Irwan Bajang Serius Mencari Ahli Waris di Dunia Menulis

Teman-teman, ada info menarik dari tiga penerbit. Mereka sedang mencari naskah-naskah terbaik kalian untuk mendapatkan kontrak terbit, royalti, dan kelas menulis eksklusif bersama para editor dan dewan juri. Ada hadiah uang tunai total Rp. 22.500.000 bagi sembilan pemenang naskah terpilih juga.

Demikianlah salah satu caption yang ada di akun Instagram Irwan Bajang. Tidak bisa kita mungkiri event semacam ini memang bisa menambah motivasi bagi para penulis pemula.

Dalam kegiatan literasi tersebut Irwan Bajang bertindak sebagai satu dari empat orang dewan juri. Para dewan juri yang kredibel di bidangnya merupakan salah satu tanda acara tersebut memang berkualitas dan jauh dari penipuan.

Penipuan ini memang musuh besar bagi para penulis awam yang sedang semangat menambah jam terbang dengan mengikuti berbagai kegiatan literasi. Ada saja pihak yang mencari celah untuk mengambil keuntungan secara tidak jujur.

Oleh karena itu, penulis patut waspada. Salah satunya dengan cross check berbagai aspek lomba, terutama dewan juri. Nama Irwan Bajang menjadi garansi akan kualitas sebuah kegiatan literasi. Kiprahnya di dunia tulis-menulis telah mengalami metamorfosis. Namun, dia tidak egois, sang penulis kerap berbagi ilmu demi mencari ahli waris.

Independent School, Wahana Tulis-Menulis Gratis

Independent School, Wahana Tulis-Menulis Gratis
Sumber gambar: akun IG Irwan Bajang

Sudah jarang anak muda zaman sekarang yang memiliki hobi menulis, kecuali menulis curhatan berupa status di media sosial.

Berangkat dari fenomena tersebut, pemuda asal Lombok, NTB ini, bertekad untuk menyebarkan virus menulis yang telah terlebih dahulu menyerangnya. Bajang berharap nantinya muncul para sastrawan Indonesia yang mendunia.

Untuk mengakomodasi harapan tersebut, dia bersama kawan-kawannya mendirikan sebuah wahana tulis-menulis gratis bernama Independent School di Yogyakarta pada tahun 2011.

Kegiatan Independent School berupa pendampingan kepada murid SD, SMP, SMA, sanggar anak, dan komunitas yang meliputi workshop, latihan kepenulisan, dan tentu saja akhirnya semua bermuara pada upaya penerbitan buku.

Semua kegiatan di atas bermula dari aktivitas membaca bersama dan meresensi buku. Hal tersebut sepenuhnya bukan merupakan sesuatu yang mengherankan karena membaca dan menulis selamanya tidak dapat dipisahkan.

Tentu ini bukan hal mudah, tetapi kegigihan alumnus Universitas Veteran Yogyakarta tersebut telah membuahkan penghargaan bergengsi pada tahun 2018. Bagi Bajang, sebenarnya ini merupakan hal yang sederhana. Dia “hanya” berbagi kebahagian melalui apa yang membuatnya bahagia. Tanpa berekspektasi bahwa kesenangannya pun akan membuat orang lain senang.

Hal ini tentu menjadi pengingat bagi kita bahwa untuk berdampak bagi masyarakat luas tidak perlu melakukan hal luar biasa di luar jangkauan. Cukup mengenali diri sendiri dengan baik, temukan versi terbaik diri, kemudian berbagi dengan sepenuh hati.

Indie Book Corner, Wadah untuk Para Penulis Pemula

Indie Book Corner, Wadah untuk Para Penulis Pemula
Sumber gambar: akun IG Indie Book Corner

Semua yang diucapkan berlalu bersama angin, (sedangkan) yang ditulis abadi. (Irwan Bajang)

Pemilik nama lengkap Irwan Firmansyah ini tahu benar jika tidak semua naskah bisa menemukan jalan mulusnya untuk terbit. Lelaki yang kini menetap di Kota Gudeg ini pernah bekerja di sebuah penerbit, sehingga dia melihat sendiri ada banyak naskah layak terbit, tetapi terabaikan.

