Saya ngeblog sudah memasuki tahun ketiga, tetapi masih sangat banyak yang belum saya ketahui di rimba blogging ini. Bahkan untuk istilah CMS saja, saya baru mengetahuinya kemarin malam. CMS inilah yang memudahkan kita dalam membuat blog sendiri.
CMS merupakan kependekan dari Content Management System. Sederhananya CMS ini adalah platform yang menjadi tempat kita ngeblog, mulai dari menulis, mengedit, hingga memublikasikan artikel.
Dengan CMS ini, kita tidak harus memiliki kemampuan pemrograman website. Oleh karena itu, siapa pun di antara kita, selama mempunyai tekad yang kuat, insyaallah bisa membuat blog sendiri.
CMS yang paling populer adalah WordPress dan Blogger/Blogspot. Jadi, sebenarnya saya sudah mengerti konsep CMS ini, tetapi baru tahu nama istilahnya.
Seperti kebanyakan blogger Indonesia, saya memulai perjalanan ngeblog dengan memilih CMS Blogspot/Blogger gratisan. Sesudah mencoba Blogspot, saya membuat blog satu lagi di platform WordPress.
Sebelumnya, saya lebih aktif sebagai penulis buku. Namun, beberapa saat setelah menulis di blog, saya mulai merasa yakin bahwa menjadi blogger adalah sebuah cita-cita yang terlambat datang.
Entah bagaimana, kemudian saya terdampar di sebuah acara Instagram live sebuah komunitas. Bukan komunitas menulis, tetapi lebih ke komunitas ibu-ibu yang kebetulan saat itu mendatangkan narasumber seorang blogger.
Sang blogger berkata, saat yakin bahwa kita ingin menjadi blogger, sebaiknya langsung mengambil langkah untuk membeli domain agar ke depannya tidak terlalu banyak link artikel yang berubah.
Saya yang memang telah bertekad menjadi blogger sejati, langsung merasa mendapat dukungan untuk segera bergerak. Tidak lama setelah itu, saya langsung membeli domain blog monicarasmona.com. Dan, dari sinilah petualangan membuat blog sendiri itu dimulai.
Membuat Blog Sendiri
Adanya CMS memang memudahkan kita dalam membuat blog sendiri. Namun, pastikan bahwa kalian punya semangat belajar karena banyak hal yang menuntut kita untuk selalu berpikir ke depannya. Intinya, ini merupakan hal yang bisa diusahakan, tetapi usahanya juga tidak sembarangan.
Saya mulai ngeblog di tahun 2020. Saat itu sebenarnya saya lebih fokus sebagai penulis buku, tetapi dalam perjalanannya saya merasa lebih nyaman menjadi seorang blogger. Meski demikian, jiwa sebagai penulis fiksi tidak pernah sepenuhnya hilang dari diri saya.
Big Why Ngeblog
Sebelum memulai sesuatu, sebaiknya kita tahu apa yang kita inginkan dan apa yang akan kita lakukan. Begitu pula saat hendak mengambil langkah menjadi seorang blogger, pastikan dorongan itu berasal dari dalam diri.
Blogging ini akan menguras pikiran, tenaga, bahkan uang, sehingga tanpa memiliki alasan yang kuat dalam ngeblog, semua akan terasa sangat berat. Jika ada yang penasaran uang untuk apa? Uang ini untuk membeli domain jika kita ingin menjadi blogger profesional.
Jangan khawatir, jika kalian ngeblog dengan serius, uang untuk membayar domain tahunan itu tidak akan mengambil jatah uang dapur. Namun, untuk di awal saat blog kita belum menghasilkan tentu kita harus berani mengeluarkan modal.
Akan tetapi, jangan pernah menjadikan uang sebagai tujuan utama. Nanti kita malah stres saat itu belum terwujud. Jalani saja dengan benar, seiring berjalannya waktu dan blog kita makin berkembang, insyaallah kesempatan itu pasti akan datang.
Membuat Blog Sendiri: Memilih CMS yang sesuai
Di atas telah disebutkan apa itu CMS. Saat kalian telah memiliki alasan kuat untuk ngeblog, tentukanlah platform mana yang akan kalian gunakan. Pilihlah antara WordPress atau Blogspot. Membuatnya gampang saja, tidak jauh berbeda dengan membuat akun-akun media sosial.
Karena masih versi gratis, jadi tidak terlalu menjadi persoalan kalian mau pilih yang mana. Atau kalian bisa membuat dua blog sekaligus di masing-masing platform untuk mengetahui keunggulan masing-masing.
