Novel Anak Rantau, Alam Terkembang Jadi Guru

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Playmates, salam sehat untuk semua, ya. Saya baru menyadari ternyata penulis-penulis favorit saya banyak yang berasal dari Pulau Sumatra. Salah satunya A. Fuadi yang berasal dari Sumatra Barat. Karyanya yang baru-baru ini saya baca kembali adalah Novel Anak Rantau.

Kalau Andrea Hirata konsisten dengan latar cerita Melayunya, A. Fuadi ini konsisten memasukkan unsur Minang. Itu bukanlah hal yang mengherankan. Saya pun kalau jadi penulis hebat seperti mereka pasti rajin memasukkan hal-hal yang berbau Sunda pada setiap tulisan saya.

Saat membaca judul buku ini, saya kira akan ada petualangan anak kampung yang merantau ke kota. Namun, saya salah. Ternyata ini tentang anak rantau yang pulang ke kampung halaman. Meskipun terkecoh, tetapi isinya sama sekali tidak mengecewakan. Yuk, langsung kita intip isi novel ini!

1. Deskripsi Buku

  • Judul : Anak Rantau
  • Penulis : A. Fuadi
  • Tebal: 382 Halaman
  • Penerbit : PT. Falcon
  • Cetakan pertama, Juli 2017

Related:

Novel Sehidup Sesurga Denganmu

Novel Death on The Nile by Agatha Christie

2. Sinopsis Novel Anak Rantau

Novel Anak Rantau, Alam Terkembang Jadi Guru

Donwori Bihepi, anak piatu yang tinggal bersama ayah dan kakak perempuannya di Jakarta tak pernah menyangka bahwa aksi protesnya karena merasa diabaikan, ternyata berbuah penelantaran. Setidaknya itulah yang dia pikirkan atas tindakan ayahnya yang menitipkan dia di rumah kakek nenek, di ranah Minang.

Tadinya bocah SMP itu hanya mencari perhatian sang yang sibuk di percetakan, dengan cara sengaja tidak mengisi soal ujian sehingga dia mendapatkan raport kosong.

Alih-alih mendapatkan dampratan dari Martiaz, Hepi malah dibuang ke kampung. Ini sama sekali jauh dari apa yang dia bayangkan. Dengan tega, sang ayah meninggalkannya, padahal dia sudah berteriak dan memohon. Namun, sang ayah tetap bergeming di dalam bis yang dia tumpangi.

Awal Hepi di kampung, remaja ini tak melihat sesuatu yang bagus di tempat itu. Kakek yang galak, teman-teman kampungan, dan suasana yang membosankan.

Dengan menyimpan dendam, Hepi bertekad untuk kembali ke Jakarta dengan uangnya sendiri. Oleh karena itu, dia jarang jajan dan bekerja di lapak Mak Tuo Ros. Anak laki-laki itu menyimpan uangnya di sebuah celengan bambu.

Related:

Novel Hujan, Antara Menerima dan Melupakan

Novel The Dusty Sneakers, Catatan Duo Travel Blogger

Too Good Too Be True

Uang yang bisa Hepi kumpulkan ternyata hanya recehan. Dia memutar otak agar celengannya bisa terisi penuh. Saat itulah dia bertemu Lenon, mantan preman kota yang telah insaf dan pulang kampung.

Preman pensiun itu memiliki tempat kerajinan di rumahnya. Dia menyediakan tempat itu untuk mantan preman yang ingin memulai hidup baru dengan cara yang lebih baik.

Setelah bergaul dengan Lenon, Hepi jadi jarang bersama teman sebayanya, Attar dan Zen. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di basecamp Lenon bersama orang-orang yang lebih dewasa. Anak lelaki itu pun lebih mudah mengumpulkan uang. Dia hanya perlu mengantar barang dagangan Lenon.

Dalam waktu relatif singkat, Hepi menjadi orang kepercayaan Lenon, bahkan ada anak buahnya yang menaruh rasa iri. Hingga pada suatu saat Lenon mendamprat Hepi habis-habisan karena mengantarkan barang tidak sampai ke tangan sang pemesan. Sejak itu Hepi, tak sudi lagi bertandang ke tempat Lenon.

