Paru-Paru Dunia, Masihkah Hutan Indonesia layak Menyandangnya?

“Paru-paru dunia!” jawab kami berebut dan bersahut-sahutan saat guru bertanya di jam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kala itu Bu Guru bertanya tentang julukan hutan hujan tropis Indonesia.

Dari dahulu hingga kini hampir dua puluh lima tahun kemudian, saya masih ingat perihal julukan tersebut. Hutan Indonesia yang luas dan kaya akan keragaman hayati mempunyai peranan penting dalam ketersediaan oksigen di bumi. Setidaknya itu yang saya pahami semenjak duduk di bangku sekolah dasar.

Tentunya hal itu mendatangkan perasaan bangga, tetapi kemudian semakin saya dewasa, semakin saya paham bahwa semua tak lagi sama. Berita-berita terkini mengabarkan kebakaran hutan, illegal logging, dan pembukaan lahan baru, baik untuk perumahan maupun perkebunan.

Hal itu pastinya berdampak pada luas hutan kita. Melihat fenomena ini, hati saya terusik dan tergelitik dengan sebuah tanya. Dengan kondisi kini apakah hutan Indonesia masih layak menyandang julukan sebagai Paru-Paru Dunia?

Related:

Fortune Indonesia: Media Bisnis Tepercaya yang Menjawab Tantangan Zaman

Meningkatkan Kualitas Parenting bersama POPAC 2021

Kampanye #kejuaslicheck: Edukasi dari Kraft agar Ibu Cermat dalam Memilih Keju

Kraft Crolette: Sajian simple bernutrisi dan menggugah selera yang menyelamatkan ibu dari mati gaya saat menyiapkan sahur

1. Hutan Indonesia Sebagai Paru-Paru Dunia

Hutan Indonesia merupakan hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brazil dan Zaire. Hampir semua orang sudah tahu akan hal itu. Namun, pernahkah kita mendalami apa itu hutan hujan tropis?

Hutan hujan tropis adalah salah satu jenis hutan berdasarkan iklimnya. Kita bisa menemui hutan jenis ini di daerah tropik basah dengan curah hujan yang tinggi dan terbesar sepanjang tahun. Hutan hujan tropis antara lain terdapat di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Australia Timur Laut, Afrika dan Asia Tenggara.

Ciri khas dari hutan hujan tropis dapat dilihat pada tumbuh-tumbuhan yang ada; yaitu pohon-pohon yang tinggi, berdaun lebar, selalu hijau dan jumlah jenis besar. Hutan hujan tropis kaya akan hewan Vertebrata dan Invertebrata.

Selain hutan hujan tropis, ada pula hutan musim tropik, hutan hujan iklim sedang, hutan pegunungan tropik, hutan hujan iklim sedang yang selalu hijau, hutan gugur iklim sedang, taiga, hutan lumut, sabana, dan gurun.

1.1 Manfaat Hutan

Hutan Indonesia sebagai Paru-Paru Dunia
Gunung Gede Captured by Geri Alfarisy Rasmona (dokpri)

Manfaat jenis-jenis hutan di atas rata-rata mempunyai karakteristik yang sama, yakni sebagai berikut:

  • Menghasilkan oksigen dan menyerap CO2
  • Menjadi lahan terbaik untuk menyimpan cadangan air sekaligus menata air dan mencegah erosi
  • Menjadi habitat aneka jenis flora dan fauna sehingga tidak punah dan tetap lestari
  • Penyeimbang iklim bumi: mengendalikan suhu, iklim dan cuaca di dunia sehingga tidak terjadi perubahan iklim yang ekstrim.

Dengan manfaat yang hutan hujan miliki dan dampaknya pada lingkungan tidak mengherankan jika hutan Indonesia menyandang sebagai paru-paru dunia. Kemudian yang jadi pertanyaan, sudahkah kita berkontribusi dalam menjaga hutan agar tetap lestari?

Related:

Review IDN Live di IDN App: Mewujudkan Cita-cita Menjadi Seorang Content Creator bersama IDN Live Streamer Fund

Mensyukuri Nikmat Sehat Bersamaan dengan Oreo 110th Birthday Celebration

Kraft Quick Melt Menjadikan Quality Time Makin Bermakna

Inner Strength Buskuat Academy 2022 Membantu Membangun Karakter

1.2 Keindahan Hutan Hujan Tropis

Sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban kita untuk mengenalkan keindahan hutan Indonesia pada anak-anak kita, para generasi berikutnya. Dengan mengenalnya maka akan tumbuhlah perasaan menyayangi. Rasa sayang itulah yang nantinya akan membuat mereka merasa memiliki, lalu dengan sendirinya timbul perasaan dan tindakan menjaga dan melestarikan hutan.

