Review Detective Conan Komik Vol. 100: Misteri, Nostalgia, dan Kejutan Visual

Turun dari kereta di Stasiun Garut sepulang dari Bandung, saya dan anak-anak langsung menuju Gramedia. Letaknya tidak terlalu jauh, jadi kami memilih berjalan kaki. Sejak lama saya sudah mengincar Detective Conan komik vol. 100, dan kali ini niat itu akhirnya terwujud.

Begitu memasuki Gramedia, kepala yang tadinya mumet perlahan terasa lega. Udara sejuk toko buku seperti terapi, menghapus jengkel setelah si bungsu tantrum parah sepanjang perjalanan. Masuk ke Gramedia memang selalu punya efek menenangkan.

Tanpa ragu saya langsung menuju rak tengah, tepat di dekat rak novel—tempat komik Conan dipajang. Sebenarnya saya bukan penggila komik. Hanya komik Detective Conan yang saya ikuti, sementara judul lainnya tidak pernah saya beli.

Saat masih duduk di bangku sekolah, saya sempat mengoleksi beberapa volume awal, mulai dari volume 1. Namun, jumlahnya tidak banyak, mengingat kini total volumenya sudah lebih dari 100.

Selain membaca komiknya, saya juga senang menonton animasinya di televisi. Namun, tidak semua episode berhasil saya ikuti. Masih banyak karakter baru yang belum saya kenal.

September ini, Detective Conan merilis film terbarunya. Sayangnya, di Garut tidak ada bioskop yang menayangkan anime ini. Untuk menghapus sedikit kekecewaan, saya pun larut kembali dalam kisah Shinichi Kudo lewat Detective Conan komik vol. 100.

Kembali ke Detective Conan Komik Vol. 100

Saat pertama kali memegang komik Detective Conan, saya masih belia. Sekarang, bertahun-tahun kemudian, saya sudah menggandeng dua anak saat melangkah ke Gramedia. Menyusuri rak komik bukan sekadar mencari bacaan, tetapi juga demi sebuah nostalgia.

Tahun-tahun berlalu, tetapi ketertarikan pada karakter ciptaan Aoyama Gosho itu tak pernah benar-benar pudar. Meski tidak selalu mengikuti ceritanya secara berkelanjutan, Conan tetap tinggal di hati.

Realita hidup dengan naik turunnya sempat memutus interaksi saya dengan kegemaran ini. Namun, ketika keadaan mulai lebih terkendali dan ada ruang untuk diri sendiri, hal-hal favorit pun otomatis kembali menghampiri.

Begitu pula dengan Detective Conan. Saat anak-anak mulai mandiri, saya merasa waktunya tepat untuk mengingat kembali. Saya memilih angka 100 sebagai titik awal.

Bagi saya, volume ini adalah momentum yang pas untuk mengejar ketertinggalan. Kalau nanti berhasil menuntaskan hingga volume terbaru, saya bisa mundur perlahan ke seri-seri sebelumnya, dimulai dari volume 99. Kalian siap memulai perjalanan misteri ini, Playmates?

Identitas Detective Conan Komik Vol. 100

Blurb Detective Conan komik volume 100

  • Judul: Detektif Conan Vol. 100 (Meitantei Conan Vol. 100)
  • Penulis: Gosho Aoyama
  • Penerbit asli: Shogakukan
  • Penerbit Indonesia: PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, anggota IKAPI, Jakarta
  • Tahun terbit edisi Indonesia: 2022
  • Alih bahasa: M
  • Editor: Binarti
  • Desain sampul: @Bach
  • ISBN: 978-623-00-3230-1
  • Jumlah halaman: 182 halaman

Alur Misteri di Detective Conan Komik Volume 100

Volume 100 yang saya pilih sebagai titik awal untuk kembali menyelami dunia Detective Conan ternyata memang istimewa. Tanpa saya sadari sebelumya, di edisi ini hampir semua karakter penting bermunculan seakan menyambut pembaca lama yang kembali.

Meski sudah lebih dari tiga dekade berjalan, timeline cerita di dunia Conan baru bergeser sekitar enam bulan. Tak heran jika sebagian penggemar merasa bosan, bahkan mempertanyakan perkembangan kisah utama yang berkaitan dengan organisasi hitam—penyebab tubuh Shinichi Kudo menyusut.

