JNE Selaku Peranti Berbagi Hobi Melesat Menjadi Nomor Satu

Hobi atau kegemaran sejatinya merupakan sesuatu yang mesti bebas dari penghakiman. Tak ada salah dan benar, selama itu tidak merugikan dan membahayakan, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Kegemaran menjadi hal yang menjadi hak dasar bagi semua orang.

Saya pribadi sangat menyukai buku. Ini bukan suatu hal yang terjadi dalam satu malam. Sejak kecil Ibu sudah menyediakan bacaan. Sehingga dengan sendirinya habit membaca pun terbangun pada diri saya dan ketiga adik.

Beranjak dewasa, saya mulai bisa membeli buku sendiri. Puncaknya adalah setelah menjadi orang tua. Saya pun berkeinginan menyediakan buku-buku premium untuk anak. Tentu ini tidak murah, tetapi bagi yang paham, harga tersebut pantas. Mengingat itu memang berkualitas secara isi maupun fisik.

Saya menyisakan ruang pemahaman jikalau ada yang tidak mengerti mengapa bisa sesuka itu pada buku. Hal tersebut karena memang setiap orang berbeda kegemaran. Namun, itu tidak bisa menjadi alasan untuk menyepelekan atau menghakimi hobi orang lain.

Di sisi lain, saya pun menyediakan ruang yang sama untuk menghormati kegemaran tiap orang. Misal meskipun saya tidak paham kenikmatan mendaki gunung, tetapi saya mengerti pasti ada kegembiraan selama perjalanan ke atas, juga kepuasan ketika sampai di puncak. Sehingga, para penggemar hiking selalu ingin terus menerus merasakan sensasi itu.

Yang sedikit mengganggu adalah jika ada oknum yang melebihi batas. Bukan hanya memiliki rasa antipati, tetapi juga mengungkapkan pendapat yang bisa melukai orang lain. Padahal itu merupakan ruang pribadi yang tidak boleh sembarang orang acak-acak sekena hati.

Saya sangat memaklumi jika ada orang yang tidak suka buku, tetapi rasa kesal kerap menyergap jika ada komentar miring terhadap kegemaran membaca. Misalkan, “ngapain, beli buku terus? Udah buang-buang duit, buang-buang waktu pula.” Sekali lagi, ini merupakan kesenangan pribadi dan tidak ada yang berhak berkomentar negatif hanya karena berbeda kegemaran.

Kegembiraan dalam Menggeluti Hobi

Melesat menjadi nomor satu karena gembira bisa menggeluti hobi

Kredibilitas ruang pemahaman saya teruji saat berhadapan dengan kegemaran si belahan jiwa. Sejak kecil suami hobi piara dan sebaliknya saya bukan berasal dari keluarga penyayang binatang.

Kegemaran suami ini sempat terjeda di masa sebelum menikah. Saat itu dia lebih fokus menggeluti hobi pada sepeda low rider. Dia punya beberapa dan semuanya dimodifikasi sedemikian rupa. Pertama melihat sepeda jenis itu, saya langsung tahu bahwa penggemarnya memiliki selera unik.

Sepeda low rider tidak sering kita temui di jalanan. Saya pribadi baru melihatnya saat pendekatan dengan suami. Body-nya panjang dengan stang yang lebih tinggi dari sepeda pada umumnya. Saya tidak pernah mencoba menaikinya, tetapi tampaknya saya tidak akan bisa mengendarai sepeda itu.

Setelah melangsungkan pernikahan, suami tetap menjalani hobinya tersebut. Pada suatu perayaan 17 Agustus, sepedanya turut serta dalam pawai yang diadakan di kampung halaman. Kegembiraan hadir dari kegemaran yang tersalurkan tersebut.

Akan tetapi, makin lama mengarungi bahtera rumah tangga, makin jarang pula suami ke luar rumah. Circle pertemanannya pun menyempit, padahal saya tidak melarang dia bergaul. Waktu yang lebih banyak dihabiskan di rumah menyebabkan hobi bersepeda tidak lagi terlalu menarik baginya.

Maka dari itu, dia mulai kembali pada kegemaran masa kecilnya, yaitu hobi piara yang bisa dilakukan cukup di rumah saja. Dengan dalih demi anak-anak, dia sempat memelihara kelinci. Namun, itu tidak bertahan lama karena hewan lucu tersebut mati entah mengapa.

