Tips Memilih Sustainable Fashion untuk Momen Lebaran 

Tinggal menghitung hari umat Islam akan segera merayakan Idul Fitri. Meskipun Idul Adha juga merupakan hari raya, tetapi di Indonesia, perayaan Idul Fitri lebih meriah. Salah satu kemeriahan itu ditandai dengan berburu pakaian baru. Namun, pernahkah kalian mempertimbangkan sustainable fashion saat membeli pakaian raya?

Akhir-akhir ini sustainable fashion alias fesyen berkesinambungan mulai terdengar gaungnya. Ini merupakan dampak dari makin tingginya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.

Di Jepang, orang-orang berlomba-lomba mempraktikkan gaya hidup minimalis. Makin sedikit barang yang kita punya, makin rendah pula tekanan hidup. Saya amat merasakan kebenaran hal tersebut terkait dengan mainan anak-anak.

Mainan anak yang menumpuk terlihat berantakan dan itu menimbulkan rasa tidak nyaman saat melihatnya. Ini merupakan PR besar bagi saya untuk menyortir mainan tersebut. Terlebih, anak-anak mulai besar, jadi sudah tidak terlalu sering memainkannya. Mereka tidak akan keberatan kalau sebagian mainan itu diberikan pada anak lain.

Begitu pula dengan baju, berapa banyak baju yang sudah lama tidak dipakai dan masih berdesak-desakan di dalam lemari. Untuk turut serta dalam menggalakkan sustainable fashion, yuk kita cermat saat belanja baju menjelang momen lebaran kali ini.

Tips Memilih Sustainable Fashion

Tips berbelanja pakaian eco friendly atau sustainable fashion

Melansir dari web Liberty Society, sustainable fashion adalah praktik desain, produksi, distribusi, dan konsumsi pakaian yang meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Konsep ini tidak hanya mencakup penggunaan bahan yang ramah lingkungan, tetapi juga proses produksi yang etis, transparan, dan bertanggung jawab.

Dari pengertian di atas, jika ingin berkontribusi dalam fesyen berkelanjutan ini, kita harus aware dengan kualitas dan kapasitas produsen pakaian. Kita harus yakin bahwa mereka pun punya visi yang sama dalam pelestarian lingkungan.

Mulai sekarang kita sebaiknya mengetahui bahan-bahan pakaian, sehingga kita bisa menganalisis apakah sebuah pakaian terbuat dari bahan aman. Pemilihan bahan ini sangat penting sebagai langkah awal untuk menuju sustainable fashion. Dengan bahan yang aman, limbah dari produksi tersebut bisa diminimalisasi.

Bahan-bahan seperti kapas organik, linen, dan rami bisa diolah dengan cara yang lebih lestari. Penggunaan air dan pestisida pun sebaiknya dikurangi. Selain itu, daur ulang bisa sangat membantu pengurangan limbah. Pastikan perusahaan yang kita pilih aware akan hal tersebut.

Selain bahan, proses produksi pun harus memenuhi standar keberlanjutan. Kita bisa melihatnya pada aspek efisiensi energi, pengurangan limbah, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan.

Setelah itu, etika tenaga kerja pun tidak kalah pentingnya. Perusahaan harus menjamin hak-hak tenaga kerja yang meliputi rasa aman, adil, dan transparan. Tidak ada yang akan membenarkan jika pekerja bekerja di lingkungan yang dapat mengganggu kesehatannya.

Lebih lanjut, bagaimana kemudian kita mengetahui bahwa suatu perusahan memberlakukan sustainable fashion dalam produksinya? Sebagai penjual, kita tentu membutuhkan pemasok atau grosiran yang kita tahu dengan pasti bahwa mereka pun peduli pada lingkungan.

Untuk memberi solusi, Dear Lover Wholesale sebagai internasional grosir hadir memberikan rekomendasi fesyen berkelanjutan untuk para pemilik toko atau butik. Ini tentu bisa menjadi langkah awal kalian dalam memulai bisnis pakaian tepercaya dan eco-friendly.

Sustainable Fashion saat Lebaran

Baju lebaran dari wholesale women's clothing: Dear Lover
Source: dear-lover.com, renowned international wholesale women’s clothing

Baju dan lebaran memang kerap kita anggap identik. Namun, demi melihat lingkungan yang makin tidak baik-baik saja, ada baiknya kita mulai mempertimbangkan banyak hal. Terlebih, kita bukan lagi bocah cilik yang memandang segala sesuatu berdasarkan apa yang ada di permukaan.

Bisa kita bayangkan berapa banyak baju baru yang berseliweran saat momen lebaran. Jika kita kurang bijak dalam menghadapinya tentu kita menjadi bagian pihak yang bertanggung jawab besar terhadap pengadaan limbah baju.