Bagi para pecinta alam akan lebih mudah untuk mengajak keluarga menjelajah hutan. Ada beberapa gunung yang jalur pendakiannya family friendly, contohnya Gunung Papandayan. Selain itu, gunung yang berada di Garut tersebut memiliki pemandangan dan suasana yang cocok untuk wisata keluarga, seperti taman Edelweis, kawah belerang, Pondok Salada Camping Area, dan Hutan Mati.

Hutan Mati di Gunung Papandayan memiliki keindahan yang eksotis. Di sana berdiri pohon-pohon mati akibat letusan gunung tersebut. Hutan itu menyuguhkan kecantikan dalam versinya sendiri.

Kemudian bagaimana bagi orang yang tidak bisa atau belum sempat menjelajah alam secara langsung? Tentu saja salah satu caranya adalah mengenal hutan melalui buku. Dan, saya termasuk golongan kedua ini.

Kepada anak-anak saya membacakan sebuah buku yang berjudul Seindah Alam Aslinya. Dari buku tersebut, kami menjadi tahu bahwa hutan hujan tropis memiliki tajuk hutan, yakni puncak berdaun dari pepohonan di hutan itu. Dari udara, tajuk itu seperti sekumpulan payung hijau raksasa. Di bawah payung-payung itu hiduplah separuh dari seluruh jenis tumbuhan dan binatang di dunia.

Hutan hujan itu mirip apartemen. Habitat semut berada di lantai dasar. Berikutnya ada habitat kukang yang tubuhnya berlumut, sehingga ia membaur dengan lingkungan dan selamat dari pemangsa.

Selanjutnya ada nanas-nanasan. Di dalam daunnya ada habitat lain, yakni kolam mini berisi laba-laba, berudu, dan katak. Lantai berikutnya disebut panggung tajuk hutan. Di sana kita bisa menemukan monyet, katak, jaguar, anggrek, berbagai macam burung, kupu-kupu, dan ular.

1.3 Sejarah Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Masihkah hutan Indonesia Layak disebut Paru-Paru Dunia?
Gunung Ceremai Captured by Geri Alfarisy Rasmona (dokpri)

Kita patut berbangga karena Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang luas. Namun, semakin ke sini luas hutan kita semakin menyusut karena maraknya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Berbicara kebakaran hutan di Indonesia berarti berbicara sejarah yang panjang, mundur jauh ke zaman penjajahan Belanda dulu.

Secara garis besar sejarah kebakaran hutan Indonesia terbagi menjadi dua bagian, yaitu masa pra kemerdekaan dan paska kemerdekaan. pembukaan hutan untuk perkebunan besar, mulai muncul saat terjadi pemindahan besar-besaran masyarakat Jawa (transmigrasi sebelum kemerdekaan) yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke wilayah Sumatera Bagian Utara untuk membuka perkebunan.

Sebagai akibatnya, ratusan ribu hektar hutan baik di Jawa dan Sumatera yang habis berikut dengan kekayaan yang ada di dalamnya digantikan dengan perkebunan karet, kopi dan teh.

Bowen dkk (2001) mencatat lima periode kebakaran hutan dalam skala besar yang terjadi di Indonesia paska kemerdekaan. Periode tersebut mulai dari tahun 1982-1983, 1987, 1991, 1994, 1997-1998 yang terjadi pada saat periode gelombang panas (El-Nino).

Tahun 1982/1983 terjadi kemarau panjang yang menjadi pemicu kebakaran besar di Kalimantan Timur yang menghancurkan 3,2 juta hektar dengan kerugian mencapai lebih dari 6 trilyun rupiah (FWI, 2001). Itu baru satu periode kebakaran, tak terbayangkan betapa luasnya hutan yang hilang dan banyaknya kerugian yang ditimbulkan selama berperiode-periode.

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global.

Selain itu, asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara.

1.4 Indonesia Sebagai Negara dengan Hutan Hujan Tropis Terbesar Ketiga di Dunia

Luas hutan hujan tropika di dunia hanya meliputi 7% dari luas permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50% total jenis yang ada di seluruh dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa hutan hujan tropika merupakan salah satu pusat keaneka ragaman hayati terpenting di dunia.

Laju kerusakan hutan hujan tropika yang relatif cepat telah menyebabkan tipe hutan ini menjadi pusat perhatian dunia internasional. Meskipun luas Indonesia hanya 1.3% dari luas bumi, tetapi memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, meliputi : 10% dari total jenis tumbuhan berbunga, 12% dari total jenis mamalia, 16 % dari total jenis reptilia, 17 % dari total jenis burung dan 25 % dari total jenis ikan di seluruh dunia.

Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi pusat perhatian dunia internasional dalam hal keanekaragaman hayatinya. Hingga kini Indonesia masih menjadi paru-paru dunia. Sampai kapan? Selama kita #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga hutan dan lahan serta melestarikan alam.

