Banyak pelajar sekolah menengah pertama yang belum bisa membaca dan menulis.
Percayakah kalian dengan berita di atas, Playmates? Meskipun terdengar mustahil, tetapi kejadian tersebut sempat viral beberapa waktu lalu. Kalau sudah begini, apakah les membaca dan menulis bisa menjadi solusi? Simak terus artikel ini sampai tuntas, ya.
Sejujurnya, saya termasuk tim orang tua yang tidak mewajibkan anak untuk bisa membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar. Beruntung, saya menemukan taman kanak-kanak yang memiliki pandangan yang sama akan hal tersebut.
Taman kanak-kanak tersebut berada di bawah naungan yang sama dengan sebuah sekolah dasar Islam terpadu. Dengan melanjutkan dari TK ke SDIT itu membentuk keselarasan karena tidak ada ketentuan tes baca saat pendaftarannya.
Selama proses belajar di TK, pihak sekolah tidak secara masif mengajarkan baca tulis. Namun, membiasakan berbagai kegiatan pra-menulis yang bisa menjadi fondasi literasi.
Keyakinan saya ihwal belum perlunya anak mengikuti les membaca adalah berdasar pernyataan seorang psikolog. Saat itu, pihak sekolah si cikal mengadakan kajian parenting. Dalam kesempatan itu, seorang wali murid bertanya kepada narasumber.
Apakah yang perlu kita persiapkan saat anak hendak masuk sekolah dasar?
Ternyata jawaban sang narasumber bukanlah kursus membaca anak, melainkan saran untuk menghabiskan jatah bermain anak.
Bukankah masa belajar itu sangat panjang, sedangkan masa bermain hanya beberapa tahun saja? Sehingga kurang elok jika kita mengambil jatah bermain anak hanya untuk menambah masa belajar.
Akan tetapi, terkait fenomena anak SMP belum bisa membaca yang telah disinggung di atas, apakah lantas menimbulkan urgensi les membaca dan menulis?
Tips Anak Cepat Membaca
Meskipun di TK si cikal tidak dituntut bisa membaca, alhamdulillah dia sudah bisa melakukannya sebelum masuk SD. Tentu ini berkat guru-gurunya yang memberikan berbagai stimulus dalam kegiatan bermain sambil belajar sesuai kurikulum.
Adapun kita sebagai orang tua bisa membangun kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tercapainya kemampuan membaca anak. Hal-hal tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
Rutin Membacakan Buku
Sebenarnya tujuan utama dari rutin membacakan buku bukanlah agar anak bisa cepat bisa membaca. Jauh lebih dari itu, esensinya adalah untuk membentuk anak agar germar membaca nantinya.
Akan tetapi, dalam perjalanannya, kegiatan ini bisa membuat anak noticed terhadap bentuk dan bunyi huruf. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita membacakan buku dengan suara lantang.
Mengenalkan buku tidak mesti menunggu anak bisa membaca. Sedini mungkin, kita bisa memfasilitasi anak dengan buku-buku bergambar. Di pasaran, kini banyak buku khusus anak yang menarik dan aman.
Biasanya buku-buku tersebut tebal karena terbuat dari boardbook, tetapi ujungnya tidak runcing. Minusnya, harga semacam ini relatif mahal. Namun, harga tentu berbanding lurus dengan kualitas.
Mengenalkan Huruf dan Suku Kata
Telah banyak orang tua yang melakukan hal ini, yakni dengan menempelkan poster huruf di dinding kamar. Namun, kebanyakan belum memaksimalkannya dengan baik.
Huruf-huruf tersebut terpampang dengan jelas sehingga menjadi pemandangan biasa bagi anak. Ini bisa membuat huruf tersebut tertanam dalam benak anak secara tidak sadar.
Pengenalan terhadap huruf itu akan lebih mudah jika kita melagukannya. Lagu tersebut begitu populer, saya yakin semua orang tua mengetahuinya.
Setelah anak familier dengan huruf, mulai kenakanlah cara membaca per suku kata. Tidak perlu kita eja, lansung ajarkan “ba,ca,da” dan seterusnya.
Memanfaatkan Flashcard
Agar anak lebih tertarik, kita bisa mengenalkan huruf dengan alat bantu. Salah satunya dengan menggunakan flashcard. Banyak permainan yang bisa kita mainkan dengan memanfaatkannya.
Flashcard tersebut biasanya juga menampilkan gambar, sehingga anak lebih mudah memahami konsep bunyi. Di sini, kita sebagai orang tua dituntut untuk terlibat secara utuh dalam permainan tersebut.
Melibatkan Lingkungan Sekitar
Huruf yang telah anak tahu akan makin tertanam di kepala anak, jika kita mengaitkannya dengan lingkungan sekitar. Kita bisa melabeli apa yang ada di rumah, misal nama di pintu kamar, penamaan bumbu dapur, doa, atau kutipan.
Tentu ini membutuhkan effort lebih karena kita harus kreatif membuatnya. Jika tidak bisa, kita bisa membeli yang sudah jadi. Selain menjadi media anak belajar baca, rumah pun bisa tampak lebih estetik.