Saya menyadari hal itu, tetapi tidak terlalu terganggu dengan banyaknya episode tambahan. Dari kolom komentar, sata baru tahu istilah “filler” untuk alur yang tidak terkait dengan cerita ini, dan “canon” untuk bagian yang langsung berkaitan dengan kisah utama.

Bagi saya, memilih angka 100 murni soal tendensi pribadi. Namun ternyata, Aoyama Gosho sendiri memang menjadikan volume ini spesial. Hal itu terlihat dari hadirnya begitu banyak tokoh penting dalam satu edisi. Siapa saja mereka? Mari kita selidiki bersama, Playmates.

Kasus Pertama bersama Novelis Misteri Ternama

  • File 1 Rapat Sebelum Pertunjukan
  • File 2 Pertunjukan Baru Dimulai

Dua file ini merupakan lanjutan langsung dari vol. 99. Yusaku Kudo, ayah Shinichi, tengah menangani sebuah kasus pembunuhan di ruang tertutup yang rencananya akan dia ungkap dalam sebuah acara siaran langsung.

Akan tetapi, situasi berubah ketika novelis misteri yang menjadi pusat acara tiba-tiba keracunan makanan. Untuk menyelamatkan pertunjukkan, Yukiko Kudo—istri Yusaku—berniat menyamar menggantikannya. Sayangnya, Yukiko pun ikut jatuh sakit.

Sebelumnya, Yusaku berhasil membongkar kasus yang melibatkan Kid si Pencuri palsu. Karena itu, Kid merasa berutang budi dan berniat membantu dengan menyamar sebagai Yusaku di acara siaran langsung tersebut.

Bersama Conan, “Yusaku palsu” berhasil mengungkap identitas sang pelaku dalam kasus ruang tertutup itu. Namun, sebuah fakta mencengangkan muncul: ternyata sosok yang menyamar bukanlah Kid! Kalau begitu siapa dia sebenarnya?

Lebih mengejutkan lagi, di kediaman sang novelis tiba-tiba muncul Shuichi Akai. Kehadirannya jelas menambah lapisan misteri: urusan apa yang membuat agen FBI itu ikut terlibat?

Kasus Kedua: FBI vs Organisasi Hitam

  • File 3 Kartu Identitas Berlumur Darah
  • File 4 Jebakan di Persimpangan
  • File 5 Drama Pengejaran Tengah Malam
  • File 6 Secercah Cahaya dalam Kegelapan
  • File 7 Pemburu dan Mangsa
  • File 8 Rum

Pembunuhan berantai terhadap orang asing tanpa identitas kembali menggemparkan Beika. Saat sedang melintas bersama Detektif Cilik, Conan menemukan korban terbaru yang jatuh dari lantai atas sebuah bangunan terbengkalai.

Dari tubuh korban, Conan berhasil mengamankan sebuah kartu identitas—ternyata korban itu adalah anggota FBI. Ia segera menghubungi Yusaku Kudo dan Shuichi Akai, tetapi tak satu pun memberi respons.

Sesampainya di rumah Yusaku, Conan mendapati para anggota FBI sudah berkumpul: Akai, Jodie, James, dan Andre Camel. Mereka menegaskan bahwa seluruh korban tanpa identitas yang terbunuh belakangan ini adalah agen FBI.

Untuk sementara, rumah keluarga Kudo dijadikan markas darurat. Tempat lama mereka sudah tidak lagi aman, setelah sandi rahasia berhasil dibongkar Organisasi Hitam.

FBI kemudian menugaskan Andre dan seorang rekan untuk memancing Gin dan kelompoknya keluar. Namun, organisasi hitam tidak mudah dikelabui. Sosok rum, tangan kanan pemimpin Organisasi, menunjukkan kecerdikan luar biasa dalam membaca perangkap.

Alih-alih berhasil menangkap musuh, justru Andre yang berbalik menjadi mangsa. Perburuan pun bergeser dari jalanan kota hingga ke sebuah pulau terpencil hingga pagi buta.

Mampukah FBI, Yusaku, dan Conan menyelamatkan Andre yang sudah terdesak? Dan siapakah sebenarnya sosok Rum yang bahkan disegani Gin, Vodka, Kir, Chianti, Vermouth, hingga Korn?

