Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Playmates, salam sehat untuk semua, ya. Beberapa hari lalu saya me-review sebuah buku yang baru saya baca. Kali ini saya akan mengulas sebuah film dalam negeri.
Buku dan film adalah dua hal yang saya suka. Keduanya memberikan kesenangan dengan sensasi yang berbeda. Bersama buku, saya bisa melepas segenap imajinasi, membayangkan dengan bebas setiap kata yang digambarkan dalam setiap lembarnya. Sedang, melalui film saya bisa menyaksikan dengan jelas hal-hal yang tidak bisa saya imajinasikan dengan sempurna.
Untuk karya yang mempunyai versi buku dan filmnya, saya lebih sering membaca terlebih dahulu, lalu menontonnya. Keduanya merupakan karya seni yang berbeda, jadi setiap selesai membaca sebuah buku, saya tidak menerapkan suatu standar tertentu pada filmnya.
Setiap orang punya pemahamannya sendiri, begitu juga sutradara. Jadi, ya, nikmati saja tanpa mencampur adukkan dan membandingkan terlalu detail versi buku dan filmnya.
Saya sebenarnya suka sekali dengan suasana bioskop. Setiap film yang saya tonton menjadi lebih nyata dan membuatku lebih fokus tanpa banyak gangguan. Suara yang memenuhi ruangan pun membuat alur cerita yang ditampilkan bisa lebih menyatu dengan diri.
Akan tetapi saya termasuk orang yang jarang pergi ke bioskop, hanya beberapa kali saja. Dulu alasannya itu karena belum ada bioskop di Garut, jadi kalau mau nonton paling dekat itu harus ke Jatinangor.
Kuliah memang di Bandung, tetapi kan anak kuliahan mah mana ada budget untuk hal seperti itu. Untuk makan saja harus pintar ngaturnya. (Lah malah curhat),
Akan tetapi, setelah beberapa tahun sebuah bioskop ada di Kota Dodol ini pun, saya masih belum pernah menginjakkan kaki ke dalam gedung itu. Kalau sekarang alasannya ada anak-anak yang nggak bisa ditinggal.
Related:
Beri Aku Cerita yang Tak Biasa, Sinergi Terpuji Antara Wanita dan Budaya
Benarkah Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan?
1. Film Tampan Tailor Memberikan Kesan yang Tak Terlupakan
Semua film yang pernah saya tonton di bioskop memberikan kesan yang tak terlupakan dan menurut saya yang paling nancep di hati adalah Tampan Tailor. Berikut deskripsi film tersebut:
Film berdurasi satu jam empat puluh menit ini menceritakan perjuangan seorang ayah demi anak tersayangnya agar bisa hidup dengan layak. Vino G. Bastian memerankan Topan dengan sempurna.
Raut wajah lelaki itu kerap terlihat sendu karena baru saja kehilangan istri dan usahanya juga bangkrut. Tadinya dia mempunyai usaha jahit pakaian bernama Tampan Tailor. Nama itu singkatan dari Topan dan Tami, istrinya.
Kisah inspiratif mengenai ayah dan anak ini serasa tidak asing bukan? Ya, film ini mengingatkan kita pada film Will Smith dan Jaden Smith yang berjudul Pursuit of Happyness. Sudah pada nonton, kan?
Jadi, jangan lupa siapkan tisu sebelum menonton Tampan Tailor karena yang ini juga tidak kalah mengharukan. Menariknya lagi film ini mengangkat cerita dari kisah nyata perjalanan hidup tailor kondang, yaitu Harry Palmer.
Sebagai orang yang gampang menangis tentu saja saya meramaikan suasana bioskop dengan isakan dan derai air mata. Penyebabnya tentu saja karena saya tidak tega melihat nasib Topan dan Bintang, anaknya, yang menyedihkan.
Related:
Ponsel Mungil Berperforma Tinggi yang Rilis Besok, Kepoin, Yuk!
Topan dan Perjuangannya
Film ini banyak menampilkan adegan yang mengharu biru. Mulai dari Bintang yang terancam putus sekolah, Topan yang menjadi calo tiket dan dikejar-kejar pihak keamanan, dan yang paling membuat kejer adalah saat Bintang menunggu sang ayah yang tak kunjung datang.
Lagu yang mengiringi kisah itu pun terdengar sendu, jadi makin melow deh ah. Lagu yang cukup lawas dari Chrisye hampir selalu ada di part sedih film ini.