Penerbit sendiri ada beberapa jenis. Yang paling populer tentu saja penerbit mayor. Hampir semua penulis berlomba-lomba untuk menerbitkan karya di sana. Sayangnya, untuk tembus ke sana, persaingannya sangat ketat.

Naskah yang ditolak penerbit mayor tidak selalu karena kualitasnya yang buruk. Bisa jadi karya tersebut kurang menjual atau tidak sesuai market yang sedang nge-tren atau viral.

Itulah landasan utama yang mendorong Bajang untuk mendirikan sebuah penerbit indie bernama Indie Book Corner. Bajang memberi kesempatan bagi para penulis pemula untuk memeluk bukunya sendiri.

Kepada Andy F. Noya di acara Kick Andy, Irwan Bajang menegaskan bahwa menulis itu adalah sebuah kerja kebudayaan. Dengannya, kita bisa mengenal diri kita, melestarikan kebudayaan, dan memajukan peradaban.

Bagi Indie Book Corner setiap cerita memiliki keistimewaan tersendiri. Sekalipun itu cerita personal yang tidak memperhitungkan jangkauan yang luas. Karena melalui tulisan seperti itulah, kita bisa mengenal leluhur dan anak cucu pun berkesempatan mengetahui kisah kita melalui tulisan.

Meskipun, misal kita tidak diberikan rizki umur yang cukup panjang untuk bercerita tentang diri secara langsung pada cucu dan cicit. Kita tetap bisa merasa erat karena ada warisan berupa tulisan.

Patjarmerah, Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku Keliling Nusantara

Patjarmerah, Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku Keliling Nusantara
Sumber gambar: akun IG Patjarmerah

Sebab akses literasi yang merata dan setara adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Selain Independent School dan Indie Book Corner, Irwan Bajang juga aktif di komunitas literasi lain, yakni Patjarmerah. Pegiat literasi lain yang kerap ada di event ini adalah Ivan Lanin.

Komunitas ini memiliki mobilitas tinggi karena memang mempunyai agenda besar mendatangi berbagai kota di Nusantara dengan tujuan meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap literasi. Setiap acaranya digelar, mereka menghadirkan ribuan buku.

Patjarmerah biasanya stay di sebuah kota untuk beberapa hari. Misalnya di kota Malang, mereka menargetkan 500 pengunjung, ternyata yang hadir lebih dari 5.000-an. Tentu ini merupakan angin segar bagi perjuangan mereka.

Pasar Buku Keliling mempunyai andil dalam menyebarluaskan pesan bahwa berkawan dengan buku itu seru. Lebih jauh lagi, setelah gemar membaca terbentuk, keinginan untuk menulis niscaya akan turut timbul.

Yang membuat event ini lebih berkesan adalah adanya tema khusus. Masih dalam acara Patjarmerah di Malang, mereka mengambil tema musim panas karena vibes Kota Apel tersebut konon seperti di luar negeri.

Dukungan dan Tantangan yang Dihadapi Irwan Bajang

Irwan Bajang menerima penghargaan SATU Indonesia Award 2018
Sumber gambar: akun IG Irwan Bajang

Alumnus jurusan Hubungan Internasional itu melakukan gerakannya tanpa bayaran. Semua aktivitas literasinya berjalan dengan baik tanpa memungut biaya.

Bajang menjalankan semuanya kebanyakan dari modal pribadi. Penghasilan yang dia dapat dari menulis, dipakai lagi untuk menyebarkan virus menulis.

Selain itu, Irwan Bajang mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Contohnya, Independent School merupakan sekolah menulis yang dia bangun tidak seorang diri. Ada rekan-rekan yang membantunya. Perihal tempat belajar pun, Irwan mendapat support dari seorang teman yang memiliki sebuah kafe.

