Saya sudah menyimak beberapa video dari akun Youtube Ustadz Felix Siauw. Secara keseluruhan saya menyukai apa yang beliau sampaikan, juga caranya bercerita. Namun, kali ini saya berkesempatan menyimak sharing itu melalui buku yang berjudul The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans.
Sudah menjadi rahasia umum kalau Ustadz Felix itu merupakan penggemar berat Muhammad Al-Fatih. Sosok sang Penakluk konstantinopel ini memang layak menjadi idola, tetapi kekaguman Ustadz Felix atas beliau sudah another level.
Hal ini jelas terlihat pada nama anak-anaknya yang mengandung unsur Al-Fatih. Bahkan uniknya, tahun ketika penaklukan kota itu pun turut tersemat pada nama para buah hati yang lelaki.
Di berbagai kesempatan, Ustadz Felix tidak satu dua kali menyinggung tokoh besar Islam tersebut. Tidak hanya di akun pribadi, di akun orang lain pun saat beliau menjadi bintang tamu, topik Mehmed II itu kerap mendominasi.
Perihal bacaan, The Chronicles of Ghazi merupakan buku pertama Felix Siauw yang saya baca. Ini merupakan karya bersama beliau dengan Sayf Muhammad Isa. Persiapkan diri kalian, Playmates, karena novel sejarah ini akan bercerita panjang tentang Kesultanan Turki Utsmani dalam enam buku.
The Chronicles of Ghazi
Saya pernah melihat buku Felix Siauw lainnya yang berjudul Muhammad Al-Fatih. Tadinya saya pikir buku tersebut sama saja dengan buku Ghazi ini. Namun, kini saya punya pendapat berbeda. Untuk The Chronicles of Ghazi, tampaknya tidak hanya terfokus pada Al-Fatih, tetapi membahas kisah yang lebih luas lagi, yakni Kesultanan Turki Utsmani.
Sebagai penggemar sejarah, tentu buku ini menarik bagi saya. Apalagi bentuknya novel, sehingga ketegangan dan dinamikanya lebih terasa. Saya tidak tahu persis bagaimana kolaborasi Sayf Muhammad Isa dan Felix Siauw bekerja. Namun, menurut pemahaman saya buku ini merupakan tulisan Sayf berdasarkan cerita dari Ustadz Felix. Bagaimana opini kalian yang sudah membaca buku ini terkait hal tersebut? Correct me if i am wrong, ok!
Deskripsi Buku
- Judul: The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans
- Penulis: Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw
- Penerbit: Alfatih Press
- Tahun Terbit: 2014
- Genre: Novel Sejarah
- Tebal: 320
Sinopsis
Cerita berawal dari sepenggal elegi masa kecil Muhammad Al-Fatih. Kisah hidupnya beririsan dengan tokoh legendaris dari Rumania, Dracula. Sejak kecil Dracula sudah menunjukkan sisi kejam dengan menyiksa seekor kucing. Pada zaman dulu Rumania dikenal sebagai Wallachia dan negeri itu berada di bawah kekuasaan Utsmani.
Sebagai tanda kesetiaan, penguasa Wallachia menitipkan anak-anaknya untuk dididik oleh kesultanan Turki Utsmani. Anak-anak itu adalah Dracula dan Radu. Di kemudian hari, Radu menjadi muslim dan mengabdi pada Al-Fatih. Sebaliknya, sang kaka menjadi rival abadi dari sang sultan. Sekelebat saja lembaran berikutnya membawa kita ke masa empat generasi sebelumnya.
Pada masa itu kekuatan kaum muslimin di bawah kepemimpinan Sultan Murad I sudah diperhitungkan berbagai pihak. Ia menjadi musuh bersama bagi negara-negara eropa seperti Serbia, Kroasia, Bosnia, dan Bulgaria.
Kedua belah pihak berbenturan dalam suatu perang yang disebut Pertempuran Kosovo. Utsmani meraih kemenangan, tetapi Sultan Murad I dan anak keduanya, Yakub, gugur di medan perang. Sejak saat itu, sang anak pertama, Bayazid, meneruskan tampuk kekuasaan Turki Utsmani.
Setelah itu lagi dan lagi terjadi bentrokan antara umat Islam dan Nasrani. Utsmani tidak selalu mengecap kemenangan, ada masanya mereka harus mundur karena mendapat perlawanan sengit. Selain itu, ada pengkhianatan yang membuat rencana penaklukkan tidak berjalan sesuai rencana.
Akan tetapi, Sultan Bayazid I tidak berhenti untuk meluaskan pengaruh. Jelas hal ini menimbulkan keresahan di pihak lawan. Kerajaan Eropa Timur yang terdiri dari Hungaria, Wallachia, Perancis, Burgundia, dll membentuk aliansi untuk merebut kembali wilayah kristendom yang dikuasai Utsmani.
Kerajaan-kerajaan kristendom sebenarnya tidak terlalu solid, tetapi keberadaan musuh bersama menjadi alasan persatuan. Meskipun begitu, bukan berarti itu meniadakan konflik internal. Perselisihan tersebut menjadikan kekuatan mereka drop, bahkan sebelum pertempuran dengan umat muslim terjadi.
Ulasan The Chronicles of Ghazi
Blurb di cover belakang novel yang berwarna hitam ini memang menyebutkan persaingan sengit antara Muhammad Al-Fatih dan Vlad Dracula. Namun, isinya lebih menceritakan masa sebelum mereka berdua ada. Tepatnya pada masa Sultan Bayazid I, kakek buyut Al-Fatih.
