Sejak media mengabarkan proses penggarapannya, film Ancika 1995 langsung menuai kekecewaan. Hal ini tak lain karena Iqbaal Ramadhan sebelumnya telah mengumumkan tidak akan lagi turut serta dalam film yang semakin melambungkan namanya itu. Kalau ada yang bertanya, apakah saya kecewa? Tentu saja kecewa, kecewa berat malah. Namun, di balik itu semua ternyata saya belajar menerima lewat film Ancika. Kok bisa? Lanjut baca, yuk, Playmates.
Tulisan ini bukan sebuah ulasan karena jalan cerita film Ancika hampir sama dengan novelnya. Untuk yang ingin tahu sinopsisnya bisa intip di review novel Ancika. Saya hanya ingin berbagi insight bahwa kita bisa belajar dari mana pun, termasuk dari fenomena Dilan.
Penggantian cast Dilan dari Iqbaal ke Arbani Yasiz merupakan sesuatu yang sulit saya terima, tetapi ini bukan kali pertama saya harus belajar menerima kenyataan (Kesannya kayak pakai hati banget gitu, ya. Ha-ha). Kenyataan pahit sebelumnya yang harus saya telan itu adalah kehadiran Ancika.
Sama halnya dengan kebanyakan pembaca/penonton cerita Dilan yang menyesal terlalu pakai hati saat membaca/menontonnya, saya pun begitu. Terkadang ingin rasanya cerita usai di kisah ketiga saja–Milea, Suara dari Dilan. Ya, meskipun di sana juga Pidi Baiq telah men-spill sosok Ancika tipis-tipis.
Akan tetapi, kehadiran Ancika dalam sebuah ceritanya sendiri memberikan sensasi kejut yang lumayan kuat. Saat novel Ancika telah ada di rak buku pun, saya tidak serta merta ingin membacanya. Maklum, saya tim susah move on dari kisah Dilan-Milea yang manis, garing, meletup-letup, lebay, tetapi sukses bikin mesem-mesem sendiri itu.
Ajaibnya, setelah membaca novel keempat dari kisah Dilan itu, pikiran saya malah terbuka, yang terjadi memang yang terbaik. Ancika itu dewasa dan tidak terlalu memaksakan kehendak. Di sisi lain, Dilan yang telah kuliah tentu bukan lagi Dilan di tahun 1990. Mereka telah menemukan orang yang tepat di waktu yang tepat.
Belajar Menerima Lewat Film Ancika
Penerimaan ini membuat pil pahit berikutnya menjadi lebih mudah saya telan. Ya, meski sampai pada saat trailer film Ancika rilis pun, saya masih sulit menerima bahwa Arbani yang saya lihat itu adalah Dilan.
Akan tetapi, sekecewa-kecewanya karena Iqbaal tidak lagi menjadi Dilan, saya tetap sedih saat membaca komentar netizen. Kebanyakan dari mereka tidak tertarik menonton Ancika karena katanya apalah arti Dilan tanpa Iqbaal.
Dilan itu Iqbal, Roman itu Arbani.
Kalimat di atas adalah komentar yang paling banyak netizen lontarkan. Mereka tidak sadar justru karena itulah Iqbaal melepaskan peran Dilan. Sedang saya, di balik rasa kecewa, masih bisa melihat permasalahan ini dari berbagai sisi.
Dilan itu Bukan Hanya Tentang Iqbaal
Saya tebak, orang-orang yang menolak mentah-mentah Arbani itu bukan pembaca novel Dilan. Mereka mengenal Dilan sudah dalam wujud Iqbaal, sehingga saat Dilan berubah menjadi Arbani, tidak ada lagi ruang untuk menerima.
Ini pula yang menjadi alasan terbesar saya saat memutuskan untuk menonton Ancika di bioskop pada tanggal 1 Februari kemarin. Saya mengenal Dilan saat dia masih mewujud sesuai imajinasi dan itu sama sekali jauh dari sosok Iqbaal.
Nyawa Dilan itu ada di Pidi Baiq, bukan Iqbaal, jadi selama Dilan itu Pidi Baiq, ya, seharusnya semua baik-baik saja. Meskipun kecewa pada awalnya, tetapi kita bisa belajar menerima lewat film Ancika ini.
