Sejak awal membangun blog ini, saya meniatkannya untuk menulis hal-hal yang berhubungan dengan buku. Pada saat itu, saya belum noticed pada manfaat review buku, saya hanya menulis apa yang saya suka dan bisa.
Pada perjalanannya, ternyata saya tidak hanya menulis tentang buku. Faktor utama hal tersebut adalah karena saya pembaca yang lama, jadi kalau hanya menunggu konten tentang ulasan buku, blog ini tentu akan dipenuhi sarang laba-laba.
Meski demikian, saya tetap menampilkan tulisan perihal buku sebagai konten utama bersama dengan konten kajian. Keduanya kini menjadi tulisan favorit yang mewakili persona saya sebagai blogger muslimah pencinta buku.
Untuk meningkatkan jumlah tulisan mengenai ulasan buku, tentu saya harus memperbaiki manajemen waktu agar bisa menamatkan buku setidaknya dua minggu sekali. Itu masih target awal, sebenarnya saya ingin menulis review buku satu minggu satu kali.
Di tengah urusan domestik dan godaan scrolling medsos, kebiasaan menjelajah semesta melalui aksara terkadang sering tersingkirkan. Dengan menghayati manfaat review buku, saya berharap dapat menguatkan ikatan dengan buku yang perlahan berkarat.
Manfaat Review Buku
Tulisan ini adalah motivasi untuk diri saya sendiri agar lebih rajin membaca buku sehingga konten tentang buku di blog ini lebih banyak lagi. Selain itu, hal penting yang harus menjadi catatan adalah tidak menunda-nunda untuk menulis ulasan.
Mengapa demikian? Karena makin lama jarak antara menyelesaikan bacaan dan menulis ulasa, makin pudar juga hype kita pada buku tersebut. Percaya deh, kalau nggak langsung nulis itu, bawaannya jadi makin malas dan yang terpenting akan banyak detail cerita yang terlupa.
Memang kita bisa membuat catatan kecil atau menandai bagian cerita yang kita suka. Namun, tetap saja kita tidak akan se-excited jika langsung menulis ulasan segera setelah menamatkan sebuah buku.
Berikut saya tuliskan beberapa manfaat review buku yang ternyata tidak sesederhana menuliskan sesuatu yang kita suka. Ada banyak manfaat yang bisa membuat kita lebih berkembang.
Mengikat Memori
Seiring berjalannya waktu, pasti banyak detail yang terjadi di hidup kita yang perlahan mengabur. Begitu juga dengan bacaan. Untuk garis besar cerita biasanya akan tetap ada di ingatan, apalagi kalau ceritanya menancap di hati.
Akan tetapi, untuk hal-hal kecil atau alur runtutnya tidak jarang yang menghilang dari ingatan. Selain waktu, banyaknya buku yang kita baca pun bisa memengaruhi.
Apalagi kalau plot ceritanya mirip atau penulisnya sama. Sering banget, deh, di otak itu cerita yang satu nyasar ke cerita yang lain.
Saya bukan tipe pembaca yang kerap membaca ulang sebuah buku. Jadi, kalau ada yang terlupa agak bikin repot juga.
Oleh karena itu, dalam kasus ini, manfaat menulis ulasan buku sangat terasa. Saya cukup membaca review buku yang telah ditulis, maka teringatlah alur yang sebelumnya terlupa.
Meningkatkan Keterampilan Menulis
Saat mengulas sebuah buku, tentu kita tidak menyalin setiap kata yang penulis tulis. Kita dituntut untuk menuliskan alur cerita tersebut dengan bahasa sendiri. Kita pun harus bisa mengambil kesimpulan secara tepat dan mengambil poin-poin pentingnya.
Tentu hal itu tidak mudah karena kita harus mengekstraksi dari ratusan halaman menjadi hanya beberapa halaman saja. Biasanya saya mematok kurang lebih 1.000 kata. Maksimal di angka 1.300-an.
Saat menulis, saya pun memosisikan diri sebagai pembaca. Pasti melelahkan jika membaca sebuah ulasan yang terlalu panjang. Jadi, sebisa mungkin kita tidak berpanjang lebar di bagian cerita yang tidak penting.
Makin sering menulis ulasan, makin meningkat pula keterampilan menulis kita. Terutama kemampuan meramu kata agar ulasan tersebut membuat para pembaca tertarik untuk membaca langsung bukunya, alih-alih membuat mereka puas atau bahkan kecewa karena ulasan kita mengandung spoiler.
Melatih Berpikir Kritis
Dalam sebuah review biasanya kita menulis sinopsis dan ulasan pribadi. Sinopsis hanya menceritakan ulang dari alur cerita yang kita baca. Namun, pada bagian ulasan, kita harus mengemukakan pendapat.