#UntukmuBumiku kita harus siap siaga dalam menjaga hutan untuk mengurangi dampak yang terjadi dari kebakaran hutan, sehingga kita dapat meminimalisasi kerugian terhadap kerusakan alam.

Selain itu, kita harus membuang kebiasaan-kebiasaan buruk berupa kelalaian terhadap penggunaan api di dalam hutan. Contohnya demi pembukaan lahan yang tidak terkontrol dan hal lain yang bisa menyebabkan kebakaran hutan. Demikian merupakan sebagian solusi atas kebakaran hutan dan lahan.

Related:

#SuamiIstriMasak Merekatkan yang Retak dengan yang Enak

Compact Size Big Possibilities, Momblogger Tetap Produktif Menulis Bersama ASUS Zenfone 9

IDN App Menjadikan Aplikasi Baca Berita dan Social Media Bersenyawa

Pustaka Anak Bangsa, Wahana Eko Cahyono dalam Membawa Pelita Bagi si Buta Aksara

1.5 #UntukmuBumiku, Mari Tunjukkan Rasa Cinta Pada Paru-Paru Dunia

Kutipan Tentang Hutan

Hutan Indonesia telah ada jauh sebelum negeri ini merdeka. Hingga kini ia masih terjajah oleh anak kandungnya sendiri. Dengan semangat kemerdekaan di Bulan Agustus ini dan dalam rangka menyambut Hari Hutan, mari kita tunjukkan rasa cinta padanya.

Rasa cinta itu bisa berupa penjagaan. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menjaga kelestariannya? Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian hutan:

  • Tidak menebang pohon sembarangan

kita tidak boleh menebang pohon secara sembarangan ataupun melakukan penebangan ilegal untuk menjaga kelestarian hutan.

  • Menanam pohon

Menanam pohon dapat mengganti pohon yang ditebang. Kita pun dapat menanam pohon dalam skala besar. (Reboisasi/penghijauan kembali hutan yang telah gundul)

  • Merawat hutan

Contoh tindakan merawat hutan adalah merawat tumbuhan di hutan, tidak membuang sampah di hutan, tidak merusak tumbuhan dan pohon, tidak melakukan pembakaran hutan, mencegah kebakaran hutan, juga menjaga kelestarian hewan yang hidup di dalamnya

  • Melakukan tebang pilih

Dengan metode tebang pilih kita hanya menebang pohon yang cukup tua dengan diameter dan tinggi yang cukup. Tebang pilih juga berarti menebang pohon yang hampir mati, akan roboh, maupun telah mati. Sehingga pohon yang masih muda masih bisa berkembang.

  • Mendukung konservasi sumber daya alam

Contoh konservasi sumber daya alam adalah kawasan suaka alam seperti cagar alam dan suaka margasatwa, juga kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

2. Penutup “Hutan Indonesia, si Paru-Paru Dunia yang Tengah Sakit”

Indonesia dengan hutan hujan tropis yang sangat luas mempunyai peranan penting dalam ketersediaan oksigen untuk dunia. Luas hutan itu tidak seberapa bila dibandingkan luas keseluruhan bumi. Namun, dengan luas yang terbatas itu hutan hujan tropis menjadi paru-paru dunia. Ini menunjukkan adanya kewajiban bagi kita untuk menjaga dan melestarikan hutan demi keberlangsungan alam.

Maraknya kebakaran hutan dan lahan sejak zaman penjajahan dahulu telah menyusutkan luas hutan. Negeri kita menderita kerugian yang tidak sedikit. Mulai dari kerugian materi, berkurangnya keanekaragaman hayati, hingga menyebabkan perubahan iklim.

Di ulang tahun ke-78 Indonesia dan Hari Hutan ini tidakkah hati kita tergerak untuk bergerak? Tidak inginkah kita memberikan kemerdekaan bagi hutan untuk hidup lestari? Kita bisa mulai dengan langkah sederhana, sesederhana buang sampah pada tempatnya. Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan!

 

Referensi:

  • Jurnal ilmiah: ditulis SH Sumirahayu Sulaiman, terbit dalam jurnal Hukum Kehutanan-repository.unpac.ac.id, dengan judul “Jenis-Jenis Hutan dan Manfaat Hutan”.
  • Buku: Seindah Alam Aslinya, Jilid 11 Cakrawala Pengetahuan Dasar
  • Jurnal ilmiah: ditulis Fachmi Rasyid, terbit dalam jurnal Lingkar Widyaiswara 1 (4), 47-59, 2014, dengan judul “Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan”.
  • Artikel:https//pustandpi.or.id/2021/12/31/sikap-yang-dilakukan-untuk-menjaga-kelestarian-hutan/#:~:text=Merawat%20tumbuhan%20di%20hutan%2C%20tidak,adalah%20contoh%20dari%20merawat%20hutan.