Novel Favorit yang Bikin Susah Move On

Hingga kini, bacaan saya masih berkutat di fiksi. Saya belum merasakan ketertarikan untuk membaca nonfiksi, paling sekadar membaca ulasannya. Di antara cerita fiksi itu, ada beberapa jenis novel favorit yang sering saya baca.

Dibanding pencinta buku lain, sepertinya range bacaan saya itu tidak luas. Kalau sudah suka satu penulis, pasti saya membaca hampir semua karyanya. Oleh karena itu, saya kerap tertinggal untuk membaca judul yang sedang booming.

Perihal kegemaran membaca fiksi, ada beberapa orang yang berkomentar itu merupakan hal yang sia-sia. Apalagi mengingat usia yang sudah kepala tiga, katanya sudah tidak pantas membaca jenis buku receh seperti itu.

Saya tebak orang yang punya pikiran seperti itu justru adalah mereka yang tidak pernah membaca buku fiksi. Mereka tidak tahu asiknya bertualang di dunia imajinasi. Lebih dari itu, ada sebuah missed persepsi terkait jenis tulisan fiksi.

Meskipun fiksi, para penulisnya tetap melakukan riset mendalam. Sehingga tulisan mereka tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga membagikan ilmu, pengetahuan, pengalaman, refleksi diri, dan lain-lain.

Manfaat yang paling saya rasakan dari membaca novel adalah saya jadi mempunyai gambaran tentang berbagai tempat. Saya yang belum pernah ke luar negeri ini sangat senang ketika Ikal mengajak ke Edensor, Alif menceritakan Kanada, dan Bujang memperlihatkan pegunungan tersembunyi di Bhutan.

Sebenarnya saya bisa membaca berbagai genre novel, asal bukan horor dan gore. Selain yang dua itu, kalau blurb-nya menarik, saya pasti mencoba membacanya. Namun, meski demikian ada jenis-jenis novel favorit yang bikin susah move on.

Novel Favorit

Novel Favorit yang Bikin Susah Move On

Saya merupakan pembaca lambat, jadi membutuhkan waktu cukup lama untuk menamatkan sebuah buku. Saat membaca novel favorit pun tetap saja lama karena saya tidak jarang kembali ke halaman belakang, saking sukanya bagian tersebut.

Berikut beberapa jenis novel yang paling saya suka dan menjadikan saya enggan untuk segera membaca buku lainnya.

Cerita Misteri

Misteri di sini bukan horor, ya, Playmates. Biasanya cerita jenis ini melibatkan seorang detektif, tetapi tidak mutlak harus ada. Dengan membaca novel jenis ini, saya jadi ikut menebak dan menganalisis suatu kasus atau kejadian.

Katanya hidup ini sudah berat dan penuh misteri jadi tidak usah kita tambah ruwet dengan membaca novel yang membuat kening berkerut. Namun, saya, kok, malah senang dibuat penasaran.

Apalagi begitu sampai di bagian akhir rasanya lega banget. Jenis novel seperti ini contohnya adalah kisah Sherlock Holmes dan novel Agatha Christie. Selain yang dua itu, saya juga suka novel Dan Brown. Tulisan-tulisannya memiliki nilai plus karena menggabungkan fiksi dan fakta.

Cerita Sejarah

Sejarah merupakan pelajaran favorit saya di sekolah. Oleh karena itu, saya pun menyukai novel yang mengangkat sejarah dalam alur ceritanya.

Lebih dari itu, sejarah yang penulis sajikan dalam novel biasanya lebih menarik daripada buku pelajaran sejarah. Jadi, kita bisa belajar dengan mood yang lebih baik.

Contoh novel sejarah adalah Bumi Manusia dan Laut Bercerita. Kebayang kan bagaimana perjuangan para penulisnya dengan melakukan berbagai riset untuk menciptakan karya yang berkualitas?

Novel Favorit: Cerita Serial

Membaca novel bersambung memberikan perasaan terkait yang lebih erat dengan para tokohnya. Saya suka sensasi yang ditimbulkan dari membuka sebuah buku yang merupakan lanjutan dari buku sebelumnya. Oleh karena itu, saya pun gemar membaca tulisan jenis ini.

Novel serial yang menjadi favorit saya adalah serial aksi dari Tere Liye, serial Supernova dan Rapijali dari Dee Lestari, serta tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.