Oleh karena itu, untuk mengatasinya, ada beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak buruk limbah tersebut. Berikut hal yang bisa kalian pertimbangkan.

Beli Baju Secukupnya

Bukan rahasia umum lagi jika di momen lebaran, mayoritas masyarakat jarang merasa cukup dengan satu baju. Mulai sekarang, belajarlah untuk mengendalikan diri dan fokus pada fungsi.

Seberapa banyak pun, baju yang kita beli tetap satu yang kita pakai. Terlebih setelah melewati jam 12 di hari lebaran, kita biasanya sudah berganti kostum dengan baju sehari-hari yang lebih nyaman untuk tidur siang kemudian jajan bakso.

Ada yang Masuk, Ada yang Keluar

Saat membeli baju, kita harus yakin akan sering memakainya. Tiap baju harus punya jatah untuk kita pakai, alih-alih jadi sekadar penghuni lemari. Untuk menyiasatinya, kita bisa mengeluarkan baju lama terdahulu, sebelum baju baru masuk lemari.

Mengeluarkan di sini maksudnya memberikan baju tersebut pada kerabat. Jadi sebelum membeli baju, kita sudah memutuskan baju mana yang akan kita hibahkan.

Motif dan Model Everlasting

Dunia fashion terus berkembang, tetapi perkembangan itu tidak terlepas dari pengulangan. Oleh karena itu, sebenarnya pintar-pintar kita saja dalam memilih model yang akan masuk ke berbagai zaman.

Untuk lebih aman, kita bisa memilih warna-warna netral dan model pakaian yang everlasting. Sehingga kapan pun kita ingin mengenakannya, tidak ada kata ketinggalan zaman.

Mix n Match

Jika sudah merasa bosan dengan pakaian yang ada di lemari, jangan buru-buru membeli baju baru. Cobalah untuk memadu-madankan dengan outfit lain.

Busana jenis inner biasanya bisa kita kenakan dengan berbagai tampilan. Sekali-kali kita bisa kombinasikan dengan sweater. Di lain waktu blazer bisa menjadi pilihan. Jangan lupa long outer pun bisa membuat kalian tampil lebih anggun, Playmates.

Penutup “Sustainable Fashion”

Suasana Ramadan dan Idul Fitri memang memiliki vibes istimewanya sendiri. Hal-hal yang biasanya tidak ada di hari biasa, hadir menyemarakkan momen beribadah dan kemenangan.

Meskipun kita seharusnya fokus untuk beribadah dan perbaikan diri, makanan hari raya dan baju lebaran telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hari kemenangan. Tentu hal tersebut tidak menjadi suatu larangan dari sudut pandang agama, tetapi ada hal-hal yang mesti kita pertimbangkan.

Bumi yang sudah tua dan lingkungan yang kian hari kian rusak sudah sepatutnya menjadi perhatian semua orang. Di antara banyaknya penyebab kerusakan lingkungan, proses pembuatan dan limbah pakaian turut mempunyai andil di dalamnya.

Oleh karena itu, kita harus mengenal sustainable fashion agar cermat dalam berbelanja, baik perihal produsen maupun penekanan terhadap perilaku konsumtif. Tidak perlu berpikir untuk mengubah dunia, mulailah semua dari diri sendiri.

Sustainable fashion bukan berarti kita sama sekali tidak boleh berbelanja pakaian, tetapi itu menjadikan kita lebih bijak. Untuk kalian yang concern terhadap itu dan berniat membuka usaha butik, saya sarankan untuk memilih wholesale women’s clothing yang mempunyai reputasi baik secara global. Kalian punya pengalaman terkait fesyen berkelanjutan, Playmates? Share di sini, yuk!

16 pemikiran pada “Tips Memilih Sustainable Fashion untuk Momen Lebaran ”

  1. Sustainable fashion lagi digaungkan banget ya. Emang pas lebaran tuh suka kalap banget, semua mau dibeli. Alhasil baju banyak numpuk di lemari. Kalau nggak dirolling bisa lupa pernah punya baju ini itu. Paling pas lebaran tuh baju lama di mix and match aja biar tampak baru lagi.

    Balas
    • Bener apalagi beli baju anak pas lebaran, ya ampun bisa khilaf mbak, wkwkwk. Sustainable fashion bukan hanya membuat kita tampil cantik tapi kita juga turut berkontribusi menjaga lingkungan.

      Balas
  2. Sudah mulai dengan declutering baju2 yg sudah tidak terpakai, dengan cara memberikan ke orang lain maupun ke tempat yg menerima baju untuk di daur ulang.
    Dan saat ini saya sudah mulai jarang beli baju bila memang tidak benar2 butuh. Sebaiknya sebulan atau dua bulan sekali mulai mengurangi baju2 yg bertumpuk di lemari.

