak kita sampaikan. Rasa panik seringkali membuat kita tidak bisa berbicara dengan benar dan tentunya ini akan membuat anak tidak nyaman.

Di sinilah kita akan memahami pentingnya melimpahi anak dengan kasih sayang. Anak yang merasa disayangi tidak akan mencari-cari perhatian orang lain atau gampang terpedaya orang yang menunjukkan ketertarikan padanya.

Berikan Pengertian Tentang Definisi Cinta

Perasaan baru yang dirasakan anak memerlukan bimbingan kita sebagai orang tua. Berikan pengertian tentang definisi cinta. Bahwasannya cinta itu bersifat luas dan tidak melulu menyangkut hubungan romantis.

Bisa saja itu hanya rasa sayang terhadap teman, jadi dia tidak perlu buru-buru mendefinisikannya sebagai sesuatu yang harus memiliki ikatan semu. Sarankan untuk tetap menjalin pertemanan, tetapi sebatas itu saja.

Jangan Menghakimi dan Menggoda Anak

Kita tahu rasanya jatuh cinta, sehingga tidak bijak jika kita langsung menghakimi anak. Hal ini bisa membuatnya merasa terpojok. Dia mungkin saja tidak membantah, tetapi justru itu lebih berbahaya karena dia tidak mengungkapkan apa yang dirasa.

Selain menghindari untuk menghakimi, kita juga tidak perlu menggodanya. Anak bisa merasa malu, bahkan jengah. Kita sendiri pun tidak akan suka jika ada orang yang menggoda terhadap apa yang kita rasakan, meski terkadang menutupinya dengan sebuah senyuman.

Menjadi Teman Curhat dan Pendengar yang Baik

Bagaimana cara menghadapi anak yang sedang jatuh cinta?

Karena rasa cinta ini merupakan hal yang baru bagi anak, tentu ia masih bingung bagaimana mengungkapkannya pada orang tua. Sehingga kita harus sebisa mungkin menciptakan atmosfer yang nyaman agar anak berani bercerita.

Pada usia remaja, biasanya anak lebih nyaman curhat pada teman. Meskipun hal tersebut tidak selamanya buruk, tetapi dalam hal ini kita harus gerak cepat.

Tidak menutup kemungkinan sang teman, dengan usianya yang masih belum stabil juga, bisa menyarankan hal yang kurang baik. Oleh karena itu, kita harus men-setting diri agar bisa menjadi teman curhat yang asik bagi anak.

Arahkan pada Kegiatan Positif

Orang yang sedang jatuh cinta itu cenderung lebih suka menyendiri di kamar. Entah itu berkirim kabar dengan pujaan hati atau sekadar melamun seharian. Tentu itu tidak baik karena membuang waktu dengan percuma.

Untuk mengatasinya, orang tua bisa mengajaknya ke luar rumah. Kalau ananda lelaki, sang ibu hendaklah mengajak jalan berdua. Begitupun sebaliknya jika ananda perempuan. Ke mana saja bisa, asal menikmati quality time.

Selain itu, bisa juga mengikutsertakan anak pada kegiatan fisik yang bermanfaat. Persilakan anak untuk memilih kegiatan yang dia suka, misalnya berenang, bela diri, atau memanah.

Cara Bijak Menasehati Anak yang Pacaran: Memberikan Edukasi Seks

Edukasi seks di masyarakat masih menjadi hal tabu karena persepsi yang terbentuk adalah mengenai aktivitasnya. Padahal edukasi seks bukan ke arah sana, melainkan pemberian informasi mengenai hal-hal yang berkenaan dengan reproduksi.

Salah satu tujuan dari edukasi tersebut adalah agar anak menyadari bahwa dirinya berharga dan mampu menghindari eksploitasi orang lain atas tubuhnya. Orang tua sebagai pendidik pertama, tentu berkewajiban memberikan juga edukasi ini.

Menetapkan Batasan

Jika mengacu pada aturan agama, tentu tidak ada istilah pacaran. Sehingga sebisa mungkin sebelum anak melangkah ke arah sana, kita sebagi orang tua telah memberikan pemahaman bahwa pacaran itu bisa mendekati zina.

Sekalipun hanya berteman, anak yang pertama kali jatuh cinta perlu kita beri batasan. Ananda belum punya pengalaman dalam hal ini, sehingga peran orang tua sebagai pembimbing sangat dibutuhkan.

Penutup “Cara Bijak Menasehati Anak yang Pacaran”

Di zaman yang serba digital seperti sekarang tugas pengasuhan anak terasa semakin berat. Banyaknya pengaruh negatif mengharuskan kita memberikan perisai berlapis pada anak agar ia tidak mudah terpengaruh.

Perihal hati, tidak ada yang tahu kapan rasa baru itu datang menghampiri. Ini merupakan fitrah dan pasti akan terjadi pada anak sesuai tumbuh kembangnya. Sebagai orang tua hebat, kita harus merespons fase ini dengan bijak. Dari kajian di sekolah si cikal Jumat kemarin, saya mendapat ilmu tentang bagaimana harus bersikap ketika anak jatuh cinta.

