Ustadz Felix Siauw Mualaf, Apa Alasannya?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sehat untuk semua, ya, Playmates. Bagi teman-teman yang beragama Islam, pernah nggak memikirkan mengapa orang Indonesia belum terlalu maju padahal mayoritas beragama Islam? Kajian mengenai perjalanan Ustadz Felix Siauw Mualaf yang baru-baru ini saya simak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam berisi segala hal yang manusia butuhkan dalam menjalani hidup. Mulai dari ilmu pengetahuan, sejarah, masa depan, bahkan pedoman agar bisa menjalani hidup dengan baik.

Kembali ke pertanyaan awal, lantas mengapa orang Indonesia yang mayoritas beragama Islam malah menjadi terkenal karena koruptornya, belum adanya kesadaran untuk antre, atau tidak terlalu dapat dipercaya dalam bertransaksi, padahal Al-Qur’an jelas-jelas menuntun pada jalan kebaikan?

Jawabannya tentu karena umat Islam belum memahami, mempelajari, dan mengamalkannya Al-Qur’an secara menyeluruh. Sehingga Muslim kebanyakan tidak menjadi representasi Islam yang tergambar dalam Al-Qur’an.

Setelah kita mengetahui jawabannya, timbul pertanyaan berikutnya, mengapa bisa demikian? Layaknya sebuah pohon, akar menjadi bagian terpenting dalam proses pertumbuhannya. Begitu pula dalam beragama, akidah menjadi akar yang bisa menguatkan kualitas beragama kita.

Jikalau umat Islam belum bisa tampil sebagai muslim sejati berarti ada yang salah dengan akidahnya. Bagi yang terlahir sebagai muslim terkadang merasa perlu untuk memikirkan hal itu, berbeda dengan yang mendapatkan Islam dari sebuah proses pencarian.

Oleh karena itu, perjalanan Ustadz Felix Siauw mualaf bisa kita ambil pelajarannya untuk menguatkan akidah. Sehingga kita pun memiliki akar agama yang kuat meskipun mendapatkannya secara turun temurun.

Ustadz Felix Siauw Mualaf

Ustadz Felix Siauw Mualaf, Apa Alasannya?

Ustadz Felix masuk Islam sekitar 20 tahun yang lalu. Jadi sebenarnya beliau sudah tidak perlu kita sebut mualaf lagi, tetapi kata “mualaf” telanjur melekat pada dirinya.

Beliau memulai pencariannya pada kelas 2 SMP. Ustadz merasakan ada sesuatu yang membingungkan di agama yang sebelumnya dianut. Beliau mencoba bertanya pada orang tua dan pemuka agama, tetapi tidak mendapatkan jawaban memuaskan.

Menjadi Atheis

Setelah itu, Felix remaja memutuskan untuk menjadi atheis sambil terus mencari kebenaran yang hakiki. Hingga pada suatu hari beliau mempelajari alam semesta yang maha luas. Semuanya tertata dengan baik, sehingga sangat tidak mungkin segala keteraturan ini tidak ada yang menciptakan.

Atheis menganggap tuhan tidak ada karena tidak ada yang bisa mengindra-Nya. Namun, mereka terlalu gegabah dalam mengambil kesimpulan karena atheis pun seharusnya mampu membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada.

Jelas tidak ada yang bisa membuktikan tuhan tidak ada, sebaliknya alam semesta dan segala kompleksitasnya menyuguhkan bahwa semua itu tercipta by desaign, bukan by coincidence. Semakin cerdas seseorang, semakin mudah pula dia menerima keberadaan tuhan.

Menjadi Agnostik

Begitu pula dengan Ustadz Felix, beliau menyadari alam semesta ini terlalu rumit untuk tiba-tiba ada dengan sendirinya. Bahkan seorang ilmuwan menyatakan bahwa probabilitas semesta tercipta secara kebetulan itu adalah satu per sepuluh pangkat sepuluh pangkat seratus dua puluh tiga.

Oleh karena itu, Felix Siauw memutuskan menjadi agnostik, tidak lagi atheis. Beliau masih belum beragama, tetapi meyakini adanya tuhan sang pencipta.

Keberadaan tuhan tidak bisa kita buktikan dengan metode ilmiah. Namun, kita bisa membuktikannya dengan metode rasional. Seperti halnya kita tahu bahwa semalam hujan dengan hanya melihat tanah, genteng, dan pohon yang basah meskipun kita tidak melihat secara langsung turunnya hujan tersebut.