Begitu pun saat ke luar rumah, kita bisa menguatkan ingatan anak perihal alfabet. Semua huruf di reklame, rambu lalu lintas, atau nama jalan bisa menjadi bahan pembelajaran membaca bagi anak.
Les Membaca dan Menulis
Jika anak sudah masuk sekolah dasar, tetapi masih belum bisa membaca, inilah saatnya bagi orang tua untuk mempertimbangkan untuk memasukannya ke tempat kursus membaca. Jangan menundanya agar tidak terjadi kasus yang disebut di pembukaan artikel ini.
Kita memang menyekolahkan anak dengan berbagai ekspektasi pada pihak sekolah. Namun, adakalanya kita harus cepat tanggap tanpa harus selalu menunggu feedback sekolah, salah satunya ihwal kemampuan membaca ini.
Rekomendasi Tempat Les Membaca dan Menulis

Seyogyanya pihak sekolah dan wali murid bekerja sama dalam membimbing tumbuh kembang anak. Namun, tidak ada salahnya orang tua memberikan tambahan input untuk anak di luar sekolah.
Misalnya, saat anak tak kunjung mahir membaca dan menulis padahal sudah lebih dari satu tahun duduk di bangku sekolah dasar. Segeralah cari les membaca anak yang kompeten.
Pentingnya Literasi
Melansir dari website Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, literasi memang tidak bisa kita lepaskan dari bahasa. Kemampuan dasar berbahasa, yakni membaca dan menulis menjadi indikator kemampuan literasi seseorang. Dan, salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui pendidikan.
Dalam hidup kita, pendidikan dan kemampuan literasi memegang peranan penting. Tingkat melek huruf di suatu negara berdampak langsung pada kemajuan negara tersebut.
Lebih lanjut, tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat kita wariskan dari generasi ke generasi tanpa terbatas waktu. Dalam dunia pendidikan pun, kita mutlak memerlukan tulisan berupa buku-buku pelajaran.
Fakta pentingnya buku dalam dunia pendidikan seharusnya menumbuhkan kesadaran pada semua pihak bahwasannya para penulis itu merupakan pahlawan. Mereka menjadi jembatan atas berhasilnya proses transfer ilmu.
Menjadi pintar itu istimewa, tetapi akan lebih bermanfaat andaikata orang-orang pintar tersebut mampu menuliskan ilmu yang mereka kuasai. Dengan tulisan itu, ilmu mereka akan abadi, bahkan ketika mereka tidak ada lagi di dunia.
Hal ini makin mengukuhkan betapa pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para generasi muda termasuk pelajar dan mahasiswa untuk membudayakan kegiatan literasi.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, salah satu tahap awal untuk membantu anak cepat membaca adalah memfasilitasinya dengan les membaca dan menulis. Namun, tidak sampai di situ, kita harus memastikan tempat kursus membaca anak tersebut menawarkan bimbingan literasi yang lebih menyeluruh.
Bahasa Indonesia Kumon, Les Membaca dan Menulis yang Tidak Monoton
Apa yang pertama tersirat saat kalian mendengar kata Kumon, Playmates? Kalau saya langsung terbayang teteh-teteh Cindo yang viral karena les bahasa Inggris di Kumon selama kurang lebih 17 tahun.
Selama ini, saya memang mengenal Kumon sebagai tempat kursus bahasa Inggris. Selain itu ada juga les matematika. Namun, saya baru tahu ternyata ada subjek bahasa Indonesia juga di Kumon.
Untuk mengetahui program belajarnya, saya langsung meluncur ke akun Instagram Kumon. Dalam salah satu postingannya, ia memaparkan bahwa menurut buku Montessori Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja terdapat dua tahap dalam pengajaran membaca.
Tahap pertama adalah pra-membaca dan tahap kedua merupakan teknis membaca. Biasanya, kita lebih fokus pada tahap kedua, padahal tahap pertama merupakan kunci kesuksesannya.
Tahap pra-membaca meliputi mendengar kata-kata berima, menyimak dongeng, dan membaca dengan nyaring. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa membantu anak memahami apa yang dia baca.
Di Kumon, para murid bisa mengembangkan kemampuan membaca yang memiliki manfaat sebagai berikut:
- Melatih siswa untuk membaca bersuara,
- Menambah perbendaharaan kata,
- Meningkatkan kemampuan menulis dan menghapal, serta
- Membuat siswa gemar membaca.
Penutup “Les Membaca dan Menulis”
Peradaban terus berkembang hingga kini dan tulisan menjadi poin penting akan keberlangsungannya. Melalui bukti tertulis tersebut, ilmu, peristiwa, penemuan, dan hal penting lainnya menjadi kebal melawan waktu.
Para penulis itu adalah pahlawan. Baik mereka yang menorehkan kisah di atas kulit, pohon, batu, dan kertas hingga berbentuk buku di zaman modern seperti sekarang. Berkat mereka, ilmu dan pengetahuan terwariskan, sehingga bisa terus disempurnakan.
