Wajib Tahu! Harga Novel Murah di Gramedia

Hai, Playmates. Di zaman serba digital ini, apakah aktivitas membaca kalian pun sudah beralih ke buku digital? Jujur, sampai saat ini, saya masih termasuk orang konvensional yang habbit membacanya tidak berubah, tetap dari buku fisik. Katanya buku fisik lebih mahal dari buku digital, tetapi masih banyak, kok, harga novel murah di Gramedia.

Sebenarnya perihal mahal dan murah itu relatif. Bukan hanya perkara nominal, tetapi juga urusannya bisa melibatkan hati. Bisa jadi secara nominal memang mahal, tetapi karena hati begitu menginginkannya, ya, tidak bisa tidak barang tersebut harus menjadi milik kita.

Sejak zaman purba saingan buku fisik itu adalah bajakan. Maka dari itu, tak mengherankan jika Tere Liye sangat concern dan galak dalam menghadapinya. Bagaimana tidak kesal, siapa yang capek, siapa yang untung. Kocak! Ingat, ya, para pembajak itu cuma punya modal, tetapi tidak dengan hati dan otak.

Buku bajakan tidak hanya berbentuk fisik. yang digital pun ada. Kita pasti sering melihat, bajakan versi pdf ini bertebaran secara terbuka. Yang lebih miris, pdf bajakan ini banyak disebar pihak yang harusnya mengedukasi, misalnya perpustakaan sekolah.

Kalau boleh memilih, tentu buku fisik merasa lebih terhormat jika harus bersaing dengan dirinya versi digital yang ada di platform semacam Ipusnas. Kita bisa membaca buku di platform tersebut gratis, loh, jadi seharusnya pasar buku bajakan itu tidak ada lagi.

Pada kenyataannya bisnis itu masih menunjukkan geliatnya, lihat saja di berbagai marketplace, pasti ada buku bajakan dan ada saja pembelinya. Padahal, secara kualitas kertas sangat berbeda dengan yang ori. Kalaupun belum ada budget, tetapi sangat ingin membaca, ya, tinggal meluncur ke perpustakaan.

Di tengah pusaran lubang hitam buku bajakan dan buku digital ternyata masih ada orang yang masih rajin membeli buku fisik. Mereka tahu ada harga novel murah di Gramedia. Selain itu, Kita cari tahu, yuk, apa motivasi mereka!

Alasan Membeli Buku Fisik

Alasan membaca buku fisik

Di tengah gempuran buku bajakan dan perpustakaan digital, buku fisik tetap bertahan meski berdarah-darah. Eksistensi buku fisik tersebut tidak terlepas dari peran para pembaca yang masih mencari-cari keberadaannya.

Saya pun berdiri di tim ini mekipun kini lebih banyak membeli buku anak. Untungnya, ada adik saya yang sefrekuensi, jadi saya tidak pernah kehabisan stok bacaan.

Sebagai Koleksi

Alasan utama seseorang membeli buku adalah untuk koleksi. Jangan pernah tanya alasannya untuk apa. Kalau suka akan sesuatu pastinya ingin memiliki. Sama halnya seperti K-popers, mereka rela merogoh kocek dalam demi mendapatkan merchandise sang idola.

Meskipun umumnya buku hanya dibaca satu kali, tetapi dengan memilikinya akan lebih gampang saat tiba-tiba kita teringat satu bagian dan ingin membacanya lagi. Lebih dari itu, buku fisik merupakan salah satu bukti dari pembaca sejati. Ya, meskipun pembaca sejari belum tentu punya buku fisik.

Membangun Perpustakaan Pribadi

Ini masih berhubungan dengan koleksi, tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi. Memiliki pojok baca di rumah adalah mimpi dari sebagian besar kutu buku. Melihat buku yang kita miliki berjejer rapi tentu memberikan kebahagian tersendiri.

Bagi kalian yang tidak terlalu suka baca, tetapi penasaran dan memutuskan meminjamnya dari teman, jangan sia-siakan kepercayaan itu, ya. Sesungguhnya bagi pencinta buku, meminjamkannya itu berat karena kami tidak pernah tahu buku itu akan kembali dalam rupa yang seperti apa.

Oleh karena itu, jika kalian sukses membujuknya, perlakukanlah buku pinjaman itu dengan baik. Lakukanlah itu sebagai penghargaan pada apa yang pemilik buku itu telah usahakan. Sedih, loh, kalau melihat buku kita terkena noda, terlipat, atau bahkan sobek.

Lebih Nyaman Dibaca

Menurut mata saya, jauh lebih nyaman membaca buku fisik daripada buku digital. Selain itu, di otak sudah ter-setting kalau ponsel itu untuk menulis, berselancar di dunia maya, dan scroll media sosial.