Yang membuat naik pitam, dia dengan kesadaran penuh memelihara seekor biawak. Tentu saja saya tidak setuju. Ini bukan berarti saya tidak memahami kegemarannya. Namun biawak, sekali lagi biawak, jelas-jelas tidak berada di ruang pemahaman saya.

Ini menjadi penting untuk saya luruskan. Maksud dari kegemaran tidak boleh menerima penghakiman itu selama kegemaran tersebut tidak ekstrem dan mengganggu kenyamanan orang sekitar. Untungnya, tanpa harus bertindak biawak itu kabur meninggalkan pemiliknya.

Melepaskan = Berbagi Kebahagiaan

Berbagi kebahagian melalui hobi

Setelah melewati masa perenungan yang cukup panjang, akhirnya suami memutuskan untuk menjual sepedanya. Hasil dari penjualan itu rencananya akan dia jadikan modal untuk membuat kolam ikan di depan rumah.

Tentu ini bukan hal mudah, mengingat dia selama ini merawat sepeda itu dengan baik. Telah banyak waktu, dana, dan tenaga yang dikeluarkan demi kegemaran terhadap low rider tersebut. Namun, kini kondisinya telah berubah. Meskipun hadir duka yang terselip, suami yakin akan ada lebih banyak kebaikan yang tercipta ke depannya.

Sepeda yang sudah jarang dipakai tentu akan mendatangkan lebih banyak kebahagiaan dan manfaat di tangan pemilik baru. Dengan melepaskannya, berarti suami berbagi kesempatan terciptanya kegembiraan yang lebih luas. Sepeda tersebut pun kemungkinan akan lebih terawat.

Suami segera mengiklankan sepeda itu dan tidak berselang lama muncullah orang yang tertarik untuk membeli. Layaknya proses jual beli, tentu terjadi adu tawar harga. Suami menurunkan sedikit dari harga yang dia ajukan di awal.

Setelah sepakat, selanjutnya kami harus memilih ekspedisi apa yang bisa meng-handle urusan ini. Mengirim sepeda ke luar kota tentu bukan masalah yang sederhana. Selain itu, ini adalah pengalaman pertama mengirim barang yang cukup besar.

Banyak hal yang mesti kami pertimbangkan. Pertama soal harga, tak terbayang berapa ongkos kirim untuk pengiriman sepeda tersebut. Kalau misalkan biaya 1kg saja Rp. 12.000, tentu ongkos kirimnya bisa ratusan ribu untuk sepeda dengan berat puluhan kilogram. Meskipun pembeli yang menanggung ongkir, biaya yang besar bisa sangat memengaruhi jadi tidaknya sebuah transaksi.

Yang kedua, bagaimana pula cara mengemas benda semacam itu? Saya benar-benar tidak memiliki gambaran. Kemudian yang terakhir, kami harus benar-benar cermat dalam memutuskan ekspedisi mana yang bisa menjamin sepeda itu sampai ke tujuan dengan selamat.

Melesat Menjadi Nomor Satu

JNE melesat menjadi nomor satu
Sumber gambar: Akun IG jne_id Melesat Menjadi Nomor Satu

Suami dan calon pembeli tidak saling mengenal, oleh karena itu mereka memutuskan untuk untuk bertransaksi via marketplace. Dalam proses itu biasanya pihak mereka memberikan beberapa tawaran perihal ekspedisi mana yang akan dipilih.

Apa pun pilihannya, #JNE selalu menjadi yang utama. Perjalanan panjang #JNE34Tahun menjadi bukti nyata eksistensinya di bidang jasa pengiriman. Ia menjadi pioneer akan tumbuh suburnya ekspedisi lain dewasa ini. Namun, sebanyak apa pun yang muncul, juaranya tetap yang mampu bertahan.

Dalam kurun waktu tiga dasawarsa lebih, #JNE34SatSet menjadi faktor utama kekokohan fondasi bisnis mereka. Tentu tidak ada yang sempurna, tetapi JNE berkomitmen untuk terus memperbaiki dan meningkatkan pelayanan.