Gambar para ksatria pada sampul selaras dengan keseluruhan novel yang berisi pertempuran-pertempuran heroik atas nama agama. Segala imaji makin terbentuk rapi dengan adanya ilustrasi yang melengkapi episode-episode utama nan berarti.
Ghazi yang tertera pada judul novel ini merujuk kepada para pejuang pada masa kekhalifahan Turki Utsmani. Mereka adalah prajurit yang turut serta dalam pertempuran dalam misi membela agama dan meluaskan wilayah kekuasaan.
Kemenangan gilang gemilang Turki Utsmani menjadi babak penutup buku ini. Namun, kisah perjuangan masih berlanjut sampai beberapa buku berikutnya. Jadi, buat kalian yang tertarik dengan kisah ini, harus siap dana sampai buku keenam.
Akan tetapi, kalau mau gratisan, coba cari di perpustakaan terdekat, ya. Kalau di perpustakaan online saya belum bisa memastikan ketersediaannya karena jarang sekali membaca melalui gawai. Banyak jalan menuju Konstantinopel, loh, eh, Roma, asal jangan lewat buku bajakan saja.
Pada bagian awal cerita saya masih meraba-raba karena banyak watak dan wilayah yang disebutkan. Untungnya, di bagian depan ada keterangan tokoh dan asalnya. Jadi, sebelum hapal, saya terus bolak-balik saja ke halaman itu.
Novel sejarah ini bertema pertempuran, jadi tentu saja ceritanya berkutat dari satu pertempuran ke pertempuran lain. Cerita mengalir seru dan menegangkan. Terlebih saat dua orang prajurit dan Amir Nicopolis mengendap-endap untuk memantau Pasukan Salib yang mulai berdatangan hendak mengepung kota yang menjadi wilayah kekuasaan Utsmani tersebut.
Akan tetapi, saya sedikit terganggu dengan seringnya penulis menyebut kata ganti -nya dan mereka. Menurut pengamatan saya, tanpa kata ganti tersebut pun tidak akan mengurangi makna kalimatnya. Selain hal kecil itu, saya sangat menikmati keseluruhan pengalaman membaca novel sejarah ini.
Penutup “The Chronicles of Ghazi”
Saat kita tanya kepada anak-anak perihal idola, kira-kira berapa banyak di antara mereka yang menyebutkan tokoh Islam? Kebanyakan dari mereka biasanya menyebut superhero internasional yang jelas-jelas fiktif, padahal di dunia nyata banyak tokoh muslim hebat yang tidak hanya masyhur di kalangan umat Nabi Muhammad saja.
Ini memang sesuatu yang mengkhawatirkan, tetapi sebelum menyalahkan orang lain, cobalah tengok diri sendiri terlebih dahulu. Apakah kita sebagai orang tua sudah mengenalkan para kesatria dari kalangan muslim? Tidak perlu dijawab, ya, Playmates. Kita jadikan ini sebagai bahan introspeksi, tidak terkecuali untuk diri saya sendiri.
Jika membicarakan Kesultanan Turki Utsmani, kita tidak akan pernah bisa melewatkan sosok Muhammad Al-Fatih. Beliau memang sosok mengagumkan yang di masa mudanya sudah mampu menaklukkan Konstantinopel. Namun, Utsmani bukan hanya memilikinya, ada banyak Ghazi lain yang layak menjadi idola.
Dari novel ini, saya belajar mengkaji sejarah Islam. Sebelum seperti sekarang, Islam pernah mengalami masa kejayaan dengan luas wilayah kekuasaan yang mencengangkan. Salah satu faktor penyebabnya tentu karena saat itu ukhuwah islamiyah terjalin dengan baik.
The Chronicles of Ghazi bukan sekadar nostalgia belaka, ini adalah sebuah pengingat bahwa dari sejarah kita selalu bisa belajar. Belajar untuk mengambil segala kebaikan dan hikmah, kaji sejarah gali ukhuwah. Bagaimana dengan kalian, Playmates? Punyakah idola dari kalangan tokoh muslim? Sharing di sini, yuk!
Istri saya termasuk pengagum Muhammad Al-Fatih juga semenjak mengikuti dakwahnya Felix Siauw dan memang semenarik itu perjalanan hidupnya yang sangat menggugah. Inspirasinya untuk anak-anak muda sampai dijadikan drama di sekolah kami ketika istri menjadi penanggung jawab penampil saat gelaran P5.
wah, bisa jadi referensi untuk novel selanjutnya. terimakasih sudah berbagi ya
Buat yang kurang begitu suka sejarah, kayanya cocok ya baca ini. Soalnya dikemas dalam bentuk novel, jadi ngga bikin bosen juga tapi tetep dapet ketegangan dan esesnsinya. Wajib banget ngenalin ke anak2 tentang tokoh islam, tak hanya Al-Fatih tapi Ghazi2 lain yang amat layak jadi idola.
Sepertinya seru banget buku ini, ya. Semakin hari semakin banyak buku bermanfaat untuk anak dan tentunya cukup bermanfaat untuk dikoleksi. Ini juga bisa menjadi bacaan anak untuk menemani hari-harinya, ya.
Aku kalau Ustadz Felix yang cerita sejarah, suka banget. Bahasa yang disampaikan cocok dengan pemahaman bahasa bayi. Dalam podcast aja aku betah lama-lama dengerinnya. Ini buku sejarah tapi dikemas dalam sebuah novel ya. Aku jadi pengen baca nih. Auto nyari dulu.