Saya sendiri menonton tepat tiga minggu setelah film Ancika rilis. Rasa kecewa tadi menahan saya untuk segera menyambangi bioskop. Namun, di hari ke dua puluh satu dengan mantap saya memutuskan untuk menonton karena jauh di lubuk hati, saya tidak ingin ketinggalan momen ini.
Arbani Layak Mendapat Kesempatan
Dilan Iqbaal memang ikonik, tetapi Dilan Arbani layak mendapatkan kesempatan untuk menampilkan Dilan yang berbeda.
Kalian masih ingat nggak saat production house yang menggarap film Dilan mengumumkan Iqbaal sebagai pemeran utama, Playmates? Saat itu ramai kan netizen berkomentar bahwa Iqbaal tidak pantas memerankan Dilan.
Mereka bilang kurang bad boy lah, kayak anak kecil lah. Malah mereka menyebut aktor lain yang lebih pantas memerankannya. Namun, apa yang terjadi? Film tersebut booming dan sukses menarik 6 juta penonton.
Seharusnya kita belajar dari sana bahwa Arbani pun layak mendapatkan kesempatan. Dari yang saya lihat di social media, orang-orang yang berkomentar negatif tentang Arbani justru mereka yang belum menonton film Ancika.
Namun, dukungan saya terhadap Arbani ini tidak serta merta mengecilkan peran Iqbaal dalam film sebelumnya. Di Instagram, saya melihat satu akun pengamat film yang memuji Arbani dan mengatakan sebaiknya pihak PH me-remake film Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea dengan memasang Arbani sebagai pemeran utama.
Pernyataan tersebut cukup menggelitik. Saya pikir semua sudah pada porsinya, Iqbaal sebagai Dilan versi remaja dan Arbani sebagai Dilan versi menuju dewasa. Tidak perlu saling hujat dan menjatuhkan.
Pencinta Karya Pidi Baiq Akan Tetap Mencinta
Hampir sebulan Film Ancika tayang, jumlah penonton belum melampaui film Dilan sebelumnya. Bagi saya itu tidak masalah. Tidak penting orang mau suka atau tidak pada Arbani, bagi saya karya-karya Pidi Baiq tetap menarik.
Apa pun yang terjadi di versi filmnya pasti telah melalui banyak pembicaraan dan diskusi dari pihak-pihak terkait. Mereka orang yang kompeten di bidangnya yang sudah tentu punya pertimbangan dan pendapat sesuai kapasitasnya di dunia perfilman.
Kita sebagai penikmat karya sebenarnya tinggal duduk manis untuk mendukung baik novel maupun filmnya. Kalaupun ada yang ingin kita sampaikan dan keluhkan sebaiknya tetap santun dan sadar diri.
Memahami Adanya Faktor Diluar Kendali Kita
Gonjang-ganjing per-Dilan-an ini tentu berakar pada keengganan Iqbaal untuk lagi turut serta dalam film tersebut. Saya pribadi awalnya merasa heran mengapa dia mengambil keputusan itu. Sebelumnya, tidak pernah terbayang sedikit pun Iqbaal akan menanggalkan peran Dilan.
Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa keinginan dan harapan kita tidak selalu bisa terwujud. Meskipun banyak yang menyayangkan, tetapi pastinya Iqbaal punya pertimbangan sendiri.
Meskipun tidak pernah melihat pernyataannya secara langsung, dari kabar yang beredar Iqbaal tidak ingin memerankan lagi Dilan karena dia tidak ingin terlalu melekat dengan peran tersebut. Saya tahu dia orang yang cerdas dan idealis, sehingga perlahan-lahan saya bisa mengerti keputusan yang dia ambil.
Penutup “Belajar Menerima Lewat Ancika”
Sekian puluh tahun hidup, saya menyadari penerimaan atas hal-hal yang berjalan tidak sesuai keinginan merupakan perkara yang menantang. Butuh hati yang lapang dan jernih untuk bisa melakukannya.
Meskipun menantang bukan berarti kita tidak bisa melatih hati agar bisa legawa atas apa yang terjadi. Kita bisa mengambil pelajaran dan insight dari berbagai hal di sekelilng kita. Bisa dari nasihat orang tua, pengalaman kerabat, curhatan sahabat, atau bahkan dari sebuah film.
Baru-baru ini saya menonton film Ancika, Dia yang Bersamaku Tahun 1995. Dinamika dan pro kontra yang turut meramaikan kehadiran film tersebut membuat saya mendapatkan pemahaman tentang pentingnya penerimaan. Kalian sudah nonton, Playmates? Apakah kalian belajar menerima lewat film Ancika juga?