    Balas
  3. Percaya nggak baju aku cuman satu kotak ajaaaa, satu lemari penuh isinya lebih banyak punya suami. Aku cuma satu undak aja. Setiap beli baju baru satu, aku keluarkan satu. Jadi nggak pernah sampai overload.

    Setiap lebaran beli baju baru, tapi nggak pernah ngikutin mode. Jadi sampai kapanpun masih cocok digunakan untuk daily, kondangan atau acara apapun. Kecuali kalau udah nggak cukup, biasanya aku hibahkan.

    Kalau mainan aku udah nggak pernah belikan, tapi selalu dibelikan tante dan kakeknya. Jadi masih numpuk sampai luber. Sama seperti baju, kalau ada mainan baru datang, yang lama di kasihkan ke orang atau di daur ulang. Aku sering banget decluttering mainan, pokoknya nggak boleh lebih dari satu box.

    Semoga bisa memenuhi konsep sustainable fashion secara perlahan.

    Balas
  4. Saya termasuk golongan manusia yang tidak hobi belanja pakaian. Bahkan, tiap beli pakaian selalu menimbang, bisa mix and match dengan lainnya nggak? Saya juga tidak merasa malu untuk pakai pakaian yang itu-itu saja. Di tengah belanja fashion yang makin mudah dan murah, isu sustainable fashion memang harus terus digaungkan

    Balas
  5. Saya sama sekali belum menerapkan Sustainable fashion ini sepertinya, Kak. Soalnya untuk poin baju masuk dan baju keluar saja masih beluuum terealisasi. Memang sih sudah mulai membatasi pembelian baju baru. Semoga ke depannya, ya.

    Balas
  6. Saya tipe yang kurang suka belanja baju kecuali kalau baju sudah sobek/kekecilan. Dalam lima tahun terakhir baju yang saya pakai untuk berkunjung ke saudara hanya tiga jenis saja. Hehehe… Kalau lebaran biasanya saya putar-putar aja pakaiannya. Tapi sayangnya di lapangan banyak orang yang belum sepaham dengan sustainable fashion ini. 🥲

    Balas
  7. Setuju banget sama konsep ‘ada yang masuk, ada yang keluar’ pas belanja baju lebaran. Kadang kita terlalu semangat belanja, tapi lupa kalau lemari udah kayak kapal pecah 😅. Sustainable fashion ini kayak wake-up call biar kita nggak cuma tampil kece, tapi juga lebih bijak dan peduli lingkungan. Mix and match baju lama juga bisa jadi solusi yang fun dan kreatif, apalagi kalau kita bisa nemu style baru dari outfit lama.

    Balas
  8. Saya termasuk jarang beli baju kecuali terdesak atau memang sudah kebutuhan, soalnya agak pemilih sih meskipun harganya murah kalau kurang nyaman rasanya agak gimana waktu memakainya, Mix n Match bener-bener jadi solusi karenanya aku selalu memilih pakaian yang warnanya termasuk netral jadi bisa dipadu padankan dengan mudah.

    Balas
  9. Setelah sy mendapati tantangan bahwa mengeluarkan baju saat mau isi baju lagi, ini jadi hal berharga mbak. Dan, saya baru sadar setelah hidup diperumahan. yang mau buang baju sembarang, jadi mikir. Konsep sustainable fashion ini sy rasa perlu diketahui semua generasi deh. Biar tidak hanya beli baju yang buat laper mata tanpa butuh dan mengetahui manfaat jangka panjangnya

    Balas
  10. Selfplak ini, duh aku belum menerapkan sustainable fashion ini, tapi aku termasuk slow fashion, jarang banget beli baju, setahun aja belum tentu beli baju, termasuk slow fashion kan. Baru tahun ini kami beli baju sarimbit sekeluarga setelah berapa belas tahun menikah
    Semoga setelah ini bisa menerapkan sustainable fashion juga

    Balas
  11. Aku uda ga beli baju lagi buat lebaran ini. Yah gimana kan emang tiap tahun juga ga wajib baru. Apalagi klo model everlasting, jadi ngga akan ketinggalan jaman. Pokoknya pake sistem one in one out juga biar ngga makin numpuk.

    Balas
  12. Makin kesini aku juga makin mempertimbangkan dalam belanja baju lho. Mikirnya, kalau beli baju, tp baju lama nggak dikeluarin, bakalan numpuk banyak dalam lemari. Aku seneng banget nih kalau ada grosir kayak Dear Lover yang sangat mendukung sustainable fashion Gini.

    Balas

Tinggalkan komentar