Kontribusi untuk Indonesia dalam Bidang Literasi ala J.S. Khairen

Saat mendengar frasa “kontribusi untuk Indonesia”, apa yang terbayang di benak kalian, Playmates? Apakah hal-hal besar semacam mempersembahkan medali emas olimpiade? Atau penemuan ilmiah yang sangat bermanfaat untuk banyak orang?

Memang kita tidak dapat memungkiri, orang-orang di atas memang layak disebut sebagai aset negara. Namun, ada banyak bidang lain yang juga memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa kita meskipun dampak kontribusinya tidak langsung terlihat secara instan.

Salah satu bidang itu adalah literasi. Menurut KBBI arti literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Jadi, literasi itu sebenarnya bersifat umum, tidak hanya terikat pada kebahasaan. Tentu sekarang kita mulai familier dengan istilah literasi keuangan atau literasi digital.

Akan tetapi, yang akan saya bahas di artikel ini adalah literasi seperti apa yang kita pahami selama ini, yakni perihal kemampuan membaca dan menulis warga negara Indonesia. Sayangnya, kemampuan literasi di negeri ini tergolong masih rendah.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara tercinta kita ini menempati peringkat bawah dalam hal minat baca. Padahal kemampuan membaca ini berpengaruh pada respons kita terhadap sesuatu. Oleh karena itu, tidak heran netizen kita sangat reaktif pada hal yang viral tanpa berpikir panjang.

Masyarakat darurat membaca macam itu tentu membutuhkan sosok yang mampu berkontribusi untuk Indonesia dalam bidang literasi. Sebenarnya Indonesia memiliki banyak penulis hebat. Namun, kali ini saya akan membahas salah satunya yang mempunyai peranan dalam meningkatkan literasi masyarakat, yakni J.S. Khairen.

Kontribusi untuk Indonesia

Banyak yang kurang menyadari bahwa penulis itu memiliki dampak besar pada kemanusiaan. Padahal Charles Darwin mengutarakan teori fenomenalnya melalui buku. Bahkan, Theodore Herzl memaksakan kehendaknya tentang sebuah negeri impian pun melalui buku.

Kalian tahu Multatuli, Playmates? Saya yakin memori kalian tentang pelajaran sejarah sewaktu di bangku sekolah dasar langsung meletup-letup kala mendengar namanya. Multatuli a.ka. Eduard Douwes Dekker bercerita kepada dunia tentang penderitaan rakyat Hindia Belanda melalui sebuah tulisan berjudul Max Havelaar.

Terlepas dari benar atau salahnya apa yang mereka tulis, tetapi kita tidak bisa memungkiri bahwa tulisan mereka memiliki pengaruh besar pada peradaban. Jadi, selain harus gemar membaca, kita pun harus cermat dalam memilih bacaan karena pasti ada nilai, norma, kepercayaan, dan pengaruh yang penulis tersebut sebarkan.

Saya memilih J.S Khairen bukan berarti mengecilkan peranan penulis lain, tetapi saya melihat kini adalah masanya penulis asal Sumatra tersebut. Hal ini diperkuat dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu anggota komunitas yang saya ikuti.

Rekan tersebut bertanya perihal siapa penulis nonfiksi yang sekarang sedang hits. Teman-teman yang lain mempunyai jawaban beragam, tetapi kebanyakan menyebut nama J.S. Khairen.

Kontribusi untuk Indonesia

Menulis Kisah Sarat Motivasi

Novel pertama dari J.S. Khairen yang saya baca adalah “Sepatu Ibu Dompet Ayah”. Buku ini terinspirasi dari kisah hidup orang tua sang penulis. Keduanya berasal dari keluarga kurang mampu.

Zena, sang tokoh utama perempuan merupakan sosok tangguh yang pantang menyerah. Dia bersikukuh untuk melanjutkan pendidikan meski sang ayah telah tiada dan meninggalkan adik kecil yang banyak.

Kehidupan Asrul tidak jauh berbeda dengan Zena. Dia harus menghadapi kerasnya dunia karena memiliki ayah yang doyan kawin. Keduanya memutuskan mengahadapi rintangan bersama-sama yang malah semakin membabi buta menghantam mereka.

Jenis cerita seperti ini tentu bisa memberikan motivasi kepada para pembaca. Bahwasannya kita harus memperjuangkan apa yang kita impikan. Dalam proses meraihnya kita tidak bisa mengandalkan orang lain karena kita sendirilah yang bertanggung jawab atas impian tersebut.

Kontribusi untuk Indonesia: Mendukung Bookstagram

Bookstagram adalah akun instagram yang postingannya berfokus pada ulasan buku. Selain, gemar membaca, para bookstagrammer pun rajin menulis review dan insight dari buku yang telah mereka baca.

Dalam sorotan Instagramnya, J.S Khairen secara terang-terangan mengajak para bookstagrammer untuk tidak malu-malu mengulas bukunya. Bahkan penulis itu terbuka pada kolaborasi. Kalian tahu, kan, maksudnya kolaborasi Instagram itu apa?

Jadi Instagram menyediakan sebuah fitur bernama kolaborasi, di mana pengguna Instagram bisa mengundang pengguna lainnya untuk berbagi satu postingan yang sama. Postingan tersebut akan ada di beranda keduanya.