Cerita Slice of Life

Bagi pencinta buku, tentu sudah tidak asing dengan genre ini. Kalau kita artikan slice of life itu berarti penggalan kehidupan, tetapi jarang ada yang menyebutkannya dalam versi bahasa Indonesia.

Novel jenis ini biasanya yang paling memberikan insight tentang kehidupan. Contoh genre ini yang menjadi favorit saya adalah Tentang Kamu dari Tere Liye. Semoga saya tidak salah dalam mengklasifikasikan novel ini. Ampun bila salah, Lord Tere.

Cerita Romantis

Genre novel ini merupakan genre yang paling populer. Selain itu, novel romance bertahan sepanjang masa, nggak ada matinya. Jenis tulisan ini relatif aman karena pasarnya besar. Namun terkadang, saya merasa jenis romansa ini riskan.

Saya sering merasa alur jenis ini membosankan atau berlebihan, jadi untuk genre ini saya agak selektif. Namun, kalau ada yang pas di hati, pasti bikin baper dan salting, nyengir, deh, sepanjang hari.

Saya lebih suka cerita romansa manis yang nggak terlalu lebay. Contohnya novel dari Tere Liye yang berjudul Aku, Kau, dan Sepucuk Angpau Merah. Ada yang sudah baca kisah Borno tersebut, Playmates?

Penutup “Novel Favorit yang Bikin Susah Move On”

Banyak juga, ya, genre novel yang saya suka. Ini membuktikan bahwa genre itu bisa jadi tidak terlalu berpengaruh. Asalkan mempunyai kualitas cerita yang bagus pasti bisa menggaet banyak pembaca.

Khusus bagi saya asal bukan cerita horor dan gore. Pernah saya membaca jenis novel itu, bulu kuduk terasa dingin dan merinding. Seharian saya kepikiran dan rasa takut itu tinggal selama kurang lebih satu minggu. Setelah itu, saya belum berani lagi masuk ke dimensi yang menyeramkan lagi.

Novel favorit saya pun mempunyai genre yang berbeda-beda. Setiap genre memberikan sensasi yang berbeda. Kalau kalian suka novel yang seperti apa, Playmates?

15 pemikiran pada “Novel Favorit yang Bikin Susah Move On”

    • Kebalikan dari aku mbak. Aku suka novel horror tapi kalau nonton aku nggak suka yang genre horror. Tema misteri paling sering ku pilih. Btw, kalau baca novel Gini, baca Versi digital atau fisik mbak?

      Balas
  1. Asalkan menarik di hati, banyak ya yang bisa dieksplorasi dari novel. Imajinasi jadi berkembang, sepertinya bisa mengasah kreativitas pembacanya juga ya karena imajinasi dari bacaan sesuai dengan kreativitas pembacanya.

    Balas
  2. Novel fav saya tentu saja bertema Slice of Life atau romantis komedi gitu biar bacanya gak tegang2 amat . Kalau misteri atau horor takut kebawa mimpi kalau aku sih ya 🙂

    Balas
  3. Wah padahal baca fiksi itu banyak manfaatnya juga lo. Aku juga tahu banyak istilah dr bacaan fiksi. Penulis fiksi itu ngga asal nulis juga ya. Mereka pakai riset dibalut imajinasi. Ih keren pokoknya. Aku sungguh pengen bisa begitu. Hihi.
    Sejauh ini bacaan fiksiku belum banyak dan lebih sering baca karyanya Tere Liye aja sih.

    Balas
  4. Bener.. Baca fiksi tuh justru risetnya mendalam ya, terus baru dituangkan ke imajinasi. Beehhh ini kerja keras sekali sodara. Btw, nggak suka baca genre fantasi mbak? Aku liat sekilas kayaknya penulis Indo mulai menggeliat di genre ini. Tapi genre fantasi emang kadang suka overlap dengan genre misteri ya?

    Sampai sekarang, kalo genre fantasi buatku masih Harry Potter series juaranya. Hehe.
    *oke nggak ada yang nanya wkwk

    Balas
  5. kalau saya lebih suka novek slice of live dan romantis, wkwkwk suka digombalin. Selain itu saya suka membaca yang ringan aja karena membaca novel merupakan hiburan untuk saya, jadi males baca cerita misteri sih, kalau cerita petualangan saya suka

    Balas
  6. Saya nggak berpatok pada genre nya, sama kayak Mbak Mon pokoknya nggak horor aja wkwk. Saya tertarik pada banyak genre, asalkan ceritanya nggak klise. Kalo klise maaf skip dulu hehe.

    Balas

Tinggalkan komentar