Mulailah bangun habbit menulis. Siapkan waktu khusus untuk membuat artikel dan usahakan posting di hari dan jam yang sama. Ini bisa melatih disiplin dan konsistensi.
Bergabung dengan Komunitas Blogging
Sebisa-bisanya membuat blog sendiri memang lebih baik kita memiliki tempat untuk bertanya. Dan, tempat bertanya yang bisa dipercaya adalah sebuah komunitas yang berisi orang-orang yang melakukan hal serupa.
Tentu kita bisa berselancar di mesin pencari untuk menemukan jawaban akan pertanyaan-pertanyaan kita seputar dunia blogging. Namun, tanpa seorang guru, tidak mustahil kita akan tersesat dalam proses pencarian itu.
Bergabung dengan komunitas blogging pun bisa menambah jejaring. Kita tahu kita tidak sendiri dan itu bisa menambah semangat dan daya juang untuk terus maju dan berkembang.
Membuat Blog Sendiri: Beralih ke Top Level Domain
Setelah itu, langkah berikutnya adalah mengeluarkan modal untuk membeli domain. Di sini kalian harus sudah yakin akan ngeblog di WordPress atau Blogspot.
Untuk pemula, tentu Blogspot lebih masuk akal karena hanya perlu membayar domain. Sedangkan di WordPress, kita harus menyiapkan budget lebih untuk menyewa hosting.
Dalam perjalanan ngeblog, saya beralih ke TLD terlebih dahulu, baru bergabung dengan komunitas. Sehingga saat itu, saya tidak memiliki rekan yang bisa ditanyai pendapat tentang bagaimana baiknya seorang blogger pemula memilih CMS.
Yang bisa saya tanya hanyalah pihak penyedia jasa dan ia menyarankan WordPress untuk blogger pemula. Sebagai orang yang masih lugu, saya nurut saja tanpa tahu bahwa ke depannya sewa hosting WordPress akan lebih mahal lagi seiring kebutuhan memory yang lebih besar.
Akan tetapi, saya pun tidak bisa menyalahkan. Mungkin maksud penyedia jasa tersebut dengan menyebut WordPress lebih cocok dengan pemula itu karena WP tidak menuntut kita mengotak-atik blog. Semuanya bisa dilakukan hanya dengan install plug in yang dibutuhkan.
Mengambil Kelas Blogging
Setelah memiliki blog ber-TLD, janganlah kalian lantas berpuas diri. Masih banyak yang harus dipelajari perihal blogging dan hal ini bisa didapat dengan mengambil kelas blogging. Tidak perlu khawatir perihal budget karena ada beberapa kelas yang tidak memungut biaya.
Ilmu dan pengetahuan yang didapat dari kelas blogging ini bisa membantu kita untuk mengelola blog secara mandiri. Kita jadi tahu seluk-beluknya, jadi tidak perlu meminta bantuan teman atau teknisi untuk meng-handle blog.
Kelas-kelas blog tersebut biasanya tidak berlangsung singkat. Ini biasanya memakan waktu sekitar tiga bulan, jadi kembali lagi ke poin utama. Seberapa besar, sih, keinginan kita untuk membuat blog sendiri dan seberapa kuat big why kita untuk menjadi blogger profesional.
Big Why Ngeblog 2024
Entah sudah berapa kali saya menulis tentang big why ngeblog. Pengulangan ini memang perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana kita telah melangkah dan untuk membandingkan adakah yang berubah dari big why sebelumnya.
Tahun 2024 merupakan tahun ketiga semenjak saya men-TLD-kan blog. Saya merasa perjalanan blog ini belum stabil dan belum bisa dijadikan pegangan.
Kadang merasa banyak yang ingin ditulis, kadang merasa bingung mau nulis apa. Kadang sibuk mengerjakan job, kadang tidak ada job sama sekali. Pernah juara 1 lomba blog, pernah juga hanya jadi penonton kemenangan rekan blogger.
Dinamika ini, tentu tidak boleh dibandingkan dengan dinamika blogger lain. Bisa saja blogger lain melesat karena memang effort-nya juga nggak main-main.
Kalau sekadar motivasi, tidak ada larangan untuk belajar dari proses blogger lain. Namun, jika hanya untuk meratapi nasib tentunya itu tidak baik.
Saya pernah menulis big why dalam menulis secara umum. Kini dalam rangka evaluasi blog, saya menulis lebih detail perihal big why ngeblog 2024. Let’s chek this out.