Kita harus bisa mengajaknya ngobrol, jangan panik, memberikan definisi tentang cinta, jangan menghakimi dan menggoda, menjadi teman curhat, mengarahkan pada kegiatan positif, memberikan edukasi seks, dan memberikan batasan.

Hal di atas pun bisa menjadi cara bijak menasehati anak yang pacaran. Namun, tentu lebih baik jika kita bisa menghindarkan anak dari ikatan bias itu. Kalau kalian punya pengalaman apa terkait ananda yang mulai jatuh cinta, Playmates?

16 pemikiran pada “Cara Bijak Menasehati Anak yang Pacaran, Kepoin, yuk!”

  1. Masya Allah, ya, mendebarkan sekali (walau pernah merasakan jadi remaja) tapi keadaan dunia yang sedang tidak baik-baik saja, terutama dari sisi pergaulan jadi tantangan besar untuk diatasi.

    Auto dicatat Mbak tipsnya, senang sekali pendekatannya dari hati ke hati~

    Balas
    • Alhamdulillah kebiasaan aku mencium dan memeluk anak setiap pagi ternyata jadi salah satu cara bonding juga ya. Tiap bangun tidur aku selalu memeluk anak dan bilang “kiss morning”, wkwkwk. Pentingnya menanamkan aqidah pada anak sedari dini bahkan sebelum ia lahir, aku juga suka mendengarkan murottal saat hamil bahkan sampai sekarang kalau anak tidur yang didengar adalah murottal. Masya Allah semoga kita bisa mendidik anak sesuai dengan zamannya tanpa harus melanggar syariat Islam.

      Balas
  2. aku pernah dengar agar anak tidak mencari cinta (di usia remaja) di luar sana, di rumah anak harus merasa dicintai. kalau sudah merasa dicintai oleh kedua orangtua niscaya anak-anak nggak gampang kepincut dengan gombalan dari luar 😀

    Balas
  3. Terima kasih sharingnya, sangat bermanfaat. Di era digital ini memang harus lebih hati2 agar anak tidak terjerumus ke hal2 yang menyesatkan. Pendidikan agama terutama akhlak sangat penting menjadi fondasi, sebagsi bekal pergaulan anak menghadapi dunia luar.

    Balas
  4. Tugas orangtua makin berat saja ya mba. Lihat anak sekarang gaya pacarannya amit2 deh, padahal dulu remaja gak begitu2 banget. Setuju mba, anak harus dikenalkan dengan edukasi seks agar mereka tau akan bahayanya pacaran saat ini

    Balas
  5. Jujur, saya termasuk yang panik saat tahu anak mulai tertarik dengan lawan jenis. Deg-degan jadinya. Untung paksu orangnya kalem, jadi bisa mengimbangi.
    Alhamdulillah, anaknya juga mau terbuka dan dekat juga dengan abinya. Semoga kita bisa menjaga anak-anak dari pergaulan yang salah ya.

    Balas
  6. Semua kita pernah muda, pernah merasakan gelombang cinta, hanya mereka yang mampu menjaga diri dan pandangan yang akan Allah jaga, asiik. MaasyaAllah kajiannya lengkap banget yah Mbak, jadi pedoman buat orang tua yang anaknya menginjak remaja dan mulai tertarik dengan lawan jenis.

    Balas
  7. Semakin maju teknologi, semakin banyak tantangan dalam membersamai anak. Semoga Allah selalu mampukan. Allah jaga mata, hati, perilaku, dan kemaluan anak kita dari hal-hal yang tidak disukai-Nya. Aamiin.

    Balas
  8. Hal yang paling lucu di era sekarang ini, adalah menormalkan anak untuk pacaran. Terlebih untuk anak laki-laki. Seolah dianggap kurang gentle kalau tidak punya pacar. Padahal laki-laki punya siklus emosi yang tidak stabil dan bisa membahayakan untuk pacarnya. Sebagai orang tua, kita harus rutin memberikan pengertian yang mendalam.

    Balas
  9. Pergaulan anak zaman sekarang menurut saya kok agak serem ya, anak sekarang terlalu berani dan coba-coba. Sebagai orang tua harus selalu mengawasi dan mengingatkan mereka, terutama dalam hal akhlak, dan juga pergaulan. Semoga anak2 kita ada dalam lindungan Alloh Swt.

    Balas
  10. Gadget selain memiliki manfaat juga memiliki sisi negatif yang harus bisa diberi batasan terutama pada anak-anak. Bahkan di desa yang masih banyak tempat terbuka untuk bermain pun banyak sekali anak-anak yang terjerumus ke hal-hal yang memang seharusnya belum dilakukan oleh anak-anak.

    Balas

Tinggalkan komentar