Kasus Ketiga: Kejutan dari Detektif Osaka

Jalan-jalan bersama keluarga ke Gramedia

  • File 9 Kunjungan Rahasia
  • File 10 Investigasi
  • File 11 Boneka Salju

Kazuha datang ke Tokyo untuk mengunjungi sebuah kuil terkenal. Bersama Ran dan Conan, dia berniat membeli jimat pengikat takdir dan kertas doa. Suasana kuil begitu ramai karena penjualan jimat itu hanya dibuka di hari tertentu.

Saat mengantre, Conan memperhatikan seorang pria bertopeng di kerumunan. Tanpa butuh waktu lama, dia segera mengenali sosok itu sebagai sahabat sekaligus rivalnya, detektif SMA dari Osaka, Heiji Hattori.

Heiji terus saja memakai topeng, bahkan ketika mereka sudah berbincang. Dengan polosnya, dia yakin bisa menyembunyikan identitasnya, padahal jelas-jelas Conan dan yang lain tahu siapa dia.

Keadaan berubah ketika seorang detektif yang sedang mengincar tiga buronan ditemukan terbunuh di area kuil. Ketiga buronan itu otomatis menjadi tersangka utama. Conan dan Heiji bertopeng pun bekerja sama untuk mengungkap misteri tersebut.

Pelaku sebenarnya terungkap, tetapi teka-teki lain justru menggantung: hubungan Heiji dan Kazuha. Keduanya semula datang ke kuil untuk membeli jimat pengikat takdir. Padahal ikatan di antara mereka sesungguhnya begitu jelas—meski tak satu pun menyadarinya.

Kejutan Visual di Volume 100

Sesaat setelah membuka plastik manga Detective Conan, saya sempat tertegun karena komik ini ternyata dimulai dari kanan. Awalnya saya mengira salah cetak, sebab saat dulu terakhir kali membacanya, komik ini masih seperti layaknya buku Indonesia pada umumnya.

Belakangan, saya tahu format baru ini memangg mengikuti versi asli jepang—baik urutan halaman maupun dialog di setiap panel. Pada awalnya terasa canggung dan sering membuat saya terkecoh, tetapi lama-kelamaan justru menghadirkan sensasi baru.

Selain format baca, kejutan lain yang tak kalah besar adalah parade tokoh yang hadir dalam volume ini. Rasanya seperti pesta perayaan spesial untuk menyambut volume ke-100. Jika biasanya cukup sulit menemukan salah satu tokoh besar, di sini hampir semuanya muncul sekaligus.

Mulai dari keluarga Kudo (Yusaku dan Yukiko), kelompok FBI (Akai, Jodie, James, dan Andre), hingga para anggota Organisasi Hitam, seperti Gin, Vodka, Vermouth, Chianti, Kir, Korn, bahkan Rum.

Tak ketinggalan tamu dari Osaka, Heiji dan Kazuha, serta kemunculan Kid—meskipun ternyata palsu. Kehadiran mereka seakan menjadikan volume ini sebagai ajang reuni akbar yang membuat aura nostalgia makin terpancar.

Sebagai penutup, Aoyama Gosho juga menyelipkan beberapa cerita pendek bergambar yang ringan dan penuh humor. Hal ini makin menegaskan bahwa volume 100 bukan hanya kisah misteri yang menegangkan. Namun, juga merupakan persembahan visual yang istimewa bagi para penggemar.

Penutup

Kembali membaca komik Detective Conan serasa membawa kenangan yang telah lama tertinggal. Perasaan itu datang menyerbu bersama sesuatu yang baru di volume 100 ini, sehingga apa yang didapatkan jauh lebih dari yang dibayangkan.

Angka 100 menjadi titik balik bagi penggemar lama, sekaligus bisa menjadi titik awal bagi penggemar baru yang tidak mau mundur terlalu jauh. Apalagi alur utama yang berkaitan dengan Organisasi hitam muncul di sini, lengkap dengan parade karakter penting yang sudah lama dinanti.

Meskipun banyak yang ingin segera mengetahui akhir kisah ini, saya justru merasa belum siap jika Detective Conan komik misteri ini benar-benar tamat. Bagaimana dengan kalian, Playmates? Apakah sudah ingin cepat tahu identitas Rum, atau justru betah menikmati filler dan teka-teki kecil bersama Conan?

Tinggalkan komentar