Andai aku bisa
Memutar kembali
Waktu yang t’lah berjalan
‘Tuk kembali bersama
Di dirimu s’lamanya
Hayoo, bacanya sambil nyanyi, kan? Setahu saya ini lagu Chrisye, tetapi dalam film Tampan Tailor kalian akan mendengar suara Ahmad Dhani yang menyanyikannya.
Untuk pemeran utama perempuannya, sang sutradara menggaet Marsha Timothy. Di sini Marsha berperan sebagai Prita, seorang gadis penjaga kios di dekat stasiun. Hubungan Topan dan Prita tadinya tidak akur, tetapi lama kelamaan terjalin hubungan manis karena adanya Bintang. Romansanya tipis-tipis saja karena cerita berfokus pada hubungan ayah dan anak.
Topan sempat menumpang tinggal di rumah sepupunya, Darman, yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman. Darman ini sangat peduli pada Topan dan Bintang, tetapi istrinya kurang suka dengan keberadaan ayah dan anak itu. Sikap istrinya melunak saat Topan sudah menjadi seorang stuntman dan bisa memberinya sejumlah uang.
Topan tidak lama menjadi stuntman karena dia kemudian bekerja di sebuah konveksi atas rekomendasi Prita. Sang pemilik menyukai hasil kerja Topan, tetapi tidak dengan sang manajer. Dia memfitnah Topan sehingga pemilik konveksi mengeluarkannya dari pekerjaan.
2. Penutup
Emh, sedih banget, ya. Namun, jangan khawatir film ini happy ending, kok. Topan masih tetap berjuang untuk anaknya. Mau tahu apa yang terjadi kemudian?
Tonton saja sendiri, ya, film ini tidak mengecewakan dan pastinya akan memberikan kalian insight tentang perjuangan hidup dalam meraih mimpi.
P.S: The pict in this article (film foster) belongs to tribunnews.com
Filmnya memang sudah lama, tapi masih asyim untuk diikuti. Relate dengan sehari-hari.
Betul, Mbak. Nonton film ini sembilan belas tahun yang lalu, tetapi masih membekas hingga kini.
Seru ya klo nonton film yang ceritanya kejadian yang sering ada di sekitar kita kayak gini. Lebih nyata dan lebih bikin melow.
Lebih enak buat nangisnya juga. ?
Belum pernah nonton film ini. Saya juga penyuka buku dan film. Waktu kuliah ambil jurusan sinematografi saking sukanya sama perfilman. Walau kerjanya enggak di bidang itu. Omong-omong, ada salah satu film Indonesia bertema bapak dan anak yang saya suka, Sabtu Bersama Bapak. Itu diangkat dari novel juga.
Saya juga sudah nonton Sabtu Bersama Bapak. Sebelum nonton, sudah baca bukunya. ?
Suka banget klo cerita bertema perjuangan ayah untuk anaknya kayak gini, kalau saya nonton mungkin bakalan mewek ya keinget perjuangan sang ayah
Sebelum nonton siapin tisu, Mbak. ?
Kisah perjuangan ayah dan anak emang betul-betul kisah heroik yang bikin mata basah dan hati seketika meleleh.
Ayah emang tidak mengandungmu, tapi ada darahnya yang mengalir dalam darahmu, hiks
Betul, Mbak. Bahkan kalo menengok ke diri ini berasa melihat ayah karena biasanya karakter itu dominan diturunkan dari ayah.
Belum pernah nonton. Jadi penasaran, apalagi ada Bang Vino. Harus masukin list nih.
Bang Vino’s never failed.
Wah syukur deh klo akhirnya hapoy ending. Hehehe Suka terhanyut syedih klo nonton film yg mengandung bawah dari awal sampai akhir. Thanks reviewnya kak
Tapi yang sad ending biasanya lebih berkesan, bikin susah lupa. ?
kebalikan maak sama saya, entah kenapa saya tidak suka nonton bioskop sepaket sama suami ma anak2. Pada tidak hobby berburu film, melihat sinopsis kisah film Tampan Tailor jadi mupeng penasaran pengen nonton. Perjuangan bapak menjadi single parent buat anaknya woww banget.
Saya suka dengan suasana bioskop, tetapi lebih senang lagi famtrip seperti keluarga Mbak Yeni. ?