Passion
Poin ini tentu menjadi poin pertama karena inilah fondasi dari apa yang saya usahakan selama ini. Memang kegiatan utama saya adalah mengurus rumah tangga, terlebih setelah anak mulai sekolah. Tugas saya pun bertambah, yakni antar jemput sekolah.
Akan tetapi, di sela-sela kegiatan itu, dengan penuh kesadaran, saya ingin menjadi blogger profesional.
Meskipun tidak mudah, dengan passion ini saya merasa tidak terbebani saat harus melakukan aktivitas seorang blogger.
Justru saya merasa bahwa saya butuh untuk melakukannya karena menulis sudah menjadi bagian dari diri. Tanpanya, keutuhan diri seakan tak ada lagi.
Otoritas
2020 awal saya belajar menulis fiksi dan di akhir tahun tersebut saya membuat blog versi gratis. Awalnya saya lebih banyak menghabiskan waktu dan pikiran untuk menulis buku. Namun, pada akhirnya saya merasa lebih nyaman ngeblog dan memutuskan untuk membeli domain.
Menerbitkan buku maupun ngeblog, keduanya memiliki aktivitas utama menulis. Namun, ada perbedaan mendasar perihal otoritasnya. Dalam proses menerbitkan buku itu melibatkan banyak pihak. Mulai dari penerbit, editor, proofreader, dan layouter.
Berbeda dengan ngeblog yang memberikan keleluasan penuh untuk membangun blog sesuai keinginan kita. Mulai dari memilih niche, tema, dan klien. Khusus klien, jika sudah deal, tentu blogger harus bekerja sesuai kesepakatan. Namun, terlepas dari itu wilayah otoritas blog masih lebih luas dari menerbitkan buku.
Sharing
Perjalanan menulis saya berawal dari keinginan untuk merilis suara-suara dalam kepala. Namun, setelah dijalani menulis itu tidak hanya tentang diri sendiri. Ada keinginan alamiah untuk memperluas kebermanfaatannya.
Awalnya saya ingin berbagi insight tentang sebuah buku. Saya ingin orang lain pun tahu ada buku bagus yang layak dibaca. Ada banyak ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan pengajaran yang terdapat dalam sebuah cerita fiksi.
Dalam perjalanannya, saya merasakan desakan kuat untuk berbagi hal-hal yang jauh lebih bermanfaat. Kemudian datanglah momen itu saat si cikal masuk TK.
Sekolah tersebut mengadakan kajian seminggu sekali bagi para wali murid. Maka, saya pun menuliskan intisari kajian tersebut di blog agar lebih banyak pihak yang bisa memetik manfaatnya.
Setelah si cikal lulus TK dan masuk SD, saya tidak terlalu sering mengikuti kajian karena acara kajian di SD belum sesering di TK. Oleh karena itu, saya mulai menonton kajian di Yotube agar tetap bisa menulis kategori kajian di blog.
Kebanggaan
Di tengah rasa rendah diri sebagai ibu rumah tangga, menjadi blogger adalah sebuah kebanggaan. Rasa bangga itu menumbuhkan kepercayaan diri. Bahwasannya seseorang yang mengurus rumah tangga pun bisa tetap berkarya dan berdaya.
Menjadi ibu rumah tangga selamanya menjadi tugas utama saya. Namun, aktivitas menulis menjadikan saya mempunyai semangat lebih dalam menjalani rutinitas dengan ruang gerak terbatas itu.
Persiapan
Saya memiliki dua anak, yang pertama berumur 8 tahun dan adiknya berumur 5 tahun. Si cikal sudah kelas 2 SD, sedangkan si bungsu baru akan masuk TK tahun depan.
Saya membayangkan, jika dua anak itu telah bersekolah tentu saya akan memiliki lebih banyak waktu luang. Berjam-jam tanpa kegiatan yang pasti tentu akan mendatangkan rasa bosan.
Oleh karena itu, blog yang sedang saya rintis ini bisa jadi akan menjadi aktivitas andalan saat menunggu anak pulang sekolah. Paling cepat mereka bubar pukul 12.30 untuk siswa TK. Terlebih, saya menjalani LDM dengan suami, pastinya blogging ini akan sangat membantu.
Penutup “Membuat Blog Sendiri dan Big Why Ngeblog 2024”
Konon masa keemasan blog itu sudah lewat, tetapi bagi saya itu tidak menjadi persoalan. Sedang dalam masa kejayaan atau tidak, saya telah menemukan passion saya dalam ngeblog dan bertekad untuk menjadi blogger professional.
