Setelah kepengurusan POMG di TK si bungsu terbentuk, agenda kegiatan untuk satu tahun ke depan mulai dilaksanakan. Pada Jumat kemarin, kajian rutin mingguan diadakan untuk pertama kalinya di tahun ajaran ini. Temanya berbobot karena mendukung kita untuk menjadi orang tua bijak.
Ustadz Acep Taufiq Ismail bertindak selaku narasumber. Ini bukan kali pertama saya menghadiri kajian yang beliau isi. Beberapa tahun lalu saat si cikal masih TK, beliau pun pernah hadir di acara rutin POMG tersebut. Kala itu Ustadz Acep membawakan tema Mendapatkan Ketenangan Hati Anti Galau.
Pada kesempatan ini pun, beliau membawa turut serta seorang asisten. Saya lupa siapa nama pemuda tersebut, tampaknya ia adalah murid Ustadz Acep yang sedang memperbanyak jam terbang sebagai mubaligh.
Setelah pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Quran, sang murid maju ke depan dan menyapa para hadirin. Ia memulai dengan mengingatkan kami tentang pentingnya menuntut ilmu. Motivasi itu lalu ia kuatkan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dan At-Tirmidzi:
Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga.
Untuk menegaskan makna hadits itu, ia juga menuturkan kisah pengajian Imam Ahmad bin Hambal yang selalu menarik perhatian banyak jamaah. Padahal waktu itu belum ada pengeras suara, sehingga tidak semua jamaah bisa menyimaknya dengan baik. Namun, itu tidak mengurangi kaum muslimin untuk tetap hadir dan berkumpul dengan orang saleh.
Semangat menuntut ilmu inilah yang juga kita butuhkan sebagai orang tua bijak di era modern. Kosongkan gelas, yuk, kita lanjut membahas materi yang Ustadz Acep sampaikan.
Orang Tua Bijak
Ustadz Acep membuka materi dengan memperlihatkan sebuah kata kunci yang beliau ketikkan di mesin pencari. Sebuah layar digital besar berdiri tegak di depan para orang tua yang hadir. Kata tersebut adalah “anak zaman sekarang”.
Beliau berharap akan menemukan potret anak-anak sukses yang mampu menjadikan teknologi sebagai penunjang berbagai pencapaian positif. Namun, yang muncul di layar justru berbagai berita negatif. Mulai dari pemakaian gawai secara berlebihan, pacaran, hingga narkoba.
Saat melihat anak-anak seperti itu, batin kita pasti bertanya, “di manakah orangtuanya?”. Kondisi ini menjadi pengingat bagi kita untuk menegakkan prinsip-prinsip mendidik anak dengan bijak, meski tantangan zaman makin kompleks.
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak
Orang tua adalah ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas pendidikan anak dan segala aspek kehidupannya sejak anak masih kecil hingga dewasa.
Dari definisi di atas, kita bisa memahami tanggung jawab orang tua atas anak itu sangat berat. Peran orang tua tidak berhenti di melahirkan. Dari sana prosesnya masih panjang.
Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang peran yang mereka emban atas anak-anak. Berikut beberapa peranan yang Ustadz Acep paparkan:
- Memberikan stimulasi untuk perkembangan sosial dan emosional anak
- Berperan sebagai pelatih dalam keterampilan dan kebiasaan positif
- Mendukung Pendidikan Anak
- Membantu anak mengelola emosi
- Menciptakan suasana belajar yang nyaman
- Memberikan nutrisi
- Menstabilkan emosi anak
- Melatih komunikasi pada anak
- Mengajarkan anak tentang kejujuran
- Memiliki kepekaan terhadap kebutuhan anak
Berdasarkan poin-poin di atas, kita bisa menarik garis besarnya. Bahwa peranan orang tua dalam membersamai anak mencakup tiga hal, yakni, mendukung tumbuh kembang anak, membentuk karakter, dan memenuhi kebutuhan dasar.
Prinsip Mendidik Anak
Sebelumnya Ustadz Acep mengingatkan bahwa pemaparan mengenai prinsip mendidik ini tidak akan berlangsung singkat. Ada 20 poin yang harus orang tua bijak ketahui.
Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa kajian sama halnya seperti pembelajaran lain yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, Ustadz Acep mengimbau para hadirin untuk fokus.
Tidak hanya mengimbau, beliau pun melakukan ice breaking selama beberapa menit. Setelah memastikan ibu-ibu tidak terlihat mengantuk, Ustadz Acep membahas prinsip-prinsip mendidik anak satu per satu. Berikut poin-poinnya:
- Tanggung jawab pendidik anak yang utama ada di orang tua
- Orang tua wajib mengetahui ilmu perkembangan anak
- Orang tua wajib luangkan waktu, fisik, pikiran, dan dirinya untuk anak
- Orang tua wajib memberikan kasih sayang secara pas kepada anak
- Orang tua harus konsisten
- Perhatikan makanan anak: harus halal, baik, sehat, dan bergizi
- Berikan keteladan
- Kuatkan perilaku yang diinginkan
- Bersahaja dalam disiplin
- Ajarkan sikap berbagi
- Perhatikan lingkungan dan mainan anak
- Ajarkan adab pada anak
- Pisahkan kamar tidur anak yang berbeda jenis kelamin
- Ajarkan kemandirian
- Perhatikan pendidikan anak
- Luangkan waktu untuk membaca dan memahami Al-Quran bersama anak
- Beranjak remaja, jadikan mereka partner Anda
- Nikahkan anak lebih dini jika mampu
- Doakan anak Anda
- Ajarkan anak tentang tauhid sejak dini
Dua puluh poin di atas menunjukkan betapa luas peran orang tua dalam mendidik anak. Ada aspek fisik, emosional, spiritual, hingga sosial yang semuanya saling terkait. Jika ditarik benang merahnya, prinsip mendidik anak menuntut kita untuk hadir sepenuh hati—bukan hanya memberikan materi, tetapi juga kasih sayang, keteladanan, doa, dan arahan yang konsisten.