Memilih Islam

Dalam pencariannya, Felix Siauw menemukan bahwa Islam agama yang benar. Hal utama yang menjadi buktinya adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad. Sejak awal kitab suci ini tidak mengalami perubahan dan bahasanya pun sesuai dengan bahasa yang Nabi tuturkan.

Kesamaan bahasa yang Nabi Muhammad gunakan dan bahasa dalam Al-Qur’an ini bisa menjaga kemurnian isi baik secara lughowi ataupun maknawi. Berbeda jika kitab suci tersebut mengalami alih bahasa pasti sedikit banyak ada sesuatu yang berbeda.

Pada masanya dahulu, orang kafir menuduh Al-Qur’an adalah buatan Nabi Muhammad, padahal hingga kini tidak ada satu pun manusia yang mampu menirunya. Baik dari segi isi maupun tata bahasanya.

Islam memerintahkan kita untuk berpikir. Ini terlihat dari ayat pertama yang Allah turunkan. Ayat tersebut meminta kita untuk membaca. Membaca merupakan salah satu proses berpikir yang nantinya bisa membuat kita mampu menganalisis sesuatu.

Jika umat Islam memahami ini seharusnya muslim yang mendapatkan keimanannya secara turun-temurun pun memiliki akidah yang sama kuatnya dengan para mualaf yang melewati proses pencarian. Tidak hanya sekadar menerima apa yang orang tua wariskan.

Penguatan Akidah

Q.S Ibrahim ayat 24 perihal perumpamaan pohon yang baik

Q.S. Ibrahim ayat 24 menjelaskan bahwa akar merupakan bagian terpenting dari pohon. Begitu pula dalam Islam, akar yang berupa akidah adalah fondasi yang akan membentuk kita menjadi muslim sejati.

Akidah merupakan pembahasan para ulama, sedangkan dalam Al-Qur’an kata tersebut disebut sebagai iman. Untuk mengimani sesuatu, kita perlu bukti yang dapat meyakinkan kita mengapa kita harus mengimani sesuatu.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk berpikir agat bisa menemukan bukti tersebut. Sebagai muslim, kita bisa menemukan bukti tersebut dalam Al-Qur’an yang merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad.

Setelah menemukan bukti, kita harus seratus persen baik dalam memercayainya dan mengamalkannya. Inilah alasan mengapa mayoritas muslim Indonesia tidak mencerminkan Islam yang sebenarnya.

Jikalau benar-benar mengikuti apa yang Al-Qur’an perintahkan, kita akan senantiasa jujur, akan menjaga kebersihan, akan menghindari pertikaian, dan lain sebagainya.

Penutup “Ustadz Felix Siauw Mualaf, Apa Alasannya?”

Kajian ini saya simak di kanal Youtube Ustadz Felix Siauw dengan judul “Alasan Felix Siauw Masuk Islam”. Durasi video tersebut cukup panjang, yakni 1 jam 33 menit 25 detik. Pembahasannya pun banyak, sehingga tidak bisa saya tulis seluruhnya di sini.

Intinya Ustadz Felix menemukan Islam melalui proses berpikir sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Kita yang beragama Islam sebagai warisan pun bukan berarti menjadi tidak berpikir dan menerima begitu saja tanpa tahu dasarnya.

Dari ayat pertama yang diturunkan saja, Allah memerintahkan untuk membaca. Dengan membaca, kita bisa melatih daya berpikir kritis dan analitis. Makin sering membaca Al-Qur’an, makin sadar kita bahwa isi Al-Qur’an itu luar biasa.

Dari Al-Qur’an pula, Ustadz Felix menemukan bahwa Islam merupakan agama yang benar. Tidak ada cacat di dalamnya, sehingga bisa beliau terima secara rasional.

Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 23 Allah menantang orang-orang yang meragukan Al-Qur’an. Demikian bunyi ayat tersebut:

Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Tentu kita tahu hingga kini tidak ada yang mampu menyamainya walaupun satu surat pendek. Semoga perjalanan Ustadz Felix Siauw mualaf dari atheis, agnostik, hingga menemukan Islam ini bisa memberikan banyak hikmah dan pelajaran bagi kita. Aamiin.

Tinggalkan komentar