Membaca untuk sekadar membaca dan membaca untuk kemudian mengulas akan memberikan sensasi berbeda. Saat berniat untuk mengulas berarti kita harus lebih fokus dalam membaca agar bisa melihat kelebihan dan kekurangan cerita.
Di bagian permukaan, kita bisa menelaah seberapa rapi penulis menyusun kata. Apakah ada typo? Apakah diksi yang dia gunakan tepat? Atau apakah tiap kalimatnya enak dibaca dan mudah kita mengerti?
Lebih dalam lagi, kita bisa memperhatikan apakah alur kisah tersebut tidak mengandung plot hole? Penokohannya seperti apa? Atau apakah setting tempatnya jelas? Untuk bisa memaparkan itu semua diperlukan kemampuan berpikir kritis.
Mengampanyekan Gemar Membaca
Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara kita kurang memiliki minat baca. Bahkan di media sosial pun berseliweran posisi Indonesia yang menempati klasemen hampir paling bawah. Sungguh menyedihkan bukan?
Me-review buku di media sosial sedikit banyak memberikan kesan bahwa membaca itu menyenangkan. Banyak hal yang bisa kita dapat hanya dengan duduk manis di depan sebuah buku.
Tentu hal ini tidak bisa serta merta menjadikan bangsa kita langsung menjadi rajin membaca. Namun, dengan konsistensi dalam mengulas buku tidak menutup kemungkinan, sedikit demi sedikit orang-orang di sekitar mulai tertarik pada buku.
Membantu Promosi Karya
Mengulas buku secara tidak langsung berarti membantu seseorang mempromosikan karyanya, apalagi kalau ulasan tersebut tidak berbayar. Tentu ulasannya akan lebih jujur dalam mengemukakan kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku.
Di lain pihak, ulasan ini bisa membantu para calon pembaca yang masih dalam proses mencari buku yang ingin mereka baca atau beli. Saya pun sebelum membeli buku pasti mencari tahu terlebih dahulu ulasannya agar ada gambaran. Dengan catatan harus waspada terhadap ulasan spoiler.
Poin-Poin dalam Review Buku
Dari awal mulai me-review buku hingga sekarang, tujuan saya mengulas buku masih untuk hiburan. Jadi belum ke tahap resensi buku seperti tugas bahasa Indonesia ketika masih sekolah dulu. Saya jarang menganalisis suatu buku, lalu memaparkan kekurangan dan kelebihannya secara kebahasaan.
Saya biasanya merangkum isi cerita agar suatu saat nanti bisa dibaca lagi untuk menyegarkan ingatan. Namun, ada sesuatu yang berubah setelah saya mengenal riset keyword dalam penerapan SEO sederhana.
Sebelum Mengenal Riset Keyword
Sebelum mempunyai pengetahuan tentang riset keyword, saya menulis sesuka hati. Mulai dari judul, permalink, dan struktur isi tidak ada yang dioptimalkan. Malah di awal judul semuanya memakai kata “review“.
Untuk konten biasanya terdiri dari pembukaan, deskripsi buku, blurb, sinopsis, ulasan, dan penutup. Blurb biasanya dapat kita temukan di bagian belakang buku.
Dari sana kita bisa mengetahui gambaran umum perihal isi buku tersebut. Namun, untuk penulis papan atas, terkadang tidak membutuhkan blurb karena bukunya sudah hampir bisa dipastikan laku di pasaran.
Tadinya saya kerap memasukkan blurb ini ke dalam badan artikel, tetapi belakangan saya tahu hal ini tidak baik karena artikel kita bisa terdeteksi plagiat. Bayangkan saja berapa banyak blogger yang juga melakukan hal yang sama. Untuk menyiasatinya, blurb bisa kita jadikan bahan infografis.
Lanjut ke sinopsis, ini merupakan bagian paling panjang. Oleh karena itu, per tiga ratus kata biasanya saya kasih sub sub heading. Dengan begini, pembaca ulasan lebih mudah untuk menangkap garis besar cerita.
Setelah Mengenal Riset Keyword
Kini sebelum menulis ulasan, saya akan meriset keyword terlebih dahulu. Menurut saya mencari keyword yang berkenaan dengan buku ini sangatlah menantang. Tidak jarang saya menyerah dan memutuskan mencarinya keesokan harinya.
Saya masih mempertahankan formasi pembukaan, deskripsi buku, blurb, sinopsis, ulasan, dan penutup. Namun, jika menemukan keyword yang sesuai, saya meninggalkan pola tersebut dan mengganti sub bab-nya dengan keyword turunan. Judul dan permalink-nya pun mengandung keyword utama.