“Reading challenge untuk minggu ini adalah membaca jenis buku yang tidak kalian suka”.
Ah, seharusnya saya tahu hal ini pasti terjadi. Pada saat mengisi kolom genre buku yang tidak kami suka pada form pendaftaran, dengan polos saya menulis horor dan gore. Inilah akibatnya, saya harus menghadapi ketakutan itu jika tidak ingin ditendang dari grup. Meski agak menyesal karena tidak mengisi kolom tersebut dengan jawaban buku nonfiksi, yang harus saya lakukan secepatnya adalah mencari tahu cara mengatasi malas membaca genre buku horor.
Ini kali pertama saya mengikuti sebuah reading challenge, jadi saya tidak punya gambaran akan seperti apa kelas ini berlangsung. Biasanya, saya membaca sesuai mood, tidak ada target, dan memilihnya sesuka hati.
Di kelas tantangan yang berlangsung selama empat pekan ini, kami harus membaca buku sesuai tema, ada minimal baca berapa halaman, terdapat ketentuan tebal buku keseluruhan, plus kami harus mengerjakan tantangan per pekan.
Saya antusias menggenapkan semua tugas itu. Mulai dari tema buku bersampul biru di pekan pertama, enterpreneur di pekan ke dua, dan thriller/misteri di pekan ketiga. Namun, saya mati kutu di pekan keempat karena harus membaca genre buku yang paling saya hindari, yakni cerita horor.
Saya sebenarnya agak susah juga membaca nonfiksi, tetapi pada saat mengisi form pendaftaran, yang saya ketik hanya horor dan gore di kolom buku yang tidak kami sukai. Kalau nonfiksi, sih, meski tidak suka, bukunya ada di sini, jadi tidak harus membaca buku digital.
Perkara buku digital ini menjadi sesuatu yang baru. Selama ini, saya termasuk pembaca konvensional yang lebih suka “melahap” buku fisik. Namun, namanya juga tantangan, itu berarti kita harus bersedia keluar dari zona nyaman.
Meskipun mengalami reading slump di pekan keempat, saya memutuskan untuk lanjut. Ini sudah menjelang akhir, saya tidak ingin gagal dan mengorbankan upaya di tiga tantangan sebelumnya.
Cara Mengatasi Malas Membaca
Reading slump adalah suatu kondisi yang terjadi ketika mengalami serangan rasa malas atau jenuh untuk membaca buku. (bibliolifestyle.com)
Yang akan saya bahas di sini adalah rasa malas menghadapi ketidaksukaan pada suatu genre, yang terpaksa harus kita baca, karena sedang mengikuti tantangan di sebuah komunitas. Kalau misal malas tersebut karena memang sedang benar-benar tidak ingin membaca, kalian bisa mencoba beberapa hal ini:
- Bergabung dengan klub baca
- Membaca genre lain dari biasanya
- Menonton, jalan-jalan, istirahat yang cukup
- Menentukan target bacaan
Kembali ke kasus saya yang tidak suka baca horor, tetapi mau tidak mau harus membacanya. Berikut cara mengatasi malas membaca genre menakutkan itu versi saya.
Bertekad untuk Menjawab Tantangan
Meski menyesali tidak bisa membaca buku nonfiksi, padahal saya pun tidak menyukainya, saya tetap bertekad menyelesaikan semua tantangan yang klub baca itu berikan. Hitung-hitung mengeksplor jenis bacaan juga karena kalau bukan sedang mengikuti sebuah tantangan, saya pasti tidak akan membaca cerita horor.
Sebenarnya, zaman sekolah saya pernah membaca beberapa buku yang bikin bulu kuduk berdiri. Salah satunya Goosebumps, tetapi tidak tuntas karena tidak nyaman dengan sensasi yang hadir saat saya membacanya.
Seorang teman menyarankan untuk mencoba lagi novel tersebut di tantangan kali ini, katanya barangkali di usia sekarang, Goosebumps tidak akan semenakutkan itu. Namun, saya menolak ide itu dan mencoba mencari rekomendasi lain.
Mencari Rekomendasi dari Bookstagram
Beruntung, saya mengenal seorang bookstagrammer. Kami memang sudah sering berinteraksi, jadi saya tidak terlalu sungkan untuk mengganggunya melalui jaringan pribadi.
Hal utama yang saya garisbawahi dalam meminta rekomendasi adalah saya ingin membaca cerita horor yang tidak ada hantunya. Nah loh, gimana ceritanya tuh?
Lalu dia merekomendasikan beberapa judul horor komedi, tetapi saya belum sreg karena dari judulnya saja sudah menyebut hantu populer di negeri ini. Padahal menakutkan versi saya itu memang cerita horor yang biasa ada dalam budaya kita, semacam “hantu permen” dan Mbak-Mbak yang suka cekikikan itu.