Langkah awal menjadi blogger tentu membuat blog sendiri tanpa bantuan teknisi. Ini akan mendatangkan kepuasan lebih daripada sekadar terima jadi. Sebelumnya, pastikan kalian telah mempunyai big why ngeblog. Setelah itu bergabunglah dengan komunitas blog, TLD-kan blog, lalu mengambil kelas-kelas blogging.
Saat mengembara di rimbunnya rimba blogging, kalian tidak akan berhenti di tengah jalan jika telah menemukan big why. Di tahun 2024 ini, big why ngeblog saya adalah passion, otoritas, sharing, kebanggaan, dan persiapan. So, kalian sudah siap membuat blog sendiri?
ulfah justru lagi jalan juga merambah nulis buku, kaya gimana ya, ngeblog mau, punya buku karangan kita pun mauuuuu.
tinggal PR nya menyesuaikan beragam kebutuhan yang diperlukan media yang dipakai, pun memfokuskan apa dulu yang ingin dicapai.
lengkap sekali, mbak, artikelnya. panjang umur buat kita di dunia blog~
Setuju mba krn ngeblog itu juga memerlukan waktu, tenaga dan uang. Jd kalo ngga kuat di awal nantinya malah banyak mengeluhnya dan bingung.
Iya menulis di blog itu dia kelebihannya bisa kita sendiri yg sesuaikan mau dibawa kemana blognya.
Dulu aku juga berawal dari nulis buku, terus ngeblog. Ternyata emang nyaman ngeblog, haha. Konsep CMS ini sudah dipahami, namun istilahnya memang jarang disebutkan banyak blogger ya.
Semangat ngeblognya ya teh, ngeblog nggak bisa sendirian memang, mesti ikut komunitas biar tetap bertumbuh dan jaga konsistensi.
Bener banget, jadi harus enjoy menjalankannya. Kalau punya big why yang kuat, Insya Allah ya nulis juga jadi lancar dan nggak gampang bosen apalagi writer’s block.
Sepakat, perkuat big why-nya, ini yang akan menguatkan kita saat sedang ga mood atau ngedown karena bagaimanapun juga manusia tetaplah manusia yang semangatnya kadang naik dan kadang pula turun
Bener banget saya rasa masa kejayaan ngeblog sudah lewat ya. Sedih sih, tapi alhamdulillah pernah merasakan juga dapat cuannya. Big why saya tetap ngeblog saat ini mungkin karena masih ada rasa passion dan sharing saat berbagi cerita di blog. TETAP semangat nulis!
Ahay, tulisan ini mengingatkan saya ‘niat’ untuk ngeblog 12 tahun yang lalu. Meski terseok mudah-mudahan ‘big why’ ini tetap konsisten selamanya. Sukses terus ya!
Aku tertampar, huhuhu, belum bikin big why buat tahun ini, sementara tahun sudah separuh jalan. Semangat terus buat nulis dan menginspirasi ya Mbak 🙂
Sejak k kecil Saya suka sekali menulis, tapi baru beberapa tahun belakangan ini mengetahui bahwa menulis di blog itu menjanjikan. jadilah sekarang menggeluti dunia blogger dan menikmati segala prosesnya
Saya mulai ngeblog baru 3 tahun belakangan ini. Awal ngeblog karena tertarik tulisan teman-teman yang sharingnya sangat bermanfaat. Dan big why ngeblog saya adalah memanfaatkan waktu ( sebagai lansia) agar tidak pikun. Insya Allah dari ngeblog ini banyak manfaat yg saya dapatkan.
Membuat blog sendiri memang harus dimulai dengan pemantik yang benar-benar bisamenjadi penguat. Salah satunya dalah memunculkan big why
Kebanggaan, ini relate banget sama aku. Belum lama ini ada orang yang bilang, perempuan itu punya value kalo dia kerja. Langsung merasa sedih jadinya. Feels like, emang kalo jadi ibu rumah tangga nggak punya value ya? ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Kan sediiih ya kerjaan ibu rumah tangga yang segambreng gak ada habisnya itu dianggap tidak bernilai. Padahal jadi ibu rumah tangga juga perlu dihargai. Masih dibela2in nyambi nulis, masih dianggap gak punya value. Bikin insecure aja ya Allaah. Harusnya aku bangga, walaupun ibu rumah tangga kerjaan utama, tapi masih part timer juga jadi bloger..
Membaca ini mengingatkan saya pada beberapa tahun lalu ketika passion ngeblog sedang hype sehingga bikin blog wordpress ikut kelas dan ikut komunitas yg cocok pula. Semangat baru terpantik setelah lama saya tidak serius ngeblog