Judul : Anak Rantau
Penulis : A. Fuadi
Tebal: 382 Halaman
Penerbit : PT. Falcon
Cetakan pertama, Juli 2017
BLURB
Hepi perantau bujang yang menyalakan dendam di tepi danau. Martiaz, ayah yang pecah kongsi dengan anaknya di simpang jalan. Datuk, kakek yang ingin menebus dosa masa lalu di tengah surau. Pandeka Luko, pahlawan gila yang mengobati luka lama di rumah usang.
Apakah “alam terkembang jadi guru” menjadi amanat hidup mereka? Mungkinkah maaf dan lupa menjadi penawar bagi segenap luka?
Ikuti petualangan Hepi bersama Attar penembak jitu dan Zen penyayang binatang, bertemu semua tokoh ini, bertualang mendatangi sarang jin, menghadapi lelaki bermat harimau, memburu biduk hantu, dan menyusup ke markas pembunuh. Semuanya demi melumasi sebuah dendam, sebuah rindu.
***
Donwori Bihepi, anak piatu yang tinggal bersama ayah dan kakak perempuannya di Jakarta tak pernah menyangka bahwa aksi protesnya karena merasa diabaikan, ternyata berbuah penelantaran. Setidaknya itulah yang dia pikirkan atas tindakan ayahnya yang menitipkan dia di rumah kakek nenek, di ranah Minang. Tadinya bocah SMP itu hanya mencari perhatian sang yang sibuk di percetakan dengan cara sengaja tidak mengisi soal ujian sehingga dia mendapatkan raport kosong.
Alih-alih mendapatkan dampratan dari Martiaz, Hepi malah dibuang ke kampung. Ini sama sekali jauh dari apa yang dibayangkan. Dengan tega, sang ayah meninggalkanya, padahal dia sudah berteriak dan memohon, tetapi sang ayah tetap bergeming di dalam bis yang ditumpanginya.
Awal Hepi di kampung, tak dilihatnya sesuatu yang bagus di tempat itu. Kakek yang galak, teman-teman kampungan, dan suasana yang membosankan. Dengan menyimpan dendam, Hepi bertekad untuk kembali ke Jakarta dengan uangnya sendiri. Oleh karena itu, dia jarang jajan dan bekerja di lapak Mak Tuo Ros. Anak laki-laki itu menyimpan uangnya di sebuah celengan bambu.
Uang yang bisa Hepi kumpulkan ternyata hanya recehan. Dia memutar otak agar celengannya bisa terisi penuh. Saat itulah dia bertemu Lenon, mantan preman kota yang telah insaf dan pulang kampung. Dia memiliki tempat kerajinan di rumahnya. Tempat itu diperuntukkan mantan preman yang ini memulai hidup baru dengan cara yang lebih baik.
Setelah bergaul dengan Lenon, Hepi jadi jarang bersama teman sebayanya, Attar dan Zen. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di basecamp Lenon bersama orang-orang yang lebih dewasa. Dia pun lebih mudah mengumpulkan uang, dia hanya perlu mengantar barang dagangan Lenon.
Dengan cepat Hepi menjadi orang kepercayaan Lenon, bahkan ada anak buahnya yang menaruh rasa iri. Hingga pada suatu saat Hepi didamprat Lenon habis-habisan karena mengantarkan barang tidak sampai ke tangan sang pemesan. Sejak itu Hepi, tak sudi lagi bertandang ke tempat Lenon.
Hepi kembali bergaul akrab dengan Attar dan Zen. Mereka mengusulkan agar Hepi mendatangi Pandeka Luko, orang yang dikenal punya ilmu kanuragan dan juga mesin pencetak uang. Hepi nekat menemuinya karena tabungannya tidak kunjung bertambah banyak setelah pecah kongsi dengan Lenon. Di awal pertemuan dengan Pandeka, dia merasakan aura mistis, tetapi setelah beberapa kali bertandang ke Rumah Hitam, tabir kelabu yang menyelimuti kehidupan veteran perang kemerdekaan itu tersingkap dan Hepi mengaguminya.
Lambat laun Hepi mulai mencintai kampungnya. Kakek, nenek, Pandeka, Attar, Zen, Puti, Ibu Ibet, danau, surau, lapau, semuanya telah menyatu dengan hari-harinya yang penuh petualangan seru.
Banyak yang Hepi pelajari di kampungnya, alam terkembang menjadi guru. Namun, kampungnya sedang tidak baik-baik saja. Para tetua menganggap orang Minang sedang mengalami krisis identitas. Tiga pilar utama budaya tidak lagi menjalankan fungsinya sehingga tidak ada lagi tatanan hidup yang seimbang dan terarah di masyarakat. Surau menjadi lengang, anak-anak tak lagi antusias mengaji, maraknya pencurian, kasus narkoba, hingga danau yang sering tercemar.
Hepi yang sok tahu ingin membongkar kasus narkoba yang membuat tabungannya melayang. Berhasilkah dia? Siapa dalang di balik peredaran narkoba di Tanjung Durian yang ternyata masuk jalur rawan narkoba di Sumatera? Bisakah Pandeka membersihkan namanya? Bisakah Hepi berdamai dengan Martiaz? Bisakah Martiaz berdamai dengan Datuk? Akankan Hepi kembali ke Jakarta? Dan banyak lagi pertanyaan yang hanya dapat kamu temukan jawabannya dengan langsung membaca novelnya 💕
***
Anak Rantau merupakan novel kedua A. Fuadi yang saya baca, setelah Negeri Lima Menara. Pemeran utama di kedua novel itu sama-sama berdarah Minang. Bedanya, Alif diceritakan merantau ke kota bahkan sampai ke luar negeri untuk mencari ilmu. Sedangkan, Hepi adalah Anak Jakarta yang kembali ke tanah leluhurnya di Tanjung Durian.
Kedua novel itu pun sama-sama mempunyai kata-kata bijak yang menjadi benang merah cerita. Negeri lima menara dengan Man Jadda Wa Jada-nya, sedangkan Anak Rantau dengan Alam Terkembang Jadi Guru.
Saya membayangkan novel ini bakalan keren sekali kalau diangkat menjadi sebuah film. Apalagi pas adegan Hepi ditinggalkan ayahnya di kampung. Dengan koper yang isinya terburai dia mengejar bis yang ditumpangi Martiaz. Di sanalah dendam itu menyala. Sedang sang ayah tampak menjadi orang kejam, padahal hatinya tidak kalah pilu.
***