Related:

Novel Serpihan Asa, Cerita Sederhana yang Menjadi Juara

Kumcer Bila Esok Ibu Tiada, Kisah Tentang Kehilangan dan Penyesalan

Pandeka Luko dari Rumah Hitam

Hepi kembali bergaul akrab dengan Attar dan Zen. Mereka mengusulkan agar Hepi mendatangi Pandeka Luko, orang yang dikenal punya ilmu kanuragan dan juga mesin pencetak uang.

Hepi nekat menemui orang misterius itu karena tabungannya tidak kunjung bertambah banyak setelah pecah kongsi dengan Lenon. Di awal pertemuan dengan Pandeka, dia merasakan aura mistis, tetapi setelah beberapa kali bertandang ke Rumah Hitam, tabir kelabu yang menyelimuti kehidupan veteran perang kemerdekaan itu tersingkap dan Hepi mengaguminya.

Lambat laun Hepi mulai mencintai kampungnya. Kakek, nenek, Pandeka, Attar, Zen, Puti, Ibu Ibet, danau, surau, lapau, semuanya telah menyatu dengan hari-harinya yang penuh petualangan seru.

Banyak yang Hepi pelajari di kampungnya, alam terkembang menjadi guru. Namun, kampungnya sedang tidak baik-baik saja. Para tetua menganggap orang Minang sedang mengalami krisis identitas.

Tiga pilar utama budaya tidak lagi menjalankan fungsinya sehingga tidak ada lagi tatanan hidup yang seimbang dan terarah di masyarakat. Surau menjadi lengang, anak-anak tak lagi antusias mengaji, maraknya pencurian, kasus narkoba, hingga danau yang sering tercemar.

Hepi yang sok tahu ingin membongkar kasus narkoba yang membuat tabungannya melayang. Berhasilkah dia? Siapa dalang di balik peredaran narkoba di Tanjung Durian yang ternyata masuk jalur rawan narkoba di Sumatera?

Bisakah Pandeka membersihkan namanya? Dapatkah Hepi berdamai dengan Martiaz? Akankah Martiaz berdamai dengan Datuk? Akankan Hepi kembali ke Jakarta? Dan banyak lagi pertanyaan yang hanya dapat kamu temukan jawabannya dengan langsung membaca novelnya ?

Related:

Novel Rapijali 1 (Mencari), Welcome to Planet Ping

Novel Ancika, Sebuah Nama Sebuah Cerita

3. Review Novel Anak Rantau

Novel Anak Rantau Karya A. Fuadi

Anak Rantau merupakan novel kedua A. Fuadi yang saya baca, setelah Negeri Lima Menara. Pemeran utama di kedua novel itu sama-sama berdarah Minang. Bedanya, Alif diceritakan merantau ke kota bahkan sampai ke luar negeri untuk mencari ilmu. Sedangkan, Hepi adalah Anak Jakarta yang kembali ke tanah leluhurnya di Tanjung Durian.

Kedua novel itu pun sama-sama mempunyai kata-kata bijak yang menjadi benang merah cerita. Negeri lima menara dengan Man Jadda Wa Jada-nya, sedangkan Anak Rantau dengan Alam Terkembang Jadi Guru.

Saya membayangkan novel ini bakalan keren sekali kalau diangkat menjadi sebuah film. Apalagi pas adegan Hepi ditinggalkan ayahnya di kampung.

Dengan koper yang isinya terburai dia mengejar bis yang ditumpangi Martiaz. Di sanalah dendam itu menyala. Sedang sang ayah tampak menjadi orang kejam, padahal hatinya tidak kalah pilu.

4. Penutup

Saya senang membaca novel yang mengangkat tema budaya suatu daerah. Itu menambah wawasan dan insight baru. Setelah membaca novel ini, saya semakin yakin bahwa di Sumatra Barat itu nilai-nilai agama Islam telah mendarah daging.

Dari novel Anak Rantau pun saya mempelajari hubungan orang tua dan anak yang menjadi pelik karena ego. Selain itu, buku ini mengajarkan untuk tidak melihat sesuatu dari luarnya saja. Terkadang sesuatu yang buruk secara penampilan bisa memiliki sesuatu yang tulus dan murni, begitu pun sebaliknya. Selamat membaca, Playmates.