“Tiara?”
Refleks Tiara menoleh dan mendapati seorang lelaki gagah sedang turun dari motor sports-nya, yang terparkir di halaman depan sebuah kedai kopi. Lelaki itu menghampiri Tiara yang masih mematung di pinggir jalan.
“Kamu nggak ingat aku, ya?” tanya lelaki itu sembari tersenyum.
“Siapa, ya?”
Tiara sudah berusaha mengingat, tetapi tidak berhasil.
“Aku Dani,” jawab si lelaki mantap.
“Dani? aduh ya ampun Dani teman SMA-ku, ya? Maaf kok aku bisa lupa? Kamu sekarang beda, sih.”
Tawa Tiara terdengar renyah dan akrab. Tawa pertama setelah dia hampir seharian cemberut.
“Iya, santai aja lah. Dulu aku memang culun. Wajar kalau kamu nggak ingat,” sambung pemuda yang bernama Dani itu. Mereka tertawa bersama. “Nggak kayak kamu yang udah cantik dari dulu, aku nggak bakalan lupa,” ujar Dani sambil menatap Tiara.
“Ah kamu bisa aja, aku gini-gini aja kok.” Tiara tersenyum lalu menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang mulai memerah.
“Mau ke mana?” tanya Dani dengan lembut.
“Aku mau pulang ke kost-an,” jawab Tiara santai.
“Jalan kaki?”
“Iya, deket kok.”
“Mau aku antar?” tanya Dani sedikit merayu.
“Ah, nggak usah repot-repot,” jawab Tiara malu.
“Nggak repot kok. Hm, kamu mau ngopi dulu nggak? Aku ada janji sama temen di coffee shop ini, tapi aku datang terlalu cepat,” ajaknya sedikit memaksa.
Tiara berpikir sejenak. Kalau di situasi normal, dia pasti menolak. Namun, kali ini hatinya sedang tidak karuan, jadi dia menggangguk tanda setuju.
Setelah pertemuan itu Tiara dan Dani semakin sering bertemu. Gadis itu merasakan cucuran perhatian yang tidak didapatkan dari Rezky akhir-akhir ini. Sang tunangan pun semakin sibuk. Dia lebih sering menghabiskan waktu di luar kota. Bila sebelumnya, Tiara selalu merengek ingin bertemu, kini dia biasa saja. Rezky tak pernah mengira bahwa berhentinya rengekan Tiara disebabkan adanya tempat bersandar yang baru. Rezky menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya dengan tenang, dianggapnya Tiara telah mampu menyikapi masalah mereka dengan lebih dewasa.
Semakin hari hubungan Tiara dan Dani semakin intim, menerobos batas-batas yang tidak seharusnya mereka lalui. Mereka larut dalam ilusi dunia yang menyesatkan, terutama Tiara. Dia menganggap telah menemukan cinta yang selama ini terlewatkan dan menganggap lima tahun bersama Rezky adalah kesia-siaan yang terlalu panjang.
***
Dua bulan berlalu. Tibalah hari kelulusan bagi Tiara. Tidak ada yang lebih antusias melebihi Rezky. Dia sudah bersiap sedari pagi, sibuk mengingatkan ayah dan ibunya untuk segera bergegas. Setelah semua beres, mereka bertiga menjemput Tiara di kost-an untuk pergi ke gedung aula universitas bersama-sama.
Tiara tampak cantik dan memesona dalam kebaya biru mudanya. Rezky tak henti mengagumi dan memuji.
“Kamu cantik sekali, Sayang. Aku yakin, nanti pasti kamu lebih cantik lagi di hari pernikahan kita”
“Emh iya.”
“Kamu kenapa? Sakit?”
“Nggak. Nanti beres dari sini kita pergi berdua ya, Mas. Ada yang perlu aku omongin. Penting!”
Kebahagiaan yang sedari pagi memenuhi jiwa Rezky perlahan menguap, menyisakan tanda tanya besar. Lelaki yang mengenakan setelah hitam dipadu kemeja biru muda itu baru menyadari, semenjak menjemput Tiara sampai saat itu, dia tidak melihat senyuman di wajah Tiara. Sikapnya pun dingin. Rezky seperti sedang bersebelahan dengan orang yang tak ia kenal.