Momen ini membuat saya sadar bahwa mendidik anak bukanlah perkara instan. Setiap prinsip yang beliau sampaikan terasa seperti cermin bagi kami untuk terus belajar dan memperbaiki diri agar mampu menjadi orang tua bijak.
Menjadi Orang Tua Bijak di Tengah Derasnya Arus Informasi
Gambar-gambar yang Ustadz Acep bagikan di awal tentang gambaran anak zaman sekarang, membuat hati saya tercekat. Sejak menjadi seorang ibu, hati saya lebih mudah tersentuh oleh kondisi anak-anak yang kurang beruntung, siapa pun itu.
Kebanyakan gambar itu menunjukkan kegagalan orang tua dalam mendidik anak. Saya tidak ingin menghakimi karena saya pun masih jauh dari orang tua ideal. Namun, dari sana saya menjadi lebih sadar bahwa membersamai anak di era modern ini merupakan suatu tantangan besar.
Zaman dulu orang tua yang mempunyai anak perempuan itu mengkhawatirkan. Namun kini, tak ada bedanya anak perempuan dan laki-laki. Keduanya memberikan kekhawatiran yang sama.
Saya sepakat dengan pandangan Ustadz Acep di atas. Berita-berita negatif yang kerap berseliweran di media memang tidak hanya menyasar anak perempuan, tetapi juga anak laki-laki.
Semua tantangan di era sekarang bersumber dari derasnya arus informasi, sehingga anak-anak yang tidak memiliki fondasi kuat yang dibangun orang tua tentu akan terbawa arus tersebut. Tidak memiliki pegangan, juga sandaran.
Semua yang terjadi pada kita merupakan kehendak Allah. Namun, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk melindungi keluarga, terutama anak, agar bisa bertumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya.
Di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata bahwa segala petaka itu bisa jadi berasal dari orang tua. Kesibukan dan kefakiran ilmu seringkali membuat kita menitipkan pengasuhan anak pada gawai yang memberikan damai semu. Namun, pelan-pelan berubah menjadi badai.
Anak yang sudah kecanduan ponsel dan sebagainya dapat kehilangan kemampuan mengelola emosi. Dari sana kehidupan kita takkan sama lagi. Harga ponsel yang mahal pun tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi pada anak.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa belajar dan belajar, agar melek dengan segala perubahan zaman dan bisa menentukan batasan. Kuatkan fondasi agama dan bangun kelekatan dengan anak. Mari kita terus belajar menjadi orang tua bijak, agar anak-anak tumbuh dengan fondasi yang kuat di tengah derasnya arus informasi.
Penutup
Sebagus apa pun sekolah tempat kita menitipkan anak, peran utama pengasuhan tidak bisa tergantikan, tetap ada pada orang tua. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh menjalaninya, terlebih di era modern ini.
Beruntung pada Jumat lalu, saya bisa menghadiri kajian rutin di sekolah si bungsu, sehingga hati dan pikiran mendapat nutrisi. Saya makin sadar bahwa peran orang tua itu tidak sekadar memberi materi, tetapi juga teladan, doa, kasih sayang, dan kesabaran.
Ini bukan perkara instan dan sederhana. Oleh karena itu, kita harus terus belajar dan berdoa. Mari bersama-sama menjadi orang tua bijak, agar anak-anak tumbuh sesuai fitrah dan siap menghadapi tantangan zaman. Bagaimana menurut kalian, Playmates? Apa satu hal yang akan kalian lakukan mulai besok sebagai orang tua bijak?
Bersyukur sekali ada sinergi antara sekolah dengan pihak orang tua atau wali siswa dalam kerjasama mendidik anak-anak seperti dengan mengadakan kajian seperti ini. Udah gitu temanya seputar parenting lagi. Cocok banget. Mudah-mudahan bisa dicontoh sekolah-sekolah lain agar para orang tua lebih memahami tentang kebersamaan berbagai pihak dalam membentuk karakter anak yang lebih baik
Menjadi orang tua zaman now nggak gampang, ya. Gampang naik darah dan berujung kalimat tidak terfilter. Itu pentingnya kita juga masih harus menghadiri majlis ilmu untuk membekali diri agar menjadi orang tua bijak.
Aku setuju banget kalau sekarang ini kita hidup di era yang sangat mengkhawatirkan. Baik anak laki-laki maupun perempuan, punya resiko yang sama terhadap korban kejahatan. Aku pilih menguatkan pondasi agama sebagai bekalnya menatap Dunia.
Mendidik anak itu ilmunya tidak ada di bangku sekolah formal ya mba, jadi kita hafus mencari sendiri. Naah ,salah satunya dengan mengikuti kajian² parenting seperti ini. Jadi menambah ilmu , menambah pengalaman.
Sepakat, saat ini tidak peduli anak cowok atau anak cewek keduanya mengkhawatirkan karena tingkat kejahatan yang mungkin terjadi semakin tinggi dan jenisnyapun semakin variatif
Terima kasih sudha berbagi insightnya