Salah satu upayanya adalah dengan menggelar acara sosialisasi untuk menyatukan pemahaman dan strategi perusahaan. Hal ini tampak pada event Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), Rabu (23/4), bertempat di Ballroom Kantor Pusat JNE, Tomang Raya, Jakarta Barat. Selain melesat sat set, #JNEInspirasiTanpaBatas tampak di sini bahwa selain kecepatan, ketepatan pun harus menjadi prioritas.

Angka 34 menambah daya bagi JNE melesat menjadi nomor satu. Untuk merayakan usia tersebut, JNE #connectinghappiness ke berbagai lini masyarakat. Bukan hanya kebahagian berupa pengenalan helm dan jaket baru kurir. Namun, kebahagian itu juga sampai kepada pedagang sekitar kantor JNE yang mendapat angpau.

Puncaknya, kebahagiaan itu makin melimpah ruah pada Minggu, 1 Desember 2024. Di Jakarta International Velodrome, sekitar 7.000 karyawan hadir untuk menjadi saksi perayaan HUT ke-34 JNE. Berbagai apresiasi, JNE berikan kepada para karyawan terbaik. Dengan hadiah mulai dari 34 motor hingga dua unit rumah. Selain itu, JNE memberikan santunan kepada keluarga dari karyawan yang mengalami kecelakaan maut.

Penutup “Melesat Menjadi Nomor Satu”

#ConnectingHappiness bersama JTR: JNE Kargo

#ConnectingHappiness bukan kali ini saja JNE lakukan. Di tahun-tahun sebelumnya, selama ekspedisi ini ada di Indonesia, ia telah menjadi peranti penghubung kebahagiaan. Dengannya, jarak tidak lagi menjadi alasan untuk tidak berbagi dengan orang tersayang.

Seperti seorang teman yang hendak memberikan hadiah ulang tahun atau seorang ayah yang ingin menghadiahi sang anak yang menjadi bintang kelas. Ini hanyalah sekelumit kisah yang menjadi indah karena tidak perlu resah kala harus mengirimkan barang ke mana pun. Selalu ada JNE yang melesat menjadi nomor satu.

Melalui JNE pula keriaan perihal hobi makin merajalela. Dengan seseorang penyuka hobi yang sama, kita bisa saling berinteraksi dan bertransaksi. Seperti halnya dengan yang suami lakukan, dia tidak menyimpan kebahagiaannya sendiri. Saat merasa sudah cukup, dia menjual sepedanya. Ada harapan bahwa kebahagiaan yang pernah dirasakan bisa menular pada orang lain.

Perihal sepeda yang berukuran besar, itu tidak menjadi masalah. JNE menghadirkan JTR atau JNE Trucking untuk mengatasinya. Tidak perlu khawatir harus membayar mahal karena tarifnya berbeda dengan yang reguler. Suami mengirim sepeda itu pada tahun 2020 dan ongkos kirimnya sebesar Rp. 45.000 untuk sepeda dengan berat puluhan kilogram.

Suami mengayuh sepeda tersebut ke kantor cabang JNE terbesar di kota kami. Dia tidak tahu bagaimana seharusnya mengemas benda tersebut. Alhamdulillah, karyawan JNE bersedia membantu. Terima kasih JNE telah menjadi peranti berbagi hobi. Saya yakin, di luar sana banyak juga kebahagian yang tersebar melalui JNE.

Bagi para content creator, JNE juga memberi kesempatan untuk meraih kebahagiaan melalui #JNEContentCompetition2025. Jika menjadi juara, tentu uang jutaan menanti di depan mata. Ada empat kategori yang bisa dipilih, yakni video, design, photography, atau writing competition. Kalian tertarik untuk ikutan, Playmates? Segera kirimkan karya terbaik kalian sebelum bulan Juni berakhir, ya.

 

Referensi: https://jnewsonline.com/

20 pemikiran pada “JNE Selaku Peranti Berbagi Hobi Melesat Menjadi Nomor Satu”

  1. JNE ini emang banyak menyambung cerita dari banyak orang lho. Saya sendiri punya kenangan manis dengan JNE bersama ibu. Meski katanya cuma kurir, nyatanya JNE bisa membawa banyak cerita bagi pelanggannya.. ❤️

    Balas
  2. JNE menjadi pilihan utama ketika belanja di market place karena amanah, aman, dan cepat sampai. Meski kini banyak jasa pengiriman, namun JNE tetap menjadi pilihan terbaik.