Tiara dan Rezky duduk berseberangan di sebuah cafe yang cukup sepi. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Lama mereka membiarkan waktu berlalu dalam bisu, saling menunggu.
“Maafkan aku ya.”
Akhirnya Rezky yang memecahkan keheningan.
“Akhir-akhir ini aku nggak bisa nemenin kamu. Aku sibuk bang….”
“Aku hamil,” sambar Tiara.
Dia pun tak mengerti, mengapa lebih memilih memberitahukan hal ini kepada Rezky terlebih dahulu, daripada kepada Dani.
Rezky tertegun sesaat, “Apa?”
Hanya itu yang bisa dia ucapkan. Dia kemudian menjatuhkan punggungnya ke sandaran kursi, menarik napas dalam, mencoba mengurai bola kusut yang ada di kepalanya.
“Aku menemukan orang yang benar-benar peduli padaku. Dia selalu memprioritaskan aku.”
Tiara berkata cepat, menumpahkan semua kekesalannya.
Rezky terkekeh, lama-lama terbahak.
“Ayolah Tiara, kamu itu naif atau bodoh? Kamu membandingkan perjuanganku selama lima tahun dengan kisah konyol dua bulanmu itu, yang benar saja?”
Rezky berkata sambil tak henti menggelengkan kepala. Bibirnya terus menyunggingkan senyum, sebuah senyum pilu.
“Jangan bilang kisahku konyol, kamu tidak tahu apa-apa!”
“Apa yang tidak aku tahu?” tantang Rezky.
“Dia teman SMA-ku. Sudah sejak lama dia menyukaiku, sebelum ada kamu. Dia mencintaiku dalam diam. Dia….”
“Hahahaha.”
Lagi-lagi Rezky tidak bisa menahan tawa. Semua yang didengarnya tampak seperti lelucon.
“Terserah, Mas, kalau kamu memang tidak percaya. Kamu boleh membatalkan rencana pernikahan kita. Maaf aku lebih menyayangi calon bayiku melebihi apa pun.”
Tiara bangkit dari tempat duduknya. Dia pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Rezky yang merasa tidak menjejak bumi.
***
Sebuah mobil sedan melaju kencang menuju desa kecil di kaki gunung. Udara yang masih bersih tak mampu menguapkan semua pedih. Mobil itu berhenti di sebuah tempat pemakaman umum. Si pemilik mobil berjalan melewati barisan kuburan yang tak beraturan lalu berhenti di salah satu pusara.
“Pak, maafkan aku tak bisa menjaga Tiara,” rintih Rezky dan dia pun menangis sejadinya.
BERSAMBUNG
Wah bersambung ya mbak, jadi ngak sabar dengan kelanjutan ceritanya meskipun alurnya terbilang sangat cepat. Aku dulu hobi banget bikin cerpen tapi setelah ke sini kok malah lebih sering dan enjoy nulis non fiksi. Semangat mbak di tunggu kelanjutannya.
Iya, ini niatnya nulis cerpen, tapi malah kepanjangan. Jadi dibagi tiga. ?
Huhuu kok tragissss… godaan orang mau menikah emang gitu ya wkwkwk.. lanjutkan ya Mbak.. latihan teruss.. nanti dibaca2 lagi buat bahan evaluasi hehe
Iya, biasanya kalau tulisan sudah diposting langsung kelihatan kurang-kurangnya. ?
Waaah penasaran mau lanjutannya, bikin kepo baguss ceritanya kak monic.
Semangat selalu ?
Terima kasih, Mbak Yeni. Cerita ini sudah tamat. ?
Bagus ceritanya mba, saking bagusnya saya sampe kesel sama karakter Tiara itu hehe, jadi pengen baca nih cerita fiksi mba lainnya
Masyaallah, terima kasih Mbak. Insyaallah blog ini akan lebih banyak cerita pendeknya. ?
Terima kasih, Mbak. ?