Sedangkan ihwal tantangan, pemuda yang memilih kata Bajang yang berarti “muda” dalam bahasa Lombok sebagai nama pena, pun tidak terlepas dari hal tersebut. Tantangan itu adalah tidak banyaknya orang yang menganggap bahwa menulis itu sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Kenyataan ini bukanlah hal yang mengejutkan karena memang tingkat literasi negara kita masih rendah. Jangankan untuk menulis, membaca pun belum menjadi bagian dari budaya kita.

Oleh karena itu, kehadiran anak muda seperti Irwan Bajang merupakan sebuah berkah. Dengan penuh dedikasi, dia bertekad berbagi ilmu, pengetahuan, dan pengalaman di dunia menulis agar keterampilan literasinya menular dan berkelanjutan dalam masa yang panjang.

Penutup “Irwan Bajang”

Kegigihan Irwan Bajang dalam bersama, berkarya, berkelanjutan dalam bidang pendidikan, terutama literasi mendapatkan apresiasi dari Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards 2018.

SATU Indonesia Awards adalah apresiasi Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi.

Bajang layak mendapatkan penghargaan ini karena dia dan rekan-rekannya berkontribusi besar untuk menjaga eksistensi para pencinta literasi. Selain itu, kehadiran Bajang dan semua komunitasnya turut menjaga rantai keberlanjutan wahana tulis-menulis.

Segala upaya Irwan Bajang merupakan bukti bahwa dia serius mencari ahli waris di dunia menulis. Dan, karena kita SATU Indonesia sudah selayaknya kita pun mendukung kegiatan positif semacam ini demi kemajuan bidang pendidikan di negara Indonesia.

Sumber:

Akun Instagram Irwan Bajang

Kick Andy Episode Irwan Bajang

9 pemikiran pada “Irwan Bajang Serius Mencari Ahli Waris di Dunia Menulis”

  1. Sepertinya minat tulis menulis di kalangan anak remaja semakin menurun. Mereka butuh pemancing seperti sosok Irwan Bajang yang memperkenalkan bahwa dunia tulis menulis itu seru dan mengasyikan.
    Semoga budaya menulis kita tidak redup, sebaliknya mudah-mudahan cita-cita Irwan Bajang untuk mencari ahli waris di dunia menulis segera terealisasi dan banyak anak muda yang berminat

    Balas
  2. Irwan Firmansyah lewat Indie Book Corner memang layak sih dapat SATU Indonesia Awards, mengingat makin turunnya angka literasi di kalangan anak muda akibat maraknya gadget. Lihat aja sudah berapa toko buku yang gulung tikar. Maka, semangat anak muda seperti Irwan Bajang ini patut diapresiasi….

    Balas
  3. Wah seneng banget akhirnya ada tokoh-tokoh yangpeduli dengan dunia kepenulisan kayak Irwan Bajang ini ya. Dengan begini, pemuda Indonesia yang tertarik menulis akan semakin termotivasi. wajar banget kalau akhirnya Irwan Bajang menjadi salah satu penerima anugerah SATU Indonesia dari Astra.

    Balas
  4. Pernah denger Patjarmerah dari instagram blogger yang di Malang tapi lupa siapa mba. Dulu aku juga pengen banget nulis cuma sering mandeg sampai cari ide doang dan susah ngembanginnya jadi banyak bab dan suka banget ikut event-event yang memaksa kita buat nulis walaupun belum lolos jadi juara.

    Semoga usaha Irwan Bajang bisa membuahkan banyak penulis-penulis berbakat yang memang susah menembus akses buat penerbit mayor. Rasanya kalaupun lewat indie kalau tulisannya menarik bakal tetap laku. Sekarang udah gak liat siapa penerbitnya kalau baca buku tapi lebih isi bukunya.

    Balas
  5. Sosok inspiratif, jarang ada orang yang mau mengurus hal yang sepertinya kurnag menarik, tetapi jika dia sudah mencintai hal tersebut, sekuat tenaga akan dilakukannya.
    Sepakat dengan pendapat Bajang, jika tulisan akan kekal dan ucapan akan menghilang

    Balas

Tinggalkan komentar