    Balas
  3. Saya juga suka banget sama buku, sampai-sampai kalo mau pergi harus bawa buku. Biar bisa nyaman dalam perjalanan..

    Kalo urusan kirim paket, memang JNE pilihan tepat. Aman dan cepat sampai.

    Balas
  4. Oh MG.. ternyata ada juga yang hobi miara biawak ya haha…sumpah aku speechless. Tapi kalau udah hobi, emang bisa gitu ya. Untungnya sekarang udah ganti miara ikan ya mbak.
    Btw, aku juga pernah ngirim paket dalam ukuran besar, pakai JTR tuh harganya ramah dikantong banget. Udah gitu, packing kayunya bikin nggak perlu worry. Thank you JNE.

    Balas
  5. Cerita ini bener-bener nunjukkin bagaimana hobi bisa menyatukan orang dan menghadirkan kebahagiaan yang sederhana tapi bermakna. Menarik juga melihat JNE mendukung perjalanan hobi sampai bisa memberi pengalaman baru bagi orang lain.

    Balas
  6. Yang satu hobi baca buku, yang satu hobi sepedaan, disatukan dalam ikatan keluarga…
    Berkeluarga memang seni berkompromi, ya, di mana perbedaan bisa menjadi keunikan tersendiri untuk menjadi bahan diskusi ringan dengan pasangan

    Balas
  7. Hobi suaminya unik banget, Teh. Nggak pengen cobain sepedanya? Tapi emang susah sih yaa bawanya, haha. Aku jadi ngebayangin aku juga nggak akan bisa dengan stang panjang gitu, apalagi aku pendek, wkwk.
    Tapi, dari hobi suami tuh kita jadi tau wawasan terkait sepeda unik yaa. Kayak hobi suamiku juga yang suka naik gunung.

    Serius teh ada yg komentar negatif tentang membaca buku? Kirain ngak ada yg komentar negatif, secara kan orang suka baca itu keren bangeeeet.

    Alhamdulillah ada JNE yaa, nggak usah dihitung ratusan ribu, tapi justru malah terjangkau banget dengan berat sepeda puluhan kg. Plus dibantu packing lagii. Keren pisan.

    Balas
  8. Memori baik yang aku ingat tentang JNE adalah tentang pengiriman dokumen saat rajin apply beasiswa dulu. Ongkirnya masih terjangkau banget dan kepastian sampainya tepat. Pernah saat pengurusan visa di Jakarta aku ngggak datang sendiri, tapi dibantu pihak ketiga. Pasopor juga dikirim ke Aceh dari Jakarta via JNE dengan layanan hanya satu malam udah sampai. Lega banget nggak telat.

    Balas
  9. Memori yang paling ku kenang tentang JNE itu saat paketku tidak sampai dan komplain langsung di proses sama pihak JNE dan alhamdulillah diganti semua kerugian yang diterima. Walau pernah merasakan hal tersebut tidak membuatku berpindah, tetap JNE jadi pilihan utama untuk pengiriman barang

    Balas
  10. Wah, menarik banget baca perjalanan JNE yang bukan cuma fokus di layanan logistik, tapi juga aktif mendukung berbagai komunitas dan hobi masyarakat! Salut dengan semangat kolaborasi dan inovasinya yang bikin JNE tetap relevan dan bahkan melesat jadi nomor satu. Terasa banget bahwa keberhasilan JNE nggak cuma soal kecepatan kirim, tapi juga karena nilai-nilai berbagi dan kebermanfaatan yang dipegang teguh. Terima kasih sudah mengangkat sudut pandang inspiratif ini, Kak Monica!

    Balas
  11. justru aku bertanya sebenarnya, kenapa bisa sesuka itu pada buku ya mbak? dan akhirnya terjawab karena waktu itu sempat mau tanya sama mbak monica. So far so good, great job banget ini. Bisa menularkan hobi ke anak. Dan jika mau buku sekarang, semakin mudah, tinggal niat dan duitnya. Kan ada pengiriman paket JNE ya mbak. so inspring

    Balas
  12. JNE selalu di hati, pelayanannya sat set dan ramah..dulu sering ngirim dokumen penting via JNE, sayangnya ongkir ke rumah kami belum terlalu ramah..yook ayook JNE hehe

    Balas

Tinggalkan komentar