Wah, jadi penasaran pengen nonton Ancika… Meski saya tidak terlalu ngefans dengan film dilan, ada lah beberapa scene yang ICONIC dan terngiang-ngiang ditelinga.
Tulisan yang apik mbak 👍
Penasaran dengan ancika ini. Apalagi pesan yang disampaikan bisa memberikan pelajaran berharga
Mungkin ada beberapa yang kecewa karena peran Dilan sudah melekat pada Iqbal ya. Karena sosok iqbal sukses bgt memerankan tokoh tersebut dengan fenomenal. Tapi saya sendiri belum pernah nonton filmnya sih baik Dilan yang pertama dan serial yang terakhir ini, anak muda bgt hehehe
Saya belum sempat nonton film Ancika mbak. Tapi di Semarang penayangannya sukses, diputar lebih dari 1 bulan. Memang dari sosok pemeran utama pria lebih kelihatan dewasa, dibanding pemeran utama yang dulu (Iqbal) yang masih seperti anak kecil wajahnya. Kayaknya lebih mantep yang ini ya.
Saya belum nonton. Tapi, dari trailernya aja saya tau kalau Arbani dan lawan mainnya layak diberi kesempatan. Sesuatu yang enggak disangka sebelumnya, tapi mereka menunjukkan kualitas mereka sendiri
Jujur saya belum nonton filmnya. Tapi saya tertarik hal yang terjadi dalam pembuatannya. Saya sih setuju Iqbaal nggak ambil lagi peran itu. Dan pihak PH sebenarnya juga bisa beralasan ada banyak perubahan sosok dilan remaja ke pra dewasa. Termasuk gaya, postur, bahkan kegantengannya. Itu wajar aja.
Sejatinya kita memang harus siap dengan perubahan. Karena perubahan adalah keniscayaan, sesuatu yang tidak terelakkan.
Jujur saya belum pernah nonton Dillan, tapi kan film tersebut sempet booming ya mbak. Nah sekarang semacam ada triloginya kah mbak ? Film Ancika ini masuk dari rangkaian film DIlan ini? Wajah antara Arani dan Iqbal sekilas mirip ya
Aku pribadi nggak ikut film Dilan, tapi sempat nonton reviewny di youtube dan katanya film Ancika ini bggak kalah bagus sama film sebelumnya. Sepertinya kalau mau nonton ini harus nonton Dilan dulu ya?
Sebenarnya sedih juga peran Dilan harus diganti tetapi Arbani sudah sangat baik memerankan Dilan menggantikan Iqbal, nge switch nya halus banget jadi waktu lihat masih kebayang-bayang sosok Iqbal sebagai Dilan. Keren dah pokoknya.
Aku belum nonton film ini, jadi penasaran dg cerita lengkapnya. Sepakat banget sama bagian ini “Meskipun menantang bukan berarti kita tidak bisa melatih hati agar bisa legawa atas apa yang terjadi”. Nyesss banget
Aku juga baru nonton Dilan aja. Belum nonton Ancika. Sempet terdilan2 tapi yah sementara aja.
Menyadari penerimaan atas hal-hal yang berjalan tidak sesuai keinginan itu pasti butuh proses panjang. Ngga semua bisa mudah menerima. Aku juga masih terus belajar nih..
Belum nonton film ancika nih, meskipun cast.y bukan lagi iqbal tapi sepertinya menarik
Hampir sama kalau Daniel Radcliff tidak mau memerankan Harry Potter lagi, begitu ya, Mbak. Secara tokoh-tokohnya sudah sangat meresap ke dalam aktor-aktornya. Saya malah jadi teringat film Spiderman yang akhirnya menyatukan semua pemeran Spiderman dalam satu film, seakan-akan mereka datang dari dimensi yang berbeda-beda. Mungkin Dilan versi Iqbal dan Dilan versi Arbani itu juga dari dimensi yang berbeda 🤭
Selebihnya saya setuju dengan yang Mbak tulis disini, kita harus mampu menerima. Walaupun hal itu kita tidak suka, tapi ya mau bagaimana lagi? Kita tidak punya kuasa 😅
Ganti pemain jadi mikir mau nontonnya ya. Padahal penulisnya sama
Anak saya yang sudah nonton Dilan mbak, saya belum. Cuma lihat teasernya aja di youtube. Denger juga sih selentingan kalau pemeran Dilan diganti, ternyata efeknya cukup luar biasa ya bagi para penikmat filmnya. Memang benar mbak, harus belajar menerima hal2 yang tidak sesuai harapan, tentu saja demi kebaikan kita ya, agar tetap bisa menikmati hidup.