Setelah tarik ulur yang lumayan alot akhirnya saya memutuskan untuk menerima rekomendasi sebuah novel dari Intan Paramadhita. Meski menceritakan seorang gadis yang memiliki kekasih seorang iblis, tetapi keseluruhan ceritanya banyak mengisahkan petualangan dan misteri.
Membaca di Siang Hari
Novel yang saya baca berjudul Gentayangan, Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu. Meskipun bukan tipe cerita yang menakut-nakuti, saya tetap membacanya di siang hari.
Setelah mengantar anak sekolah dan urusan domestik selesai, saya langsung membaca novel horor tersebut. Ini untuk menghindari kejutan yang mungkin terjadi.
Sejauh ini cara tersebut berjalan efektif, tetapi juga sangat bergantung pada buku yang kita pilih. Jadi dari awal, saya sudah memastikan novel yang saya pilih memang tidak berfokus pada menakut-nakuti pembaca.
Menentukan Target Bacaan
Dengan memiliki target, tujuan akan lebih mudah kita capai. Sebenarnya dalam reading challenge yang sedang saya ikuti ini sudah ada minimal halaman per harinya.
Minggu pertama, kami harus membaca 10 halaman per hari. Minggu kedua bertambah jadi 15 halaman per hari, lalu minggu ketiga, kami harus membaca 20 halaman per hari.
Ya, seperti yang sudah bisa kalian tebak, Playmates, di minggu keempat target bacaannya bertambah menjadi 25 halaman per hari. Namun, buku yang saya pilih memiliki jumlah total 490 halaman, jadi saya harus membaca melebihi target jika ingin menamatkannya dalam waktu sepekan.
Mengingat, sedang memiliki beberapa deadline menulis di komunitas lain, saya menargetkan membaca 50 halaman per hari. Ini merupakan win win solution agar semua tugas bisa terselesaikan dengan baik.
Penutup “Cara Mengatasi Malas Membaca”
“Terkadang kita harus keluar dari zona nyaman. Kita harus melanggar aturan. Dan kita harus menemukan sensualitas ketakutan. Kita harus menghadapinya, menantangnya, berdansa dengannya.” – Kyra Davis
Kita jarang menyadari bahwa keberanian itu muncul saat kita menghadapi ketakutan. Tanpa ketakutan, keberanian bersemayam dalam rasa nyaman yang melenakan.
Hal ini pulalah yang terjadi pada saya saat sedang mengikuti tantangan di sebuah klub baca. Saya harus menghadapi ketakutan, yakni membaca cerita horor. Awalnya tentu saya enggan, tetapi kemudian saya tahu bahwa cerita ber-genre horor itu tidak melulu tentang hantu.
Selain itu, horor pun bisa berpadu dengan genre lain, seperti komedi, romansa, dan petualangan. Sehingga tidak setiap kalimat yang berada di dalam novel tersebut berisi hal yang membuat ngeri dan takut.
Dalam menghadapi ketakutan yang membayangi, saya menyiasatinya dengan menerapkan empat cara mengatasi malas membaca genre yang tidak kita sukai. Cara-cara tersebut adalah bertekad untuk menjawab tantangan, mencari rekomendasi dari bookstagram, membaca di siang hari, dan menentukan target bacaan. Kalian punya cara lain, Playmates? Sharing di sini, yuk!
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
If there is a will there is a way, apapun tantangannya kalau niatnya harus menyelesaikannya maka harus komit ya Teh. Duh saya nih yang lagi drop banget semangat baca bukunya, semakin menumpuk saja koleksi buku saya
Tantangan banget ini ya mbak..harus membaca sesuatu yang tidak kita sukai.. saya juga nggak bakal bisa baca horor ..saya penakut ..tapi baca ini jadi ingin membaca
Membaca di siang hari adalah koentji untuk menamatkan bacaan horor. Entah halusinasi atau gimana wkwk, baca horor di malam hari tuh kayak ada aja gitu ‘gangguannya’. Mulai dari suara orang jalan di luar kamar, ada yang ngintip di jendela, atau suara aktivitas lain yang tidak seharusnya dilakukan di malam hari.
Yaah..kok nggak suka tema non fiksi sih mbak..itu menyenangkan lho, dan sarat informasinya. Kita kebalikan berarti ya haha…Aku jarang banget baca buku fiksi, ada satu bukufiksi belum tamat-tamat, ketimpa buku nonfiksi terus. Keren nih mbak Mon, baca iya, nulis juga iyaa..lanjutkan mbak.
Kalau aku sih, karena suka jadi ga malas buat baca genre horor. Btw, bisa juga nuh tulisan bagus, saya info ke teman.