Assalamualaikum playground of Monica’s visitors, salam sehat untuk semua, ya. Semenjak lama perdebatan mana yang lebih baik antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga full telah ada, bahkan sampai sekarang terus-terusan dibandingkan. Dan, yang membuat heboh adalah orang-orang sekitar yang seharusnya tidak ikut campur urusan ini. Kegaduhan mereka hanya membuat para ibu insecure pada keadaan, baik ibu bekerja atau ibu rumah tangga full, keduanya tetap salah di mata para penggunjing.
Saat memilih menjadi ibu bekerja, tidak jarang orang lain menganggap kita ibu egois yang menelantarkan anak. Sebaliknya saat menjadi ibu rumah tangga, kita dicap sebagai beban suami. Padahal setiap pilihan memiliki konsekuensi dan pilihan apa pun yang diambil seorang ibu pasti telah melewati pertimbangan panjang.
Komentar jahat dari mulut-mulut tidak bertanggung jawab ini tidak jarang membuat para ibu kepikiran, bahkan bisa sampai depresi. Namun, mereka tidak memahami dan peduli akan hal itu, seolah hidup mereka sudah sempurna saja. Padahal pada kenyataannya, mereka tidak berkontribusi nyata pada hidup para ibu.
Itulah pentingnya menutup telinga atas apa pun pilihan kita. Percayalah kita tetap bisa menjadi ibu hebat, tanpa harus merasa lebih baik atas pilihan ibu yang lainnya. Keadaan setiap rumah tangga itu berbeda, jadi tidak ada standar yang bisa dijadikan pengukur mana yang lebih baik antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga full. Perdebatan atas hal itu seharusnya ditiadakan dan diganti dengan dukungan dan rasa hormat atas keputusan orang lain.
Seorang ibu yang mengambil pilihanan untuk mengabdikan seluruh waktunya di rumah saja tentu kebanyakan tidak akan menghasilkan uang, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa juga menjadi mompreneur yang sukses.
Beberapa waktu lalu, saya membeli seblak di warung yang tak jauh dari rumah. Di sana berjejer macam-macam kerupuk mentah dan berbagai topping, lalu ada sesuatu yang menarik perhatian. Saya tertarik pada siomai kering mini. Tiba-tiba saja saya punya ide bisnis yang unik dan kreatif plus tidak terlalu ribet buat emak mageran, tetapi ingin punya penghasilan tambahan. Berikut rincian ide usaha kecil-kecilannya:
Nama
Siomai kering mini aneka rasa
Pilihan Rasa
Pedas, Keju, dan Barbeque
Modal
– Siomay kering mini 1 bal (berat 5 kg)= Rp. 95.000
– Plastik kecil 2 bungkus, masing-masing bungkus isi 100 pcs = Rp. 10.000 x 2 = Rp. 20.000
– Bumbu bubuk rasa 250 g = Rp. 20.000 x 3 = Rp. 60.000
Total = Rp. 175.000
Estimasi Laba
1 bal siomai kering bisa menjadi sekitar 125 bungkus kecil. Tiap bungkus dijual Rp. 2000. Jadi laba kotornya 125 x 2000 = Rp. 250.000 kemudian dikurangi modal Rp. 175.000, sehingga laba bersih yang didapat adalah Rp. 75.000 ditambah sisa bumbu dan plastik.
Cukup menggiurkan, ya, Mak? Namun, ini masih berupa ide. Untuk emak-emak yang tertarik bisa dipraktikkan dan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan. Poin penting dari ide ini adalah mengemas ulang sesuatu yang telah ada lalu ditambahkan sesuatu agar berbeda.
Untuk pengimplementasiannya bisa emak kreasikan. Misal, siomai kering mininya diganti dengan makaroni atau pangsit. Kemudian, bumbunya di ganti dengan bumbu seaweed dan balado. Kalau ingin memakai bumbu yang lebih personal, kita bisa membuat sendiri, tetapi tentunya akan membutuhkan usaha dan waktu yang lebih. Semua dikembalikan lagi pada kesiapan dan kesedian emak sekalian. Demikian, ide bisnis kecil-kecilan yang unik dan kreatif dari saya. Semoga bermanfaat.
Pict of Siomai Kering Mini belongs to Google