Oleh karena itu, sepatutnya semua orang memiliki keterampilan menulis agar dapat berbagi. Sebagai orang tua, kita pun mempunyai kewajiban memberikan bekal untuk anak agar memiliki kemampuan berliterasi.
Upaya menanamkan keterampilan literasi pada anak bisa kita mulai dari lingkungan rumah. Mulailah kebiasaan membacakan buku, kenalkan huruf dan suku kata, manfaatkan flashcard, dan menjadikan lingkungan sekitar sebagai bahan untuk mengajarkan membaca.
Setelah itu, kita bisa memantapkan kemampuan literasi anak dengan mengikutsertakannya les membaca dan menulis di Kumon. Mengapa Kumon? Karena di sana, anak tidak hanya mempelajari teknik membaca tetapi juga mengenalkan kegiatan pra-membaca. Yuk, segera bergabung dan jadikanlah anak sebagai calon pahlawan literasi.
Ow di Kumon sekarang ada les membaca juga ya? Saya kira cuma les berhitung saja. Wah, pasti seneng nih para ibu untuk ngajak anaknya les di Kumon.
Kumon sangat membantu untuk tumbuh kembang anak, aku dulu juga begitu 😀
Ya penting sekali menbersamaii anak dengan kegiatan menulis dan membaca sebagai awal mereka mengenal dunia dan cita-cita
Ternyata Kumon ada les membaca juga, ya. Recommend nih kalo Kumon. Tapi emang kalo anak sudah memasuki usia dasar dan belum bisa membaca jadi dilema tersendiri. Mengingat pelajarannya yang beda banget dengan tingkat TK. Kasian juga anaknya akan kesulitan untuk mengimbangi dengan teman-temannya.
Pas baca statement itu jujur aku bingung, kok bisa ya SMP belum bisa baca? Mau nyari tahu ini salah siapa, salah kurikulum atau kenapa, kayaknya sudah gak sempat. Yang penting sekarang ngajarin anak baca tulis dari rumah. Aku juga setuju, anak gak perlu bisa baca sebelum masuk SD, kasian stres kalo dipaksa belajar. Tapi aku juga udah mulai mengenalkan huruf dan suku kata dari sekarang. Wuuuh, lumayan ya effort nya masyaAllah hehe. Tapi gapapa, asal anaknya enjoy aja dulu. Mungkin aku perlu nyobain les baca di Kumon..
Kumon memang sudah terpercaya, ya. Siapa sih yang ga kenal Kumon.
Tapi kemarin-kemarin taunya Kumon itu buat les matematika, ternyata ada buat les membaca dan menulis juga, ya. Mantap nih. So recommended buat ayah bunda yang sedang mencari informasi tempat les membaca dan menulis buat sang anak
Sewaktu masih ngajar di SMP, yang bikin kaget itu bukan sekedar siswa belum bisa baca, tapi banyak sekali siswa bisa baca tapi nggak paham apa yang dibaca. Itulah kemudian yang jadi tugas besar setiap orang tua, guru, dll, untuk meningkatkan minat baca siswa. Tantangan yang sangat berat sekedar mengajak siswa ke perpustakaan buat baca buku. Semangat terus para pejuang literasi, termasuk les membaca dan menulis Kumon yang turut hadir mencerdaskan anak bangsa.
Saya mau kasih saran untuk orangtua yang merasa membeli boardbook terlalu berat. Karena boardbook itu sifatnya awet, coba deh, cari boardbook bekas. Saya yakin banyak yang kondisinya masih bagus. Selain itu, kalau beli baru pun juga bisa dipakai turun-temurun sampai ke adik-adiknya. Jadi, menyediakan buku bukan sesuatu yang merugikan, namun investasi jangka panjang.
Aku kayak nggak yakin gitu ya anak SMP nggak bisa baca, seriusan lho. Sampai ada berita yang nge-up ini. Masa sih…masa sih Masih ada anak yang ga bisa baca padahal udah kelas tinggi. Karena Tau banget anak-anakku sejak TK udah digembleng baca tulis sejak dini. Mau heran tapi ini kenyataan. Kayaknya emang kampanyenya harus lebih gencar lagi nih kita, kayaknya ini peran semua pihak. Nah di Kumon kan ada kelas Bahasa Indonesianya, bisa ikutan kelas Coba gratis dulu juga bisa kan.
Kukira kumon itu hanya berhitung saja loh, ternyata ada membaca juga. Sedih lihat berita ada siswa SMP yang belum bisa baca, padahal itu gerbang awal untuk literasi
Kumon yg terkenal dgn les matematika nya, trnyata ada les membaca jga ya Mba..
Baru tau aku…
Tpi emang suka sedih sih sama kemampuan literasi anak skrg..
Kebanyakan nonton scra digital jdi ngkin byk yg ogah2an baca ya. Baca pun mgkin sekadar baca tpi blum tentu bisa paham apa yg dibaca.