Aku baca dan nonton Dilan 1 dan 2, somehow kenapa malah belum nonton dan baca yang Ancika sama sekali. Menarik sih, aku suka banyolannya Pidi Baiq
Wah, ulasannya Kak Monika keren banget nih. Memang ya, ada beberapa aktor yang sukses banget memerankan karakternya sehingga image mereka melekat banget sama karakter itu. Alhasil, penonton jadi susah menerima kalau karakter itu diperankan orang lain. Sebaliknya, aktornya kadang juga jadi susah untuk memerankan karakter lain. Tapi, betul seperti yang Kak Monik bilang, Arbani juga layak dapat kesempatan untuk menampilkan Dylan yang berbeda. <3
aku blm nonton sih film ini. mungkin nnt klu sdh balik bandung nonton bareng tmn2
aku belum pernah nonton film Dilan sih tapi ya memang karakter Dilan itu melekat banget sama Iqbaal sampai kadang dia dipanggil Dilan sampai sekarang. Mungkin memang keinginan Iqbaal untuk lepas dari bayang-bayang Dilan dan Arbani juga punya tugas berat sih sebagai pengganti Iqbaal
Saya membaca semua novel Dilan.
Tapi malah nggak nonton filmnya
Hehe
Iya emang saya sendiri klo bahas Dilan, ingetnya ya langsung Iqbal
But, saya yakin Arbani pasti bisa memerankan Dilan secara apik
Melihat antusiasme penonton nya ya mbak
Semua buku dilan dari 1990 sampai ke ancika, aku tim baca buku teh 😂. Nonton dilan itu pasti karena udah tayang di TV.
Kemarin sempat baca beberapa komen di sosial media sama tiktok, emang banyak yang kecewa dengan peran pengganti.
Pdhal jangan langsung judge dulu, tapi lihat aktingnya bisa bawa karakter itu atau engga. Para pemerannya pun sebenernya sudah tertekan dengan dibayangi pemeran sebelumnya, jadi patut untuk apresiasi aktingnya yang tentu ga main-main karena pasti film itu melewati masa Reading untuk penyesuaian dengan karakter tokoh tsb
Wah jadi penasaran pingin nonton. Apalagi latarnya bikin mupeng banget. Tentu banyak pelajaran yang bisa didapatkan ini
Eh, sebenernya Film Ancika ini based from book o Ayah Pidi juga atau film yang dibuat karena Film Dilan booming?
Aku suka siih.. tapi bakalan jadi perjalanan terakhir kisah Dilan yaah..
Huhuhu, sad banget.
Semoga ada karya romance Ayah Pidi yang di filmkan lagi yaa..
Iqbaal memang se-influence itu yaa.. jadi branding Dilan nih uda nempel banget. Padahal awal kemunculannya juga sempet jadi trending tuh.. banyak yang gasuka sama Iqbaal karena meranin Dilan. Dibilang kurang represent sama karakter Dilan dari buku.
Tapi BOOM.
Keren siih.. Aku juga suka Dilan, jadinya. Hihii~
Kebetulan saya sendiri belum nonton Dilan maupun Ancika nih Kak. Tapi sering banget baca review dan ceritanya di mana-mana. Memang Dilan itu seakan-akan sudah identik dengan Iqbal ya. Yang ternyata di kisah lanjutannya justru digantikan oleh Arbani. Tapi saya pun sepakat, kalau sudah selayaknya Arbani pun diberi kesempatan yang sama seperti saat Iqbal memerankan Dilan.
Belum lihat film Ancika, mbak. Kalau novel Indonesia difilmkan saya lebih suka baca bukunya. Dilihat dari ulasannya memang begitu ngaruhnya pergantian pemain ya, mbak
Emang suka nggak nyaman sih ya kalau udah terlanjur ke branding seseorang lalu diganti pemerannya. Tapi film hollywood sering kayak gitu kan ya, misalnya film james bond.