Tentu ini bisa meningkatkan kemampuan literasi para bookstagrammer. Mereka  akan lebih bersemangat dalam menuliskan ulasan buku karena tahu sang penulis mendukungnya. Untuk ke depannya tidak menutup kemungkinan lahir para penulis buku baru dari kalangan mereka.

Merangkul Kawula Muda

J.S Khairen merupakan penulis berdarah Minang kelahiran 23 Januari 1991. Secara umur, Khairen termasuk generasi milenial, tetapi di media sosial dia mampu merangkul generasi Z. Hal ini tidak mengherankan karena kalau kita perhatikan caranya berkomunikasi di media sosial sangatlah anak muda.

Selain itu, di antara penulis populer lain, J.S. Khairen ini terhitung lebih muda. Sosoknya tentu menjadi idola baru di kalangan pembaca remaja yang mayoritas berasal dari generasi Z dan generasi Alpha.

Menjadi Teladan Para Putra Daerah

Masih banyak yang beranggapan bahwa kesuksesan itu hanya milik orang kota. Mereka memang memiliki priviledge, tetapi bukan berarti putra daerah tidak memiliki kesempatan juga untuk sukses.

J.S. Khairen bisa kita jadikan teladan karena dia juga berasal dari daerah, tepatnya Sumatra Barat. Kesuksesan J.S Khairen tentu menjadi angin segar untuk putra daerah lainnya. Bahwasannya kesuksesan itu bisa menghampiri siapa saja. Tanpa peduli apakah ia orang kota atau daerah.

Novel Kami (Bukan) Jongos Berdasi

Blurb Kami (Bukan) Jongos Berdasi

Novel ini merupakan novel kedua dari J.S. Khairen yang saya baca. Sebenarnya, ini merupakan buku kedua dari serial Kami (Bukan). Namun, kata adik saya yang sudah membacanya, tidak menjadi persoalan untuk lompat bacaan.

Buku pertamanya adalah “Kami (Bukan) Sarjana Kertas” dan “Kami (Bukan) Jongos Berdasi” ini merupakan lanjutannya. Tokoh di judul keduanya masih sama, tetapi yang pertama menceritakan masa kuliah, sedangkan yang kedua berkisah tentang dunia kerja.

Deskripsi

  • Judul : Kami (Bukan) Jongos Berdasi
  • Penulis : J.S Khairen
  • Penyunting: MB Winata
  • Tebal: 414 Halaman; 14×20 cm
  • Penerbit : Bukune
  • Cetakan Pertama, Oktober 2019
  • Nomor ISBN: 978-620-220-335-3

Ulasan

Apakah kalian pikir setelah lulus kuliah semua perjuangan akan berakhir? Oh, tentunya tidak semudah itu. Justru dunia kerja memberikan tantangan yang lebih berat dan pada fase ini hanya diri sendiri yang bisa diandalkan.

“Kami (Bukan) Jongos Berdasi” menghadirkan enam tokoh dengan permasalahan masing-masing di dunia kerja. Mereka adalah Sania, Juwisa, Randi, Arko, Gala, dan Ogi. Mereka menghadapi lingkungan yang tentunya lebih menantang dari lingkungan kuliah.

Dunia kerja menyajikan berbagai persoalan yang menuntut mereka untuk lebih disiplin dan berkomitmen. Di saat bersamaan mereka pun harus berjuang melawan keadaan yang tidak mengenakkan perihal rekan kerja, gaji, atasan, dan tugas yang tidak ada akhirnya.

Gaya bahasa penulis dengan mudah terdeteksi sebagai cara berbicara anak muda yang gaul. Namun, saya agak terganggu dengan istilah-istilah semacam EEK dan UDEL. Meskipun itu sebuah singkatan, tetapi saya terlalu kolot untuk menikmati diksi semacam itu.

Penutup “Kontribusi untuk Indonesia dalam Bidang Literasi ala J.S. Khairen”

Kontribusi untuk Indonesia melalui tulisan ala J.S. Khairen

Setiap orang bisa berkontribusi terhadap negara sesuai kemampuan masing-masing. Begitu pula penulis yang bisa menyebarkan pengaruhnya melalui tulisan. J.S Khairen misalnya. Dengan kemampuan menulisnya, dia banyak menghasilkan karya sarat motivasi.

Khairen termasuk penulis yang aktif di media sosial. Di sana, dia menebarkan semangat kepada para bookstagrammer untuk lebih berani menulis. Sang penulis pun dengan gayanya yang gaul mampu menarik penggemar dari kalangan anak muda.

Penulis 15 buku ini merupakan putra daerah. Dia menjadi teladan bagi orang yang juga berasal dari daerah untuk tidak berkecil hati. Siapa pun bisa sukses tanpa memandang dari mana asal mereka.

Buku J.S. Khairen yang sedang saya baca ini menjadi salah satu bukti nyata sebuah kontribusi untuk Indonesia dari salah satu penulisnya. Bahwasannya dengan menulis, kita bisa turut andil dalam memajukan negara. Makin tinggi tingkat literasi sebuah negara, tentu makin tinggi pula kualitas sumber daya manusianya.

Satu pemikiran pada “Kontribusi untuk Indonesia dalam Bidang Literasi ala J.S. Khairen”

Tinggalkan komentar