Akhir-akhir ini ada semacam gawai bernama e-reader. Dengan membaca buku di sana, kita bisa merasakan perpaduan baca buku fisik, tetapi secara digital. Pas saya searching harganya, ternyata lumayan juga. Sudah tahukah perihal e-reader ini, Playmates? Bagaimana menurut kalian?

Aroma Khas Buku

Kutu buku pasti tahu aroma khas yang menguar ketika membuka plastik yang membungkus buku baru. Aroma itu bertahan beberapa waktu dan memang saya akui baunya itu candu.

Selain itu, ada pula yang suka aroma buku lama. Namun, kalau tidak dirawat dengan baik, contohnya buku terlalu lama berada di tempat lembap, aromanya bisa berubah apak. Saya sendiri lebih suka aroma buku baru.

Mengenalkan Buku pada Anak

Setelah mempunyai anak, tiba-tiba saja koleksi buku anak mendominasi rak buku. Harganya pun jauh lebih mahal dari buku lain karena biasanya buku anak terbuat dari bahan yang tebal, lebih aman, dan colorful.

Anak-anak masih dalam prosesnya membangun habbit membaca. Oleh karena itu, saya menyediakan buku fisik di rumah karena mereka masih butuh berinteraksi dengan buku versi aslinya.

Harga Novel Murah di Gramedia

Gramedia telah menjadi raksasa penerbit dan toko buku di Indonesia. Sangat menantang untuk bisa tembus karya ke sana karena harus bersaing dengan penulis hebat. Oleh karena itu, buku terbitan Gramedia mempunyai kualitas yang bagus.

Namun, buku-buku yang tersedia di Gramedia tidak semuanya terbitan mereka sendiri. Banyak pula buku terbitan penerbit lain. Meski berkualitas bangus, jangan khawatir karena masih ada novel murah di Gramedia.

Kalau sedang mager, kalian bisa mengecek harganya di website resmi Gramedia. Novel-novel tersebut hadir dalam berbagai genre, jadi kita mempunyai banyak pilihan. Sekali lagi murah itu relatif dan menurut pertimbangan saya, buku murah itu yang harganya di bawah Rp. 70.000.

  • Novel Agama. Laiqa: Hijab for Sister – Nurillah Achmad (Rp. 65.600), Ayah, Pemilik Cinta yang Sesungguhnya – Nikmatus Solika (Rp. 47.700), Surat Kecil untuk Tuhan – Agnes Davonar (Rp. 53.550), Long Ride Home – Anave Tjandra (Rp. 36.000)
  • Novel Fantasi. Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 5 – Reiko Hiroshima (56.000), Respati, Malam Pencabut Nyawa – Ragiel JP (65.600), Parole Teetee – Antje Herden (Rp. 55.200), The Little Prince – Antoine De Saint-Exupery (Rp. 47.200), Sentuhan Emas – Arleen A. (Rp. 57.120).
  • Novel Klasik. Dubliners – James Joyce (Rp. 55.200), Lassie Come-Home – Eric Knight (Rp. 55.200), The Old Man and The Sea – Ernest Hemingway (Rp. 49.500), Breakfast at Tiffany’s – Truman Capote (Rp. 54.000), Macbeth Keadilan itu Busuk, Kebusukan itu Adil – William Shakespeare (Rp. 54.000)
  • Misteri dan Detektif. Sherlock Holmes, Misteri Penyelidikan Benang Merah – Sir Arthur Conan Doyle (Rp. 45.500), Misteri Perpustakaan yang Hilang – Rebecca Steed and Wendy Mass (Rp. 55.200), Kronik Sebuah Kematian – Gabriel Garcia Marquez (Rp. 55.200), Risalah Teh dan Tiga Keluarga – Artie Ahmad (Rp. 67.500), Sherlock Holmes: Lembah Kematian – Sir Arthur Conan Doyle (Rp. 44.550).

Penutup “Harga Novel Murah di Gramedia”

Di tengah masifnya kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup manusia, masih ada orang-orang yang setia pada buku fisik. Mereka mempunyai alasan tersendiri mengapa masih bertahan di cara membaca konvensional.

Berikut beberapa alasan masih banyak orang yang membeli dan membaca fisik: sebagai koleksi, membangun perpustakaan pribadi, lebih nyaman dibaca, aroma khas buku, dan mengenalkan buku pada anak.

Pagi pencinta buku, seringkali harga tidak menjadi persoalan besar karena kami tahu sebuah buku telah mengalami proses panjang sebelum akhirnya berada di pangkuan. Namun, jika menemukan buku ori dan murah, ya, tidak nolak juga.

Di atas saya sudah mendata harga novel murah di Gramedia. Sungguh menggoda, kan, Playmates? Janji, ya, tidak akan ada lagi buku bajakan di antara kita. Buku ori yang ada di Gramedia saja ada yang murah-murah. Note: Harga di atas adalah per 28 September 2024 dan bisa berubah sewaktu-waktu. Yuk, tunjuk buku pilihanmu!

Tinggalkan komentar