Memang ya Mbak kalo sudah klop sama pemain tokoh utama seperti Iqbal ramadhan tapi kemudian di part lain harus di ganti itu kayak ada yg kurang
Tapi untungnya Arbani juga gak kalah ok dengan Iqbal
Aslinya saya nggak pernah suka dengan film yang diambil berdasarkan kisah novel/buku. Termasuk Dilan ini. saya dulu langsung beli buku Dilan 1990 1991. Dan benar saya juga setuju, gak bisa move on dari Dilan Milea.Btw sampai sekarang saya masih bertanya kenapapidi baiq sangat tega memisahan mereka. Hiks hiks. untuk yang Ancika ini jujur saya kurang semangat membacanya, ya karena itu masih belum susah move on.
Saya malah belum nonton dan baca Dilan apalagi Ancika..kynya kata2nya bagus ya makanya banyak yg nonton dan cocok.
Arbani Yazid sudah berusaha keras untuk masuk dalam karakter Dilan yang oleh netizen sudah disandingkan dengan sosok Iqbal, dan, ya, Arbani layak diapresiasi untuk segala resiko yang akan diterimanya, termasuk julidan netizen yang, ya, begitulah.
Saya belum menonton Ancika pun belum membaca novelnya pula, jadi penasaran bagaimana ceritanya nih
Saya malah belum tahu film Ancika ini…nampak ya seru ya karena diambil dari novel..biasanya sering membandingkan novel asli dengan adaptasi filmnya
Film ini cocok buat generasi apa ya mbak? kira-kira ? Gen Z kah ? hhhhe, cukup membuatku tersenyum dari ulasan film Ancika ini. Btw untuk menemukan insight baru sampe dibelain nonton filmnya juga ya. Keren
Wah aku juga termasuk orang yang kecewa, tapi nggak pake berat deh, hehe. Iqbal memang udah melekat banget jadi Dilan, malah kalau melihat Iqbal, spontan jadi manggilnya Dilan.
Aku beli bukunya pre order, seneng banget punya kesempatan itu karena yang beli pre order dapat tanda tangan Ayah. Aku langsung baca satu hari juga selesai dan bertekad mau nulis review di blog. Ehh tekadku malah kandas sampai sekarang. Lihat teh Monica yang mengulas Ancika, aku malah jadi termotivasi dan semoga bukan wacana, hahaha.
Aku juga cukup terkejut loh teh dengan kehadiran Ancika. Tapi, ya dasar si Ayah mah bisa-an menyajikannya jadi aku ikut hanyut dalam cerita mereka. Ancika terlihat tomboy memang tapi hatinya nggak kalah lembut juga kok, hehe.
Duh aku termasuk orang yang ga paham nih sama novel dan film, ga pernah nyimak ladi. Tapi ku paham perasaanmu mbak, soal novel yang jadi film aja kadang mang bikin kecewa para pembaca novelnya. Soalnya biasanya ga sesuai imajinasi saat baca. Yang aku pernah rasakan kayak di fil Laskar Pelangi sama Ayat-Ayat Cinta dulu. Nah ini apalagi ganti pemeran utama ya…wajar banget kalo bikin gonjang-ganjing para fansnya
Jujur saya kurang suka juga kalo peran dilan digantikan arbani. Karena sudah terpatri dibenak konsumen pemerannya adalah iqbal. Kalaupun diganti ya pastinya chemiatrynya itu loh nggak se sakral yang pertama heheh
Jujurly very very jujurly, di saat semua orang heboh terDilan-Dilan, aku termasuk yang kicep, nggak ngerti apa-apa. Bahkan sudah sebooming itu pun aku tetap nggak tertarik nonton filmnya atau baca novelnya. Bukan kenapa-kenapa, bukan berarti nggak mendukung karya anak bangsa ya. Karena aku emang nggak suka cerita anak SMA atau sekolahan. Mau novel, film, drakor, nggak suka. Tolong dong aku ini kenapa??
**fyi, padahal aku udah sebucin itu ya sama Rowoon, tapi ada satu dramanya Rowoon yang dia jadi pemeran utama tapi aku nggak nonton, alasannya karena ceritanya tentang anak SMA, just it 🙂
Padahal ya cerita-cerita anak SMA itu kan cenderung masih fresh, berapi-api dan sarat dengan pelajaran hidup khususnya pencarian jati diri ya. Walaupun ada juga nilai kehidupan lain yang bisa dipetik, termasuk belajar menerima seperti dalam film Ancika ini. Sepertinya aku harus mulai introspeksi diri dengan semakin banyak mencari tahu film-film dalam negeri yang lagi hits.